• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. MELANGKAH DI ANTARA KETIDAKPASTIAN

C. Mencari Jalan Tengah

Karena di antara Indonesia – Belanda masih belum bisa menemukan kesepakatan mengenai rencana pembentukan NIS, maka secara inisiatif dua anggota KTN, yaitu Critchley dan Dubois mengajukan suatu rancangan kepada kedua belah pihak sebagai alternatif untuk menjajaki kemungkinan pembentukan NIS dengan cara lain. Rancangan tersebut diajukan pada 10 Juni 1948 dan berisi tentang beberapa hal yang secara prinsipiil mengarah kepada skema pembentukan NIS. Rancangan Critchley – Dubois tersebut antara lain berisi :

1. Pemilihan umum di seluruh Indonesia untuk memilih anggota Majelis Konstituante.

2. Majelis tersebut akan bertindak sebagai parlemen sementara dan pembuat undang-undang.

3. Majelis tersebut juga akan membentuk pemerintahan sementara yang bertanggung jawab kepada parlemen.

23

Soekarno, op. cit., hlm. 63-64.

24

4. Majelis tersebut mempunyai wewenang untuk menentukan batas-batas negaranya yang akan masuk ke dalam NIS.

5. Majelis tersebut akan menerima kekuasaan atas angkatan perang, hubungan luar negeri, perdagangan mata uang, dan kedaulatan dari tangan Belanda.25

Rencana Critchley – Dubois tersebut pada dasarnya merencanakan adanya Pemerintahan Federal Sementara selama masa peralihan yang pembentukannya dilakukan melalui pemilihan umum. Di dalam pemerintahan itu Indonesia dan Belanda secara bersama-sama akan menyerahkan sebagian hak dan tanggung jawab politiknya kepada Pemerintah Federal Sementara sebagai langkah untuk mengaktifkan kekuasaannya selama masa peralihan. Pemerintah Federal Sementara ini mempunyai wewenang atas urusan pemerintahan dalam negeri, angkatan perang, dan hubungan luar negeri kedua belah pihak seperti yang telah dilimpahkan kepadanya.

Belanda menyatakan keberadaannya terhadap rencana tersebut karena di dalam rencana tersebut posisi Majelis Konstituante sangat mendominasi, terutama dalam hal penentuan batas-batas negara.26 Rencana tersebut berbenturan dengan kepentingan politiknya yang dalam hal ini jelas bahwa posisi Letnan Gubernur Jenderal tidak diperhitungkan. Belanda juga tidak setuju jika pembentukan NIS dilakukan dengan cara pemilihan umum karena sebelum keamanan dan ketertiban dipulihkan dan hak-hak penduduk untuk mengemukakan suaranya dijamin maka pemilihan umum seperti yang dimaksud akan sulit untuk dilaksanakan.27 Pada dasarnya Belanda menolak rancangan

25

Alastair M. Taylor, op. cit., hlm. 126-127.

26

Ibid., hlm. 133.

27

tersebut karena dinilai telah mengaburkan kedaulatannya. Rencana Critchley – Dubois hendak menempatkan Pemerintah Federal Sementara sebagai pemegang kedaulatan secara de facto, yang berarti bahwa kedaulatan Belanda melalui Letnan Gubernur Jenderalnya akan digeser dan hanya diakui sebatas de jure saja, sedangkan Belanda menuntut pengakuan kedaulatan secara penuh.

Menyoroti bidang militer, Rencana Critchley – Dubois mengatur bahwa wewenang Letnan Gubernur jenderal harus dibatasi. Letnan Gubernur Jenderal hanya bisa menggerakkan angkatan perang di seluruh negara bagian dengan seijin Pemerintah Federal Sementara. Di sisi lain tuntutan Belanda justru lebih radikal, pihaknya menuntut agar TNI – sebagai angkatan perang negara bagian – dibubarkan dan dilebur di bawah komando Letnan Gubernur Jenderal, sehingga nantinya negara-negara bagian NIS tidak mempunyai angkatan perang sendiri-sendiri tetapi dipusatkan di bawah komandonya.28

Indonesia tidak setuju jika seluruh angkatan perang berada di bawah satu komando Letnan Gubernur Jenderal, apalagi mengenai ide untuk melebur TNI karena TNI adalah aparat negara yang keberadaannya sudah melekat di dalam kedaulatan Indonesia. Menurut Indonesia hal yang paling mungkin adalah membentuk dua komando angkatan perang, yaitu : komando atas angkatan perang federal yang berada di tangan Pemerintah Federal Sementara dan komando atas angkatan perang Belanda yang berada di tangan Letnan Gubernur Jenderal sendiri.29 Jadi, mengenai angkatan perang ini ada dua komando terpisah agar kewenangan untuk menggerakkannya dapat dikontrol. Indonesia

28

Ide Anak Agung Gde Agung, op. cit., hlm. 152-153.

29

menambahkan bahwa pihaknya bersedia jika TNI akan ditampung di dalam angkatan perang federal dengan pengertian bahwa hal tersebut bukan berarti peleburan TNI menjadi angkatan perang federal, tetapi unsur-unsur yang ada di dalamnya bisa digunakan sebagai angkatan perang federal.

Mengenai hubungan luar negeri selama masa peralihan, Belanda menuntut agar urusan hubungan luar negeri Indonesia diserahkan saja padanya. Indonesia menolaknya dan tetap mempertahankan sikapnya bahwa hubungan luar negeri merupakan hak otonom pemerintahnya yang tidak bisa diwakilkan kepada pihak lain. Setelah itu Belanda tidak mau lagi membahas Rencana Critchley – Dubois karena tidak sesuai dengan pendiriannya. Dalam kenyataannya di antara Indonesia – Belanda masih saja diwarnai perbedaan pandangan mengenai bagaimana merancang suatu Pemerintah Federal Sementara dengan mengakomodasi kedaulatan masing-masing pihak secara berimbang, baik dalam hal kekuasaan maupun tanggung jawabnya.

Tidak berselang lama setelah Rencana Critchley – Dubois diajukan terjadi kegemparan di pihak Belanda, rencana yang semula bersifat rahasia itu bocor. Belanda menuduh bahwa KTN-lah yang membocorkannya kepada pers. Tuduhan tersebut dibantah oleh Dubois karena sama sekali tidak berdasar.30 Kejadian itu membuat Belanda semakin mengabaikan perundingan, sehingga selama bulan Juni sampai September perundingan belum bisa menghasilkan suatu keputusan yang pasti. Sementara itu sebuah rancangan kembali diajukan oleh Merle Cochran, anggota KTN dari AS pengganti Dubois, yang isinya antara lain :

30

1. Pemilihan umum akan diadakan untuk memilih anggota-anggota Pemerintah Federal Sementara.

2. Pembentukan Majelis Pemerintah Federal Sementara yang akan berfungsi sebagai pembuat undang-undang.

3. Majelis tersebut juga mempunyai wewenang untuk menentukan batas-batas negara bagian.

4. Majelis akan memilih Presiden, Presiden mengangkat PM, PM akan membentuk kabinet yang bertanggung jawab kepada Majelis.

5. Pembentukan Dewan Federal yang mempunyai wewenang dalam menentukan jumlah angkatan perang di setiap negara bagian yang akan ditampung di dalam angkatan perang Pemerintah Federal Sementara.31

Substansi pembentukan Pemerintah Federal Sementara Rencana Cochran mirip dengan Rencana Critchley – Dubois, yaitu lebih menganjurkan diadakannya pemilihan umum. Di sisi lain Rencana Cochran jauh lebih tegas dalam hal mengatur dan membatasi porsi kekuasaan Belanda melalui Wakil Tinggi Mahkotanya. Pada dasarnya Rencana Cochran hendak menerapkan pola pembagian kekuasaan (desentralisasi) kepada sejumlah lembaga negara yang akan dibentuk seperti Majelis, Presiden, PM, dan Dewan Federal. Kekuasaan yang terpusat di tangan Belanda adalah suatu hal yang sangat ingin dihindari oleh Cochran.

Dokumen terkait