KONDISI PANGKALAN KERINCI SEBELUM BERDIRI PERUSAHAAN PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (RAPP) TAHUN 1993
2.3. Mata Pencaharian
2.3.2 Menakik Gotah
Selain bermata pencaharian sistem ladang berpindah sebagian penduduk
memperoleh sumber kehidupan dengan cara menakik gotah yaitu suatu pekerjaan
mengambil getah (lateks) pada pohon karet alam (belvea brasiliensis), dengan luas
lahan yang digunakan untuk areal perkebunan karet sebesar 209.970 hektare. Untuk
mendapatkan lateks atau getah pohon karet disadat setiap hari, penyadatan dilakukan
mulai pagi hingga siang hari selam enam hari berturut-turut setiap pekan, biasanya
untuk penyadapan getah karet bisa disadap setelah berumur 5-30 tahun, kemudian
puncak produksi getahnya pada umur 14 tahun. Apabila getah karet sudah dipadatkan
atau disatukan hingga membentuk gotah ojol maka sepekan dalam sekali getah karet
2.3.3 Berikan (menangkap ikan)
Usaha menangkap ikan dilakukan di sungai (suak) dan danau (tasik) yang
terdapat di kawasan hutan tanah ulayat soko, maupun di perairan Sungai Kampar
yang dijadikan milik bersama. Untuk mendapatkan ikan yang banyak mereka harus
mencari lokasi bermukim sementara (pondok) tidak jauh dari tempat dimana
mendapatkan sumber kehidupan, dan beberapa alat tradisional yang digunakan untuk
menangkap ikan yaitu lukah, tekalak, kail, jala, jaring, tuba, dan angkutan yang
digunakan menuju lokasi pencarian ikan, adalah sampan atau perahu dayung yang
dirangkai atau dibuat sendiri dengan memanfaatkan kayu dari hutan alam, disamping
itu usaha perikanan masih melibatkan banyak anggota keluarga di dusun terutama
bagi anggota kelurga yang tercatat sebagai mata pencaharian sebagai pencari ikan.
Peranan kepala rumah tangga begitu penting untuk menghidupi kebutuhan keluarga
yang bekerja dibidang usaha perikanan sedangkan peran ibu bekerja sebagai
pedagang ikan borongan pada para pedagang pasar di hari pekan, kaum wanita
biasanya juga membantu ekonomi keluarga dengan bekerja sebagai pedagang,
bercocok tanam, buruh, dan berkebun. Dalam pencarian ikan bagi penduduk tempatan
Pangkalan Kerinci, dikerjakan dalam seharian tergatung pada musimnya, biasanya
ikan yang didapatkan selama berikan adalah ikan yang biasanya diminati oleh
pembeli, antara lain ikan baung, selais, patin, lomak, motan, singkek, tuman, udang
galang, dan beberapa jenis ikan kering hasil produksi penduduk tempatan yaitu ikan
2.3.4 Menumbai (Mengambil Madu Lebah)
Menumbai adalah kegiatan mengambil madu lebah di pohon Sialang, yaitu sejenis pohon yang tinggi dan merupakan tempat yang disenangi oleh lebah liar untuk
bersarang. Menurut Ketua Adat Lemabaga Petalangan, Pohon Sialang adalah salah
satu kayu adat, yang ditentukan oleh Anak Kemenakan sesuai kepemilikan suku yang
ada di wilayah tersebut, tidak semua kayu bisa menjadi Pohon Sialang ada ketentuan
tertentu dipilih menjadi Sialang. Sialang adalah sejenis kayu yang sudah ada sejak
turun-temurun mulai zaman leluhur dan beberapa pohon yang sejenis dengan Pohon
Sialang yaitu : Kayu Sialang Makaluang dan Sialang Kompe (kempas). Jadi Pohon
Sialang termasuk pohon yang tidak bisa diganggu dan dirusak oleh siapapun
termasuk Anak Kemenakan, Penduduk Petalangan, dan sekalipun Mitra Perusahaan.34
Pohon Sialang biasanya menajadi tempat bersarangnya lebah yang menghasilkan
madu, kegiatan menumbai dipimpin oleh seorang yang dituakan disebut Juragan Tuo
(juru panjat), dibantu oleh beberapa juru panjat lainnya disebut Juragan Mudo yang
bertugas membantu Juragan Tuo pada saat menyapu lebah, dan dibantu pula oleh
beberapa orang sebagai pengumpul timbo (ember) yang berisi madu yang diturunkan
menggunakan tali. Jadi kepungan Pohon Sialang di tentukan oleh Terombo Adat,
begitu juga dalam istilah memanjat Sialang harus biasanya dilakukan dalam acara
ritual adat tersendiri. Tradisi upacara menumbai dilakukan 2-3 kali dalam setahun
diperkirakan diatas tanggal 25 sampai tanggal 4 pada bulan berikutnya dalam
34 Wawancara, Mukhtarius M.pd, Ketua Umum Lembaga Adat Petalangan, Akademi Komunitas Negeri Pelalawan (AKNP) JL. Maharaja Indra Pangkalan Kerincipada 05 September 2015.
penanggalan Islam dan proses memanjat Pohon Sialang biasanya dilakukan pada
malam hari disaat bulan gelap, menurut kepercayaan Penduduk Petalangan bahwa di
Pohon Sialang selalu didiami oleh mahluk halus dan pada saat malakukan menumbai
sering dihadapkan pada hal-hal yang ghaib, oleh karena itu setiap tahapan memanjat
pohon selalu diiringi dengan membaca monto (mantera). Aktivitas menumbai dapat di
temukan di Kecamatan Pangkalan Kuras, Bunut, Langgam, Pangkalan Lesung,
Bandar Petalangan, Ukui, Kerumutan, Bandar Sei Kijang, dan Teluk Meranti.
Ketika masuk Perkebunan Indosawit tahun 1986 dan pabrik bubur kertas, PT.
Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) tahun 1992 keadaan Pangkalan Kerinci
menciptakan suatu perubahan dalam proses kehidupan manusia yang berhubungan
langsung terhadap aspek sosial kemasyarakatan. Terciptanya pembangunan industri
mampu memberikan kesempatan bagi mereka yang ingin mengubah kebutuhan hidup
dalam bidang pekerjaan sesuai dengan skill (kemampuan) dan pendidikan yang
dicapai. Perubahan itu tidak hanya dilihat dari adanya peluang pekerjaan, jumlah
pendudukpun bertambah, dan tata ruang suatu wilayah sudah dilengkapi dengan
sarana-prasarana dan infrastruktur. Perkebunan Indo Sawit tahun 1986 merupakan
milik investor asing yang menanamkan sahamnya di kecamatan Langgam, Ukui,
Sorik, dan Sei Buatan. Sebagai awal masuknya warga pendatang bermigrasi dari
daerah Pulau Jawa ke Pangkalan Kerinci, padatnya jumlah penduduk di Pulau Jawa,
terbatasnya luas lahan untuk bidang pertanian sehingga mereka meraskan kesulitan
tujuannya untuk mengubah kehidupan bekerja di salah satu perkebunan sawit milik
swasta.35 Disisi lain didirikan suatu pembangunan yaitu bidang perkebunan sawit
pemenuhan kebutuhan hidup atau mata pencaharian penduduk Pangkalan Kerinci
pada masa itu tidak terfokus pada perkebunan yang umumnya penduduk Etnis Jawa
disamping itu, mulai dari sistem bertani, mencari ikan, mengambil madu, menakik
gotah, masih tetap dikerjakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Seiring waktu
berjalan tahun 1991 sampai 1993 mulai dari pembukaan lahan sampai berdirinya
perusahaan bubur dan kertas, yaitu PT. Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mulai
menjalankan operasional pabrikpada tahun 1995. Sejak aktivnya operasional pabrik
pulp and paper dapat memacu perkembangan perekonomian penduduk tempatan maupun warga pendatang luar daerah Provinsi Riau, meningkatkan jumlah
pendapatan penduduk, dan mengubah pola pikir kearah lebih maju seperti :
menyediakan rumah sewaan, pekerja buruh harian atau buruh sawmill, penarik becak
motor, sopir truk, sopir oplet, pedagang, dan pegawai swasta PT. RAPP, kondisi ini
tentunya menyebabkan keragaman etnis di daerah tujuan.