• Tidak ada hasil yang ditemukan

C Membaca Profil Tokoh

D. Menarasikan Wawancara

Dalam pelajaran ini, kamu diharapkan dapat membuat kalimat tidak langsung, menulis, dan menyunting hasil wawancara.

Tujuan Belajar

• Kesimpulan keistimewaan tokoh:

Berikut ini contoh membuat kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.

Dari teks percakapan wawancara tersebut, kalimat langsung dapat dijadikan narasi sebagai berikut.

Pewawancara : Bisa Anda ceritakan bagaimana perjalanan usaha Anda sehingga bisa berhasil seperti sekarang?

Narasumber : Awalnya, perjuangan saya untuk mem­ bangun usaha ini tak lepas dari keuletan. Per tama membangun usaha ini, saya me­ nga lami jatuh bangun. Atas tekad yang kuat dan belajar dari pengalaman, saya dapat mengem bangkan usaha ini.

Dalam wawancara tersebut, pewawancara meminta kepada narasumber untuk menceritakan bagaimana perja lan an usaha narasumber sehingga bisa berhasil seperti sekarang. Narasumber menerangkan bahwa awalnya, per juangannya untuk membangun usahanya tidak lepas dari keuletan. Pertama membangun usahanya, narasumber mengalami jatuh bangun. Atas tekad yang kuat dan belajar dari pengalaman, narasumber dapat mengembangkan usahanya.

Sekarang, bacalah teks wawancara berikut. Kak Butet Manurung

Menjadi Guru di Tengah Hutan Sekilas Bahasa

1. Wawancara terbuka adalah wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang tidak terbatas (tidak terikat) jawabannya. 2. Wawancara

terpimpin adalah wawancara dengan memakai pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. 3. Wawancara tertutup adalah wawancara yang berdasarkan pertanyaan yang terbatas jawabannya.

Mengapa Kak Butet mau mengajar di tengah hutan?

Saya ini menyukai alam, anak­anak dan pendidikan. Kalau saya mengajar di kota, maka saya tidak akan bertemu dengan alam. Makanya saya tertarik mengajar di hutan ketika ada ke­ sempatan untuk mendidik anak­anak Suku Anak Dalam.

Kapan pertama kali Kak Butet masuk hutan?

Sekitar tahun 1999. Waktu itu ada sebuah lem baga swadaya masyarakat yang akan me­ lakukan riset (penelitian) terhadap Suku Anak Dalam. Salah satunya riset masalah pendidikan. Saya yang mengadakan riset itu. Dari pengalaman itu saya mulai memahami kebiasaan dan aturan

yang berlaku di lingkungan mereka. Ternyata me­ reka senang belajar. Inilah yang membuat saya ber semangat mengajar di hutan.

Di mana belajarnya?

Mereka sangat senang belajar berhitung dan membaca. Waktu belajarnya biasanya pada pada pagi dan siang hari. Di sana tidak ada kelas, bangku, juga kursi. Jadi kami belajar di bawah pohon yang rindang, beralaskan rumput atau tanah. Biar begitu mereka belajar dengan tekun dan penuh semangat. Kadang kami belajar sambil mendengarkan kicauan burung dan me rasakan semilirnya angin hutan. Kalau tiba­tiba hujan terpaksa kami pindah ke pondok atau bubar. Anak­anak belajar memakai buku tulis, se dang­ kan Kakak menggunakan papan tulis kecil serta kapur tulis.

Kenapa Kakak memakai papan tulis kecil?

Supaya mudah dibawa ke mana­mana. Papan tulis kecil kan mudah diselipkan di ransel.

Kenapa yang diajarkan hanya membaca dan berhitung?

Bisa membaca dan menghitung itu penting bagi mereka. Tujuannya supaya mereka tidak di­ tipu saat berjualan rotan ke pasar.

Apa saja pengalaman Kak Butet selama di hutan?

Saya punya pengalaman yang menyenangkan. Antara lain berburu bersama anak­anak. Kami sering mencari ikan di kali atau hewan lain di hutan. Saya juga sering ikut membuat pondok atau rumah. O ya, saya diajari mengetahui semak belukar yang ada binatang buasnya, lo! Saya juga

diberi tahu, hewan yang paling ditakuti di hutan bukannya harimau tetapi beruang. Biasanya ada tanda­tanda khusus di pohon bila daerah tersebut ada beruangnya.

Berapa lama Kak Butet berada di hutan?

Biasanya antara 21–40 hari. Setelah itu, saya harus ke desa atau kota terdekat untuk mengurus berbagai keperluan selama seminggu. Kalau segala urusan sudah selesai, saya kembali ke hutan. Untuk masuk ke hutan, saya harus menunggu anak­anak Suku Anak Dalam yang ber belanja ke pasar. Bersama­sama merekalah saya pergi ke perkampungan mereka.

Suku Anak Dalam tidak pernah menetap di suatu tempat dalam waktu yang lama. Mereka suka berpindah­pindah. Oleh sebab itu, saya perlu bantuan mereka untuk mengantar untuk mengantar ke perkampungan mereka. Biasanya waktu yang diperlukan untuk ke perkampungan mereka sekitar 2 sampai 7 hari.

Apa keinginan kak Butet saat ini?

Saya ingin memilki lembaga swadaya masya­ rakat sendiri yang khusus mengurus pendidikan bagi suku­suku yang ada di pedalaman. Mereka juga butuh pendidikan seperti kita.

Apa pesan Kak Butet untuk kami?

Selalu bersemangat dalam belajar. Belajar mengatur waktu yang seimbang antara sekolah, belajar, dan bermain.

Sumber: Bobo, Maret 2006

Pewawancara menyatakan bahwa Kak Butet mau mengajar di Hutan. Apa alasan Kak Butet mau mengajar di hutan? Saya ini menyukai alam, anak­anak dan pendidikan. Kalau saya mengajar di kota, maka saya tidak akan bertemu dengan alam. Makanya saya ter tarik mengajar di hutan ketika ada ke­ sempatan untuk mendidik anak­anak Suku Anak Dalam.

Lebih lanjut Kak Butet menjelaskan. Sekitar tahun 1999. Waktu itu ada sebuah lem baga swadaya masyarakat yang akan me lakukan riset (penelitian) terhadap Suku Anak Dalam. Salah satunya riset masalah pendidikan. Saya yang mengadakan

Dari teks wawancara tersebut, kamu dapat menarasikan nya sebagai berikut.

riset itu. Dari pengalaman itu saya mulai memahami kebiasaan dan aturan yang berlaku di lingkungan mereka. Ternyata me­ reka senang belajar. Inilah yang membuat saya ber semangat mengajar di hutan. Mereka sangat senang belajar berhitung dan membaca. Waktu belajarnya biasanya pada pada pagi dan siang hari. Di sana tidak ada kelas, bangku, juga kursi. Jadi kami belajar di bawah pohon yang rindang, beralaskan rumput atau tanah. Biar begitu mereka belajar dengan tekun dan penuh semangat. Kadang kami belajar sambil mendengarkan kicauan burung dan merasakan semilirnya angin hutan. Kalau tiba­tiba hujan terpaksa kami pindah ke pondok atau bubar. Anak­anak belajar memakai buku tulis. Kakak menggunakan papan tulis kecil serta kapur tulis.

Pewawancara kemudian menanyakan mengapa hanya diajar­ kan membaca dan berhitung? Kak Butet menjelaskan. Bisa mem­ baca dan menghitung itu penting bagi mereka. Tujuannya supaya mereka tidak di tipu saat berjualan rotan ke pasar.

Pewawancara lalu menanyakan pengalaman yang berkesan sewaktu tinggal di hutan. Kak Butet menjelaskan. Saya punya pengalaman yang menyenangkan. Antara lain berburu bersama anak­anak. Kami sering mencari ikan di kali atau hewan lain di hutan. Saya juga sering ikut membuat pondok atau rumah. O ya, saya diajari mengetahui semak belukar yang ada binatang buasnya, lo, Saya juga diberi tahu, hewan yang paling ditakuti di hutan bukannya harimau tetapi beruang. Biasanya ada tanda­ tanda khusus di pohon bila daerah tersebut ada beruangnya.

Kemudian, pewawancara menanyakan berapa lama Kak Butet tinggal di hutan. Biasanya antara 21–40 hari. Setelah itu, saya harus ke desa atau kota terdekat untuk mengurus berbagai keperluan selama seminggu. Kalau segala urusan sudah selesai, saya kembali ke hutan. Untuk masuk ke hutan, saya harus me nunggu anak­anak Suku Anak Dalam yang ber belanja ke pasar. Bersama­sama merekalah saya pergi ke perkampungan mereka.

Suku Anak Dalam tidak pernah menetap di suatu tempat dalam waktu yang lama. Mereka suka berpindah­pindah. Oleh sebab itu, saya perlu bantuan mereka untuk mengantar untuk mengantar ke perkampungan mereka. Biasanya waktu yang di perlukan untuk ke perkampungan mereka sekitar 2 sampai 7 hari.

Selanjutnya pewawancara menanyakan keinginan dan kesan Kak Butet. Saya ingin memilki lembaga swadaya masya­ rakat sendiri yang khusus mengurus pendidikan bagi suku­suku yang ada di pedalaman. Mereka juga butuh pendidikan seperti kita. Selalu bersemangat dalam belajar. Belajar mengatur waktu yang seimbang antara sekolah, belajar, dan bermain.

1. Narasikan isi wawancara berikut dengan memerhatikan pemakaian kalimat tidak langsung.

Berlatih Menguji Kemampuan

Setelah menarasikan isi wawancara tersebut, kemu dian kamu bacakan hasil penarasiannya.

Karier Artis Dude Herlino

casting dari iguran kecil­kecilan, terus dapat peran kecil. Dan alhamdulillah, setelah masuk di Sinemart, saya mendapat peran lumayan hingga sekarang.

Dunia seni peran bukan merupakan hal baru bagi Dude Herlino. Sejak kecil, Dude, begitu ia disapa, sudah me ne kuni dunia teater. Bahkan guru teater nyalah yang mendorong sulung dari dua bersaudara ini untuk terjun ke dunia sinetron.

Meskipun Dude mempunyai latar be­ lakang teater, namun tidak lantas membuat langkah bungsu dari dua bersaudara ini mulus saja saat ia pertama kali terjun ke dunia sine­ tron. Dude harus menunggu selama seta­ hun setengah hingga akhirnya men dapat peran kecil di sebuahsinetron. tak hanya itu, beberapa episode sinetron yang Dude main­ kan sempat tak dibayar oleh agensi tempat Dude bergabung.

Bahkan, kedua orangtuanya, Haidir Hanif dan Ermy Syukur, sempat tidak menye­ tujui kiprah pengagum Jenifer Love Hewitt ini untuk terjun ke dunia hiburan. Alasan mereka cukup masuk di akal. Mereka tak ingin sekolah Dude terlantar karena padatnya jadwal syuting. Namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai memberikan ijin dan bah kan mereka berdua mendukung penuh pro fesi yang dipilih oleh putra mereka ini.

Dude yang ditemui okezone di Studio Persari, Jalan Manggis, Ciganjur, Jakarta Selatan, belum lama ini, menuturkan perja­ lanan karier yang dimulainya tidak dengan mudah. Banyak kerikil dan batu sandungan dalam niatnya meraih sukses.

O (Okezone): Dude, bisa ceritakan lika­liku awal mula karier hingga sekarang?

D (Dude): Awalnya, saya dulu belajar tea ter dan akting di Sanggar Ananda pada tahun 2002. Setelah itu, saya mulai coba­coba ikut