• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tes Pemahaman Semester

A. Mendengarkan Wawancara

Tataplah pancaran sinar wa jah Pak Tauiq Ismail. Tampak serius, tetapi se sungguhnya pe­ nuh hu mor. Galak, tetapi sebe narnya be liau itu sangat ramah. Pendiam, te tapi lancar berbicara. Cerdas, tetapi tetap arif bijaksana. Ya, dialah salah seorang penya ir kenamaan dan terkemuka Indonesia. Padahal, ia lulus sebagai dokter he­ wan. Karya­karya sajak Pak Tauiq yang he bat dan memukau telah ter kumpul dalam be­ berapa buku, di antaranya Tirani dan Benteng, Kota Pelabuhan, dan Sajak Ladang Jagung. Ia juga mencipta sajak anak­anak berjudul Kenalkan, Saya Hewan. Di samping itu, ia sering menulis lirik lagu untuk grup musik Bimbo, dan terakhir juga untuk Chrisye.

Tauiq Ismail Tekun Membaca

Sumber: Bobo, Maret 2000 Pada pelajaran

ini, kamu diharapkan dapat mendata gagasan narasumber, menyimpulkan gagasan narasumber, dan menuliskan informasi dalam wawancara. Tujuan Belajar

Lihatlah ekspresi wajah Pak Tauiq saat mem baca sajak. Penuh dengan penghayatan.

Pak Tauiq itu lahir di Bukittinggi atau di Pekalongan sih?

Saya lahir di Bukittinggi, Sumatra Barat, te tapi dibesarkan di Pekalongan, Jawa Tengah.

Pada usia berapa Bapak pindah ke Pekalongan?

Usia tiga bulan, saat masih bayi. Jadi, saya belum tahu apa­apa ketika diboyong ke sana kemari.

Begitu ... jadi di Bukittinggi cuma num ­ pang lahir’?

Begitulah, masa kecil saya kemudian ber­ pindah­pindah. Sebentar di Pekalongan, lalu pin dah ke Solo, kemudian tinggal di Semarang, dan pindah lagi ke Yogyakarta, lantas kembali ke Pekalongan.

Lalu bagaimana sekolahnya, Pak? Ya, pindah­pindah juga. SD saya pun pin­ dah sampai empat kali. Oh ya, dulu masih di­ sebut SR atau Sekolah Rakyat. Sebagai guru dan war tawan, tugas ayah saya me mang ber­ pindah­pindah.

Pelajaran apa yang paling di suka di bangku SD, Pak?

Bahasa Indonesia.

Kini Pak Tauiq sangat di kenal sebagai sas­ trawan dan pe nyair. Apakah itu cita­cita beliau dari ke cil?

Tidak, tidak. Dulu ketika masih SD, saya per­ nah bercita­cita jadi dokter, wartawan, juga orang kaya. Baru di bangku SMA, saya ber tetapan ingin men jadi sas trawan.

Sejak kecil Pak Tauiq suka baca, ya?

Oh, sangat suka. Saya sung guh berun tung ka rena kedua orang tua saya sangat ge mar mem­ baca dan suka menulis.

Menulis?

Benar, menulis. Ayah dan Ibu memang pe­ nulis. Saya pernah suatu hari melihat baris­baris pantun karya ibu saya dimuat di koran Pe rem­ puan Indonesia terbitan Sumatra. Saya sangat kagum. Lalu, ayah saya juga sering menulis di koran Sinar Baroe yang terbit di Semarang pada zaman Jepang. Ayah bekerja di koran itu sebagai Wakil Ketua Redaksi. Wah, saya begitu kagum dengan tulisan Ayah yang bisa panjang itu.

Jadi, bakat menulis Pak Tauiq tidak lain berasal dari Ayah dan Ibu?

Ya, tepat begitu. Dari Ayah dan Ibu jualah saya jadi gemar mem baca. Dulu Ayah dan Ibu mem punyai ke biasaan memberi saya hadiah bu­ ku. Kalau ber pergian, oleh­olehnya selalu buku. Di rumah, Ayah juga punya per pus taka an pribadi. Lalu, hampir se minggu sekali saya diajak ke toko buku. Saya dibolehkan memilih dua buku ter baru setiap kali ke toko buku.

Wah, menyenangkan sekali, Pak ....

Memang. Saya suka berlama­lama di toko

buku. Dua buku lebih dulu saya serahkan ke kasir, lalu saya berasyik­asyik membaca buku­ buku yang lain. Jadi, betah sekali saya berada di toko buku.

Buku apa sajakah yang dibaca Pak Tauiq di usia SD dulu?

Banyak, sangat banyak. Sebagian besar ten tu terbitan Balai Pustaka. Ada juga buku ter jemahan. Karena saya haus baca, banyak buku untuk orang dewasa sekalipun saya lahap ketika saya masih SD. Misalnya, Tak Putus di Run dung Malang karya Sutan Takdir Alisjahbana, ju ga Dari Penjara ke Penjara karya Tan Malaka.

Pak Tauiq juga sudah mulai menulis di bangku SD?

Ya, bahkan pernah dimuat di rubrik "Taman Anak­Anak", harian Sinar Baroe. Waktu itu saya menulis gurindam, bentuk puisi lama yang terdiri dari dua larik, dan berisi nasihat­nasi hat. Saya lupa judulnya apa.

Bangga ya, Pak?

Bangga sekali. Cuma saya pikir karena ayah saya bekerja di harian Sinar Baroe, karya sa ya lalu dimuat. Hehe. Atau mungkin saja ka­ re na memang layak dimuat.

Pak Tauiq lulusan SD mana?

Saya tamatan SR Muhamadiyah, Ngupasan, Yogyakarta.

Sumber: Bobo, Maret 2000

Sumber: www.tokohindonesia.com Bagaimana penampilan kedua temanmu? Berilah tanggapan

ter hadap penampilan kedua temanmu.

Sekarang, kita akan membahas tentang partikel -kah. Kamu pasti menemukan partikel tersebut dalam kalimat pertanyaan. Partikel -kah berfungsi sebagai penegas dalam kalimat tanya. Partikel

-kah, cara penulisannya dirangkaikan dengan kata yang men da­ huluinya.

1. Pelajaran apakah yang paling disukai di bangku SD, Pak? 2. Buku apa sajakah yang dibaca Pak Tauik di usia SD dulu?

1. Mau pergi sekarang Om? 2. Ayo, kakak bantu, Dek. 3. Apa kabar, Rusdi?

1. Pada usia berapa pindah ke Pekalongan, Pak? 2. Bangsanya, Pak?

1. Lusikah pemenang lomba itu? (partikel –kah digunakan sebagai pembentuk kalimat tanya).

2. Pertunjukan itu akan berlangsungkah? (partikel –kah di­ gunakan untuk memperjelas kalimat tanya).

Perhatikanlah contoh berikut.

Fungsi partikel –kah dari kedua kalimat tersebut yaitu untuk memperhalus pertanyaan.

Contoh lainnya:

Dalam percakapan tersebut terdapat juga kata panggilan, kata panggilan dipakai dalam kalimat langsung. Perhatikanlah contoh berikut.

Kata panggilan lain contohnya Bu, Om, Tante, Dek, Kak, atau nama orang. Contohnya pada kalimat berikut.

Sekarang, cobalah buatkan beberapa kalimat yang mengan­ dung partikel -kah dan kata panggilan. Setelah itu, bahaslah hasil tulisanmu bersama­sama.

1. Kerjakan latihan ini dengan teman sebangkumu. Seorang berperan menjadi pewawancara dan seorang lagi menjadi narasumber.

2. Teks percakapan yang harus dibacakan adalah sebagai berikut.

Ada kesan khusus saat ditunjuk menjadi Menteri Kesehatan?

Saat ditelepon untuk datang ke Cikeas, awal ­ nya saya sempat kaget. Saya nggak per caya. Waktu itu, saya bilang ‘ah bohong’. Saya nggak pernah ber­ mimpi menjadi seorang menteri.

Bagaimana rasanya setelah menjadi menteri?

Apa bangga to ya jadi menteri? Terus te ­ rang, saya belum merasakan enaknya jadi men­ teri. Rasanya capek, sampai saat ini be lum bisa tidur nyenyak kalau program saya belum jalan dengan gamblang. Setiap bangun tidur saya pun selalu memikirkan bagaimana membersihkan Depkes yang tadinya dinilai ti dak bersih men­ jadi mengilat.

Selama ini menkes selalu dijabat pria, seka rang dijabat perempuan, kira­kira apa pertimbangannya?

Tampaknya itu sudah jadi keputusan. Tam­ paknya dari awal jabatan menkes harus dijabat perempuan. Kursi menteri yang disetel untuk wanita kan hanya empat. Waktu itu, tiga nama sudah muncul, yang belum muncul cuma satu dan kursi yang masih kosong itu menkes. Mung­ kin menkes dan perempuan lebih dibu tuhkan. Biasanya perempuan itu lebih teliti dan lebih jujur.

Apa target yang ingin dicapai dalam 100 hari pertama kepemimpinan Anda?

Gebrakan 100 hari pertama menkes adalah mendekatkan dan memperbaiki kesehatan ke ­ pada rakyat, terutama rakyat miskin. Selama ini, rakyat miskin tak terjangkau pelayanan ke­se­ hatan yang memadai. Ada tiga langkah yang akan dilakukan untuk mendekatkan kesehatan dengan rakyat miskin.

Apa motto Anda dalam bekerja atau kehidupan sehari­hari?

Motto saya; jujur, bersih, dan disiplin. Saat serah terima jabatan, saya sudah mengatakan, ‘Ayo kita mulai bekerja dengan jujur, bersih, dan disiplin’. Itu motto yang saya terapkan di Depkes. Saya ingin Depkes yang tampak agak kusam kalau saya pegang bisa kembali mengilat.

Apa arti hidup dan obsesi apa yang ingin Anda capai?

Buat saya hidup itu adalah ibadah. Setelah men jadi menteri, obsesi saya adalah menyehat­ kan rakyat seutuh­utuhnya.

Sumber: www.republika.com

(dengan pengubahan) Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Pj.,

Menteri Kesehatan Wanita Pertama

Sumber: kompas.com

3. Lakukanlah percakapan dengan memperhatikan artikulasi lafal, intonasi, dan jeda yang jelas serta tepat.

4. Pilihlah salah satu pasangan yang dianggap terbaik dalam membacakan percakapan. kemudian, lakukanlah penilaian terhadap pembacaan tadi dengan mengikuti format Penilaian Wawancaraberikut.

Pada pembelajaran sebelumnya kamu telah belajar men­ dengarkan dan men catat pokok­pokok berita. Tentu penge tahuan kamu ber tambah. Selain itu, kamu juga dapat mempelajari bagai­ mana me nanggapi pem bacaan sebuah teks atau buku karya orang lain yang dibacakan termasuk cerpen.

Mari, bacalah cerpen berikut oleh salah seorang temanmu. Siswa yang lain mendengarkan dengan saksama.

B. Mengungkapkan Isi