Kemampuan yang akan kamu miliki setelah mempelajari pelajaran ini adalah sebagai berikut:
• menentukan karakter tokoh dengan bukti yang meyakinkan; • menentukan latar novel dengan bukti yang faktual
.
Pada pelajaran sebelumnya, kamu telah berlatih menjelaskan
unsur-unsur novel dari kutipan-kutipan. Semua itu modal
pengalaman untuk membaca novel secara utuh. Pada pelajaran
kali ini, kamu akan berlatih menjelaskan unsur-unsur novel
secara utuh.
1. Carilah sebuah novel remaja.
2. Identifikasikanlah karakter tokoh dalam novel tersebut.
Latihan
Latihan Tambahan
Nama TokohNo.
1.
Karakter Cara Penggambaran
Nona Kraft .... Perhatian kepada
orang lain dan
telaten
a. Pembicaraan dengan tokoh lain.
"Apakah kalian lupa makan
vitamin pagi ini?"
"Aku harap kalian semua juga
ingat membawa benda-benda
yang kalian perlukan."
....
Kamu mungkin sudah membaca salah satu dari buku cerita
tersebut. Mungkin kamu pun sudah memahami alur cerita,
pelaku, dan latar dari novel yang kamu baca itu. Berikut ini
ringkasan cerita dari salah satu novel tersebut.
Perbedaan dalam menghadapi dan memecahkan masalah adalah sebuah keniscayaan, hanya terkadang kita perlu memahami kenapa perbedaan itu bisa terjadi. Apakah kita akan bersikap bijak, atau justru menjadi picik, menganggap yang berbeda dengan kita adalah sebuah kekeliruan.
Adalah Fenindya Haemy, seorang remaja yang geram melihat banyak ketidakadilan di hadapannya. Kemiskinan, kezaliman, dan kenestapaan. Semua itu membuatnya picik mempertanyakan peran Tuhan atas apa yang terjadi.
Ketika Mas Giri dan Awan, kakak dan adiknya, berontak atas ketidakadilan yang ada, Feny diajak mengikuti langkah perjuangannya membela kaum lemah dan papa atas nama aktivis mahasiswa. Tetapi, Feny justru mengambil peran lain memilih jalan yang berseberangan dengan dua saudaranya itu, berdampingan dengan si Mata Beringin, Thariqul Akbar.
Sumber: Sampul Novel
Gambar 9.2
Contoh beberapa novel remaja
Perhatikan sampul dari novel-novel remaja berikut ini.
Novel remaja ini mengajak kita menapaktilasi perjuangan
bangsa saat jatuhnya kekuasaan Orde Baru, sekaligus mengarifi
perbedaan di tengah kebersamaan yang kita dambakan menuju
kerelaan Tuhan.
Isi dari novel tersebut menggambarkan alur cerita
per-juangan bangsa pada saat jatuhnya kekuasaan Orde Baru. Novel
itu pun mengajak kita untuk menghargai perbedaan-perbedaan
di antara sesama anak bangsa. Kesadaran-kesadaran seperti itu
perlu dilakukan demi keridaan Tuhan kepada kita.
Tokoh Fenindya Haemy sebagai tokoh protagonis seorang
remaja yang geram melihat banyak ketidakadilan di hadapannya
(kemiskinan, kezaliman, dan kenestapaan), tetapi bertolak
belakang dengan tokoh antagonis, yaitu Mas Giri dan Awan,
yang membela kaum lemah dan papa.
Latar yang terjadi dalam cerita yaitu pada masa
kekuasaan Orde Baru dan sering digambarkan peristiwanya
terjadi di lingkungan kampus, tempat berkumpulnya aktivis
mahasiswa.
Nah, betapa bagus cerita, alur, penokohan, dan latar yang
digambarkan pengarang dari novel itu, bukan? Oleh karena itu,
untuk meningkatkan daya apresiasi kamu terhadap karya sastra
novel, kerjakanlah latihan-latihan berikut ini.
Bagian 2
Mereka meninggalkan sekolah dan berjalan sepanjang Jalan Shubra, tersaruk-saruk di sela isak tangis mereka. Hassanein yang pertama kali menangis. Gugup, Hussein ingin menghiburnya, tapi tangisnya sendiri ikut meledak, suaranya tertahan oleh sedu sedan dan dia tetap berdiam diri. Mereka menyeberangi sisi jalan dan mempercepat langkah menuju sebuah lorong sepi, Nasr Allah, beberapa menit perjalanan dari sekolah.
"Bagaimana Ayah meninggal?" Hassanein bertanya kepada kakak laki-lakinya seakan minta pertolongan. Terdiam, Hussein menggelengkan kepalanya.
"Aku tak tahu," gumamnya.
"Aku tak bisa membayangkan bagaimana hal itu terjadi...."
Hassanein mencoba mengingat-ingat seluruh kejadian tadi pagi. Pertama kali melihat ayahnya, dia ingat, adalah saat dia keluar dari kamar mandi.
Seperti biasa, dia mengucapkan selamat pagi kepada ayahnya. Sambil tersenyum, ayahnya menjawab, "Selamat pagi. Apakah kakakmu belum bangun?"
1. Bacalah lanjutan cuplikan novel berikut yang berjudul Awal dan
Akhir. Bagian 1-nya pernah kamu baca pada Pelajaran 7 Bagian B.
Lalu mereka berkumpul mengelilingi meja makan untuk sarapan. Ayahnya meminta ibu mereka membagikan makanan; dan berkata bahwa ibu mereka tak bernafsu makan. "Makanlah bersama kami," katanya, tapi ibu mereka menolak. Sambil mengupas sebutir telur, ayahnya berkata, "Terserahlah."
Hassanein tak ingat apakah dia mendengar suaranya lagi, kecuali suara batuknya. Terakhir kali ia melihatnya adalah saat ayahnya menuju kamar tidur, menggenggam selembar handuk. Kini, ayah telah pergi! Meninggal dunia! Betapa mengerikan kata itu. Menoleh diam-diam, Hassanein menatap kesedihan di wajah kakaknya, kesedihan yang amat dalam membuat wajah itu tampak tua. Kenangan muncul dengan penuh rasa sakit. Aku tak percaya Ayah sudah
tiada. Aku tak percaya! Apakah kematian itu? Tidak, aku tak percayal Pergi! Kalau kutahu hari ini adalah hari terakhirnya di dunia, aku tak akan meninggalkan rumah. Tapi bagaimana aku bisa tahu? Bukankah orang bisa saja mati saat sedang makan atau tertawa? Aku tak percaya. Aku tak bisa memercayainya.
Hassanein sedang terhanyut di dalam lamunannya saat kakaknya menarik tangannya ke lorong Nasr Allah yang di tengah-tengah kegalauannya hampir saja dilewatinya. Mereka
berjalan di sepanjang lorong sempit yang membujur. Kedua sisinya dipenuhi rumah-rumah tua dan toko-toko kecil yang diseraki oleh minyak parafin, sayuran, dan buah-buahan. Mata mereka terbentur pada rumah mereka yang berhalaman luas berdebu. Lalu mereka mendengar suara ratapan dan jeritan. Terpengaruh oleh suara ibu dan kakak perempuan mereka, mereka terbenam dalam ledakan tangis.
Mereka menemukan pintu rumah terbuka, lalu menghambur ke dalam, melintasi ruangan menuju kamar tidur ayah mereka di ujung dan masuk ke dalam. Mata mereka terpaku ke tempat tidur, tempat sesosok jenazah terbaring ditutupi kain kafan. Mereka menghampiri ujung tempat tidur dan, seraya menangis histeris, menjatuhkan diri ke atas jenazah ayahnya. Ibu dan kakak perempuan mereka menghentikan ratapannya dan dua orang perempuan asing tampak di ruangan itu. Ibunda mereka, berpakaian serbahitam, dengan mata merah karena menangis, hidung dan pipinya bengkak, berusaha mengendalikan diri untuk menolong kedua putranya yang tengah larut dalam duka.
1. Carilah sebuah novel asli atau terjemahan yang paling kalian
sukai.
2. Baca dan ringkaslah intisari dari cerita tersebut dengan memerhatikan
penokohan, latar, dan alur yang digunakan pengarang.
3. Jelaskanlah satu per satu dari ketiga unsur novel tersebut dengan
ragam tulis.
4. Laporkanlah hasil pekerjaanmu secara lisan di depan
teman-temanmu secara bergantian.
Latihan Tambahan
Sumber: Femina, Juni 2007