• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menanggapi Hal yang Menarik

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku (Halaman 161-165)

Kemampuan yang akan kamu miliki setelah mempelajari pelajaran ini adalah sebagai berikut:

• mengemukakan hal yang menarik dari novel;

• menanggapi dengan santun komentar teman tentang hal yang menarik dari novel remaja terjemahan.

Pada pelajaran sebelumnya, kamu berlatih menjelaskan

unsur-unsur novel itu dari berbagai kutipan novel asli atau

terjemahan. Semua itu modal pengalaman untuk menanggapi

kutipan novel. Pada pelajaran kali ini, kamu akan berlatih

menanggapi hal yang menarik dari kutipan novel remaja.

6. Buatlah kalimat-kalimat atau paragraf menggunakan kata-kata

berikut.

a. makhluk hidup – binatang

b. binatang – unggas

c. unggas – ayam

d. ayam – ayam ras

e. ayam ras – ayam ras pedaging

"Kak, kenapa kaki Riri sulit untuk digerak-kan? Riri, kan mau main bersama teman-teman," keluh Riri kepada kakaknya.

"Kaki Riri kan masih sakit. Jadi, pantas kalau kakinya sulit untuk digerakkan. Nanti tak lama lagi juga kaki Riri sembuh," jawab Andika berbohong.

Kata dokter yang menangani Riri, kaki Riri akan sangat sulit untuk disembuhkan. Satu-satunya cara untuk dapat mengobati kaki Riri adalah dengan terapi yang biayanya tidak sedikit. Itu pun kemung-kinan untuk sembuh sangat kecil.

"Kakak kerja dulu. Hati-hati, ya!" pesan Andika kepada adiknya.

Setiap hari, Andika selalu bekerja keras untuk dapat mengumpulkan uang sebanyak mungkin. Pikiran yang ada di benaknya adalah bagaimana mencari uang sebanyak mungkin untuk mengobati Riri.

"An, ayo kita istirahat.' ajak Tono, teman kerjanya, "Kamu tidak capek mengantar barang ke sana kemari?"

"Saya tidak peduli dengan rasa capek karena saya harus dapat mengumpulkan uang secepatnya. Riri harus segera sembuh," jawab Andika sambil mengusap keringatnya.

Setiap sehabis salat, Andika selalu ber- doa untuk keselamatan adiknya. Dia selalu berharap ada keajaiban di dalam hidupnya.

"Kak, kapan kaki Riri sembuh? Tahun depan kan Riri mau masuk sekolah dasar?" kembali Riri bertanya dengan pertanyaan yang sama setiap hari.

"Riri sabar, ya! Riri, tadi Kakak bertemu dengan Dokter Haris. Katanya, kamu harus diterapi biar cepat sembuh. Riri mau kan menjalani terapi?"

Sumber: "Keajaiban Tuhan", Riska Irnawati, 2003

"Memangnya kamu lagi latihan menyanyi?" tanya mamanya.

"Iya, Ma. Kan Diana terpilih untuk ikut festival nyanyi mewakili sekolah. Diana disuruh berlatih di rumah," jawab Diana.

"Ohh... begitu? Baik, kalau begitu. Nanti Mama bantu kamu. Nanti Mama sampaikan kepada Papa supaya ia membelikan baju yang pantas untuk kamu," kata mamanya membesarkan hati Diana.

Sejak itulah, tim suksesnya jadi lebih lengkap. Andina pun kini tak marah-marah lagi, bahkan dia pun ikut mendukung Diana berlatih di rumah dan memberi support di sekolah.

Saat latihan terakhir kali, berdasarkan evaluasi, Diana terpilih sebagai unggulan pertama.

Di sebuah gedung pertunjukan yang cukup mewah, Diana tampil bersama saingan-saingannya dari sekolah lain. Diana mendapat nomor undian untuk tampil pada giliran kelima, sementara Ferty di urutan kesepuluh.

"Tenangkan pikiranmu. Konsentrasikan penuh dan kamu coba tampil maksimal. Kamu jangan gugup oleh banyaknya penonton. Bapak yakin kamu bisa," Pak Yusuf memberi instruksi terakhirnya saat Diana mau tampil. Tepuk tangan riuh rendah saat Diana melantunkan lagu dengan sempurna.

Saat turun dari pentas, Diana disalami pelatih dan guru-guru serta teman-teman yang memberikan support. Malah, Bu Rina yang mengurusi kostum dan make up, merangkul dan menciumi Diana.

Ada enam juara yang dipilih dan pe-nyebutannya dihitung mundur, dari juara harapan sampai juara utama. Juara satu. Enam, lima, empat... tiga... hingga pe-nyebutan ketiga, nama Diana belum ter-panggil juga. Makin tegang saja ketika hingga hitungan dua juga belum disebut. Jangan-jangan gagal jadi juara.

"Dan sebagai juara satunya adalah ... dari SLTP Negeri 3 dengan jumlah skor 847."

Cerita 2

Perhatikan kutipan-kutipan novel berikut.

1. Bacalah penggalan novel berikut ini. Kemudian, secara

ber-kelompok, tentukanlah tema dan latarnya.

Menjelang hari raya ini, aku terbaring di rumah sakit. Dari jendela kamar rumah sakit yang kudiami, aku bisa melihat keluar dengan jelas. Hujan menderas, manusia-manusia menepi pada kesunyian, lagu hujan, lagu keleneng becak. Di ruangan ini, aku cuma berdua. Selisih satu ranjang, terbaring seorang perempuan tua. Sendiri. Tidak kulihat semenjak aku di sini, seorang pun yang menengoknya, yang mengajaknya bercakap, kecuali dokter dan perawat yang memeriksanya. Itu pun sesuai jadwal dan sebentar saja.

Sumber: Menjelang Hari Raya, Zakh Syairun Madjid Surono

Kedua cuplikan tersebut sama-sama mengulas tentang

kasih sayang. Cerita 1 bercerita tentang kasih sayang seorang

kakak kepada adiknya. Adapun Cerita 2 tentang kasih sayang

ibu dan guru kepada anak atau muridnya. Walaupun memiliki

tema yang sama, kedua cerita itu tetap menarik karena disajikan

dalam sudut pandang yang berbeda.

Menggigil aku berjalan menyusuri perkampungan yang sudah sunyi. Sepupuku, Riri, tampak menarik jaketnya. Ia berjalan agak merapat di sampingku. Kami berdua sangat lelah. Seharian naik bus dan kini kemalaman tiba di Kampung Sekar. Salahnya kami tak sempat mengabari Paman. Beginilah kalau bepergian tanpa rencana matang.

Kulirik sebentar arlojiku. Jam menunjukkan hampir pukul dua belas kurang seperempat. Malam semakin sunyi. Apalagi, jalan yang kami lewati sangat sepi. Hanya ada satu dua rumah penduduk. Perkampungan yang ramai masih agak jauh. Namun, berkas-berkas sinar lampu tampak dari kejauhan. Di sanalah rumah Paman Sukri berada.

Sumber: Perjalanan Malam, Mas Beng

2. Sajikan pendapat kelompokmu di depan teman-teman untuk

mendapat tanggapan.

Meledaklah tangis Diana dan semua temannya. Lebih-lebih guru-guru tim sukses. Diana berhasil menyabet juara I. Tak sia-sialah hasil jerih payah latihannya. Andina,

kakaknya, pun menangis terharu. "Maafkan Kakak, Diana. Kamu memang hebat...."

Sumber: Penyanyi Cilik, Gilang Gumelar P.M., 2003

1. Bacalah kutipan novel berikut ini.

Bagian 8

Bel terakhir berdering dan Nona Kraft menutup pintu. la memandang berkeliling pada kelas yang sunyi dan aneh, dan tidak berkata sepatah pun untuk beberapa saat. "Astaga," katanya pelan, hampir pada dirinya sendiri, "Apakah ada yang mematikan mesin soda?"

Beberapa anak lelaki tertawa. Tapi Ollie tidak. Begitu juga Elvis.

"Apakah kalian lupa makan vitamin pagi ini?"

Senyum lemah muncul pada wajah be-berapa anak perempuan.

"Apakah kalian lupa bahwa hari ini adalah Hari Proyek? Aku lihat kau membawa balonmu, Elvis. Aku harap kalian semua juga ingat membawa benda-benda yang kalian perlukan." Ada gerakan perlahan, semua mulai sedikit bersemangat lagi.

"Kita harus siap jam sepuluh pagi," kata Nona Kraft. "Mengapa kita tidak segera mulai bekerja? Tuan-tuan dan nona-nona, nyalakan mesin kalian."

Biasanya akan ada lompatan di sana sini bila mendengar kata-kata itu, kata-kata yang dipakai pada awal balap mobil. Hari ini berbeda. Dengan sangat tenang, pasangan bergabung dengan pasangannya dan mulai mengeluarkan proyek mereka.

"Apakah kau telah membawa pengibar benderanya?" David bertanya pada Jilly.

Jilly meletakkannya di rak buku. David membalikkannya dan memandang nya dari tiap sisi. "Bagus. Benar-benar bagus. Dan aku membawa ini." la merogoh kantongnya dan mengeluarkan kartu-kartu domino ke rak buku.

"Untuk apa itu?" tanya Jilly.

"Aku terpikir untuk menggunakan ini tadi malam," kata David. "Dengan ini, proyek kita akan berjalan lebih lama. Kau akan lihat sebentar."

"Sebaiknya kita coba dulu," kata Jilly. "Untuk melihat apakah semuanya berjalan seperti yang kita pikirkan."

Test kepik dan keanehan setengah jam yang lalu berangsur-angsur lenyap saat semua anak mengerjakan proyeknya.

Nona Kraft memandang berkeliling. Matanya berhenti pada Elena, pada mata Elena yang merah. la mendekatinya dan berkata pelan. Elena menggelengkan kepalanya. Nona Kraft memeluknya dan berjalan terus.

"Elvis," kata Peanut saat mereka meng-ikatkan bel kristal itu ke salah satu balon. "Aku benar-benar menyesal. Kami tidak bemaksud membuatmu marah. Kau boleh meledakkan semua balon kalau itu membuatmu merasa lebih enak."

Tidak terlalu banyak yang diperlukan Elvis untuk merasa lebih enak, seperti biasa-nya. la nyengir. "Sungguh? Asyik!"

Cuma itu yang dapat dilakukan Peanut untuk memperbaiki persahabatannya dengan Elvis. "Dan," sambungnya, "apakah aku pernah bilang bahwa aku benar-benar menyukai sweater Bulls milikmu?"

Elvis memandang sweaternya dan me-nepuk dadanya. "Aku harap aku akan tinggi. Mungkin aku bisa bermain basket untuk

Bulls."

Peanut mulai merasa lebih enak. Tetapi ia juga harus berbaikan dengan Ollie. Dan dengan anak-anak perempuan–apa yang harus dilakukannya pada mereka?

"Kalau kau ingin mengambil buku-bukunya," katanya pada Elvis, "aku akan mengikatkannya pada benang balon untuk menahannya."

....

Sumber: Novel Lima Sekawan, Enid Blyton, 1999

2. Cermatilah daya tarik kutipan novel tersebut, baik berdasarkan

tema, alur, penokohan, latar, penggunaan bahasa, maupun

unsur-unsur lainnya. Cermati pula kelemahan-kelemahan yang mungkin

ada di dalamnya.

3. Sampaikanlah pendapatmu itu di dalam diskusi kelas untuk

men-dapat tanggapan dari teman-temanmu.

Dalam dokumen Bahasa Indonesia Memperkaya Wawasanku (Halaman 161-165)