• Tidak ada hasil yang ditemukan

mencapai angka maksi mumnya ”

terjadi sampai saat ini operasional PLTP tutup. Karena itu kita mengatakan panas bumi itu seb- agai Renewable. Sebagian yang lain mengatakan panas bumi itu Sustainable.

T: Di tengah-tengah kondisi dunia yang krisis energi ini sampai sejauh mana usaha kita dalam panas bumi sebagai sumber energi?

J: Betul, negara kita memang masih cukup ban- yak cadangan minyak dan batubaranya. Bahkan selain dikonsumsi dalam negeri keduanya masih diekspor. Untuk mengganti peran minyak dan batubara, panas bumi masih memiliki kendala. Panas bumi ini bersifat in situ, yakni tidak bisa di- transfer. Panas bumi hanya bisa dimanfaatkan se- bagai sumber energi domestik. Selain itu komoditi (yang akan dieksplorasi) apapun termasuk panas bumi tidak ada jaminan kepastiannya. Meskipun data geosain permukaannya cukup bagus, begitu kita drill belum tentu kita dapat panas buminya di situ. Namun jika berhasil kita peroleh maka PLTP itu akan terus running tidak akan ada masalah. Dari sisi eksplorasi kita masih kalah dari Philipina. Mereka sudah berhasil mengembangkan hingga 2.000 MWe dan sudah hampir mencapai angka maksimumnya. Di Indonesia tidak seperti itu kare- na mungkin karena kita masih punya banyak pili- han sumber energi. Ya, ujung-ujungnya political will pemerintah juga.

W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 0 0 8

J: Direktorat itu berasal dari kata “to direct” yang berarti mengatur. Maksudnya mengatur dalam bentuk kebijakan-kebijakan. Waktu kita masih di bawah Direktorat Minerbapabum kita masih bersifat double-agent, yaitu kita masih mengatur dan juga kita masih melaksanakan kegiatan. Ini ti- dak bagus untuk organisasi. Oleh karena itu harus diciptakan ada yang mencari dan ada yang men- gatur. Dengan adanya Badan Geologi ini terlihat ada pemisahan. Resource-nya kita, kebijakannya mereka (minerbapabum).

kita mau saja pindah ke Jakarta, tetapi ‘kan kita mikir anak-anak juga.

T: Pak Sjafra ini kan sebentar lagi pen- siun, bagaimana kaderisasi di Badan Ge- ologi?

J: Terus terang, ya kaderisasi agak terganggu. Ini tidak terjadi pada kita saja tetapi seluruh departe- men di Indonesia. Ini terkait dengan kebijakan pe- nyetopan penerimaan pegawai. Jadi terjadi gap kosong yang cukup lama. Nah, para ahli kita kini

cukup banyak juga yang pensiun. Sekarang ini memang ada lagi penerimaan pegawai. Namun untuk siapnya seseorang menjadi geothermalis itu diperlukan pengetahuan-pengetahuan sep- erti geologi panas bumi, geokimia panas bumi, dan geofisika panas bumi. Setelah memiliki ilmu pengetahuan seperti disebut tadi maka dia bisa diharapkan memiliki nalar seorang geothermalis. Ya, rentang penghentian penerimaan pegawai ini menyebabkan gap usia yang panjang. Umur pega- wai lapisan setelah saya sudah tua-tua. Namun untungnya kita tertolong oleh para fungsionalis Penyelidik Bumi, karena mereka yang golongan IV masih bisa bekerja hingga umur 60 tahun.

Sementara kontrak saya dengan Pemerintah sampai umur 56 tahun. Masih banyak rasanya yang ingin saya lakukan tetapi regulasi mengatur demikian. Namun sebenarnya saya sudah me- nyampaikan kepada penerus saya apa-apa yang belum dan harus dikerjakan.

T : Pengalaman menarik selama bekerja di lapangan?

J : Pengalaman paling berkesan adalah saat sur- vei mineral tahun 1977an di Bukit Barisan, Tangse Aceh. Kami bertemu harimau pada hari terakhir survei. Para tukang ukur ketakutan untuk melaku- kan kerja terakhir. Saya pikir kalau pekerjaan tera- khir ini tidak kami lakukan, kami akan terlambat pulang. Oleh karena itu saya bernegoisasi dengan mereka. Mereka akan ikut lari kalau saya lari. Saya tidak mau karena kalau lari alat-alat akan rusak. Namun akhirnya kami berhasil pula menyele- saikan pekerjaan itu.

T: Ada harapan yang belum terpenuhi?

J: Naik Gunung Merapi sekali lagi. Selama ini saya sudah naik Gunung Kelud sebanyak 20 kali lebih, Gunung Merapi 49 kali, Krakatau 5 kali, dan Gu- nung Gede 10 kali. Hahaha..saya ingin mengge-

napkan angka 49 itu menjadi 50.n

Pewawancara: Bunyamin, Priatna Fotografer: Gatot Sugiharto

8 W a r t a G e o l o g i . S e p t e m b e r 0 0 8

Selama 2 hari tanggal 26 dan 27 Agustus 2008, bertempat di Hotel Horison Bandung, Badan Geologi menyelenggarakan Seminar Air Tanah dengan mengambil tema Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Untuk Pemanfaatan dan Konservasi Air Tanah. Maksud kegiatan seminar ini adalah untuk meningkatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang perencanaan dan penemuan kreativitas yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air tanah menuju sumber daya air yang lebih baik. Sedangkan tujuan kegiatan seminar ini adalah sebagai sumber informasi dalam perkembangan sains dan teknologi air tanah di Indonesia serta mendalami beberapa diantaranya yang berkaitan dengan upaya konservasi air tanah dan pemanfaatan air tanah guna menjamin keberlanjutan ketersediaan sumber daya air tanah baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Seminar yang dibuka oleh Kepala Badan Geologi, R. Sukhyar, dihadiri oleh sekitar 200 peserta yang mewakili delegasi dari berbagai instansi

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota dan Kabupaten, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Perguruan Tinggi, Swasta, BUMN, BUMD, Organisasi, LSM, Himpunan Profesi dan Mahasiswa. Dalam sambutannya,

Kepala Badan Geologi menyambut baik

diadakannya Seminar Nasional Air Tanah ini dan beliau menganggap Seminar ini sangat penting bagi kita semua untuk pengelolaan air tanah, dan sekaligus turut menjawab tantangan isu nasional yang kita hadapi yaitu krisis air bersih.

Kepala Badan Geologi juga menyinggung latar belakang diadakan seminar antara lain, 1) peringatan tahun kedua dari “Internasional Planet Bumi” (International Year of The Earth 2007-2009) yang memuat tujuan diantaranya pengurangan resiko bencana akibat aktivitas manusia, penemuan sumber daya alam baru, dan pengelolaannya secara berkelanjutan, 2) upaya untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih sebagaimana tersirat dalam

Dokumen terkait