• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menarik Investor dari Luar Daerah

Dalam dokumen 430f4525 49ad 4be1 9342 2f86669f887b (Halaman 33-36)

“Ada tuntutan pelaku usaha Hasil seminar, workshop Salah satu keluhan bahwa pelaku usaha harus mendatangi banyak tempat dengan aneka ragam izin, tanpa

3.1.5. Menarik Investor dari Luar Daerah

Investasi atau kegiatan usaha sangat penting peranannya dalam pembangunan ekonomi. Selain memproduksi barang dan jasa yang diperlukan masyarakat, dengan adanya kegiatan usaha orang dapat bekerja dan memperoleh penghasilan.

Hal penting lain yang tidak dapat diabaikan adalah adanya multiplier efect. Suatu investasi dapat mendorong munculnya kegiatan usaha lain yang terkait. Dalam beberapa kasus, investasi juga dapat mendorong perbaikan infrastruktur melalui pembangunan berbagai fasilitas yang sebenarnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan usaha, tetapi pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk keperluan masyarakat luas.

Selain sebagai bagian dari pelayanan publik, PTSP sebenarnya juga merupakan salah satu upaya untuk menarik investor. Seperti telah disampaikan sebelumnya, kelahiran PTSP sendiri dimulai oleh terbitnya Inpres Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijaan Percepatan Perbaikan Iklim Usaha. Jelas bahwa secara historis PTSP lahir karena adanya kesadaran akan pentingnya memberikan iklim yang kondusif bagi dunia usaha.

Arah kebijakan tersebut dipertegas oleh Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2009 yang antara lain menyatukan fungsi pelayanan perizinan dengan fungsi penanaman modal ke dalam PTSP, sehingga cepat atau lambat PTSP juga dituntut untuk mampu menjalankan fungsi promosi investasi bagi daerahnya. Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu contoh yang baik dalam upaya menarik investor dari luar daerah, bahkan sebelum Peraturan Presiden itu keluar.

Promosi dimulai oleh pucuk pimpinan daerah, yaitu Bupati Abdullah Azwar Anas yang memangku jabatan sejak 2010. Sebagai mantan anggota DPR, Bupati banyak memiliki koneksi dengan kalangan pengusaha dari luar Banyuwangi, khususnya dari Jakarta dan sekitarnya. Banyuwangi juga mendapatkan momentum terbaik dengan mulai dapat dioperasikannya lapangan terbang Belimbingsari, sehingga akses masuk dan keluar Banyuwangi menjadi lebih baik, tidak lagi hanya mengandalkan jalur darat dan laut.

Tapi di luar itu semua, yang terpenting adalah semangat dan strategi yang tepat dalam mewujudkannya. Pemda menganalisis bahwa “pergi keluar” untuk berpromosi (melalui kegiatan pameran dan sejenisnya) tidak terlalu efektif. Waktu yang disediakan dalam pameran terbatas, sehingga informasi yang diperoleh oleh calon investor juga terbatas. Berbagai keterbatasan itu menyebabkan potensi besar yang dimiliki oleh Banyuwangi tidak dapat termafaatkan secara optimal.

Oleh karena itu dirancang strategi untuk membuat orang tertarik datang dan mengetahui lebih banyak hal tentang Banyuwangi, khususnya potensi ekonominya. Dibuatkan berbagai kegiatan (event) yang terdiri dari berbagai jenis kegiatan seperti oleh raga, budaya, wisata, pameran dan sebagainya. Hampir setiap bulan ada kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai promosi daerah. Beberapa kegiatan yang dimaksud antara lain Banyuwangi Ethno Carnival, Tour de Ijen, Banyuwangi Jazz Festival, Festival Kuwung dan Gandrung Sewu.

Bagaimana pemerintah daerah membiayai semua kegiatan tersebut? Ada alokasi APBD untuk berbagai kegiatan promosi investasi, tetapi diakui sangat kecil nilainya. Bagian terbesar pengeluaran untuk berbagai kegiatan tersebut dibiayai melalui kerjasama dengan sektor swasta, baik dalam bentuk kerjasama sebagai sponsor komersial maupun kerjasama dalam konteks “partisipasi” atau bantuan.

Untuk calon investor, PTSP menyediakan ruang presentasi yang sangat nyaman dan dilengkapi dengan sarana yang sangat memadai. Di situ calon investor dapat diberi penjelasan tentang potensi ekonomi, arah kebijakan pemerintah daerah, tata guna lahan, proses perizinan dan informasi lain yang biasanya sangat diperlukan sebelum mereka mengambil keputusan untuk membuka usaha di suatu daerah.

Demikian juga sebaliknya. Dalam pertemuan di ruang presentasi itu pemerintah daerah juga bisa menanyakan berbagai hal terkait rencana investasi yang akan dilakukan oleh calon investor. Langkah itu diperlukan untuk meyakinkan bahwa rencana tersebut masih sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah. Itu menjadi hal yang sangat penting, karena pemerintah daerah bersikap selektif terhadap berbagai rencana investasi. Sebagai contoh, Kabupaten Banyuwangi memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan izin (baru) untuk pembukaan minimarket, supermarket/hipermarket dan tempat penginapan berkelas melati.

Secara umum dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah berusaha melayani calon investor semaksimal mungkin. Selain fasilitas pengurusan izin usaha melalui PTSP, pemerintah daerah juga melayani calon investor dengan berbagai fasilitas lain termasuk antar-jemput dan transportasi selama mereka berada di Bayuwangi. Menurut istilah Kepala PTSP: “Pokoknya mereka hanya kami tinggal pas tidur saja.”

Pemerintah daerah tahu, bahwa salah satu hal yang menjadi ‘hantu’ bagi investor dari luar adalah pengurusan persetujuan tetangga (sebagai salah satu syarat Izin Mendirikan Bangunan). Di banyak daerah, persetujuan tetangga harus diurus sendiri oleh investor. Hal itu sangat menyulitkan investor, karena sebagai orang luar mereka tidak kenal dengan masyarakat yang akan dimintai persetujuan. Ditambah dengan ketidakjelasan peraturan dan prosedur pengurusannya, tidak jarang investor mengeluarkan dana yang sangat besar hanya untuk mengurus persetujuan tetangga itu. Seorang pengusaha hotel menyampaikan bahwa dia sudah mengeluarkan uang sampai Rp1,5 milyar tetapi tetap tidak dapat memperoleh persetujuan tetangga untuk rencana pembangunan hotel berbintang di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Menyadari hal itu, pemerintah daerah membuat kebijakan untuk memfasilitasi pengurusan berbagai izin yang diperlukan oleh investor, termasuk di dalamnya pengurusan persetujuan tetangga.

Angka penanaman modal asing (PMA) juga memperlihatkan perkembangan menarik. Pada tahun 2010 nilai PMA di Banyuwangi adalah Rp9,5 milyar. Peningkatan luar biasa terjadi pada tahun 2011, yaitu menjadi Rp959 milyar. Sebagaimana untuk PMDN, nilai PMA juga menurun pada tahun 2012 (menjadi Rp62 milyar), tetapi tetap jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2010.

Perkembangan nilai PMA dan PMDN tersebut menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan pemerintah daerah sangat efektif. Kuncinya adalah komitmen pemerintah daerah, pemilihan strategi yang tepat (yaitu bukan dengan pergi ke luar, tetapi membuat orang datang), kerjasama yang saling menguntungkan dengan sektor swasta, serta fasilitasi pengurusan izin usaha oleh pemerintah daerah. Dengan kemauan yang kuat, langkah dan strategi yang diterapkan oleh Kabupaten Banyuwangi sebenarnya tidak terlalu sulit untuk ditiru oleh daerah lain.

Dalam dokumen 430f4525 49ad 4be1 9342 2f86669f887b (Halaman 33-36)