• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menekankan peran keaktifan peserta didik memproses atau menguasai informasi atau

Dalam dokumen Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 146-152)

pengetahuan baru berdasarkan informasi atau

pengetahuan lama yang telah dipelajarinya.

Pembelajaran yang mendidik merupakan pembelajaran yang berpusat pada kepentingan peserta didik. Teori belajar Konstruktivisme merupakan teori belajar yang dikembangkan berdasarkan konsep belajar yang dikembangkan dalam teori belajar Kognitivisme. Teori belajar Konstruktivisme menekankan peran keaktifan peserta didik yang melakukan kegiatan belajar. Menurut pandangan ahli psikologi Konstruktivisme, setiap individu yang belajar memproses atau menyerap informasi atau pengetahuan baru atas insiatif, keaktifan, dan kreativitas peserta didik sendiri.

Kreativitas seseorang terkait erat dengan proses berpikir kreatif. Menurut penjelasan James C. dan Countances L. Hammer (dalam Suwandi, dkk, 1997), berpikir kreatif adalah berpikir yang menghasilkan cara-cara baru, konsep baru, pengertian baru, penemuan baru, dan karya seni baru. Menurut Mednick dkk., kreativitas merupakan kemampuan membuat kombinasi baru berdasarkan data, informasi atau unsur-unsur yang ada menjadi sesuatu yang bermakna.

Kreativitas erat kaitannya dengan pola pikir divergen, yaitu kemampuan menghasilkan jawaban alternatif. Kemampuan inti dikembangkan dengan mencoba berbagai kemungkinan jawaban. Yang tepat pada suatu pertanyaan, misalnya kemampuan berhitung. Berpikir konvergen erat kaitannya dengan kecerdasan. Kreativitas adalah suaru proses perubahan yang tidak dapat terjadi dengan sederhana, tapi memerlukan kerja keras dan usaha yang sungguh-sungguh. Lagu baru, lukisan yang indah, mesin baru, ide baru, adalah produktivitas. Seorang pemusik perlu belajar musik klasik, sistem notasi, teknik instrumen, sebelum ia dapat mencipta sebuah lagu. Demikian juga seorang yang akan membuat desain baru pesawat harus belajar aerodinamik, ilmu alam, dan harus mengerti bagaimana seekor burung dapat terbang tanpa jatuh dari awan. Jadi, kreativitas berangkat penguasaan pengetahuan yang memadai. Jika kita ingin mempelajari sesuatu, kita juga harus memberi perhatian pada informasi yang ingin kita gali, selalu diperlukan perhatian/atensi esktra untuk melakukan proses kreatif.

Ada dua alasan mengapa kreativitas perlu dibangun dan dipelajari, yaitu (a) pengaruh dari kreativitas akan memperkaya masyarakat dan kebudayaan, sehingga otomatis memperkaya kualitas kehidupan kita, dan (b) pengetahuan ini akan membuat hidup kita lebih menarik dan produktif. Di saat individu memikirkan persoalan yang dihadapi, kreativitas akan membawanya pada pemecahan yang lebih utuh dari masalah. Sebenarnya ada berbagai masalah terjadi di sekeliling kita. Solusi untuk masalah kemiskinan, overpopulasi, tidak hanya perlu profesionalitas tetapi juga proses kreatif yang serius. Tidak cukup “hanya” ditemukan “apa masalahnya”,

tetapi perlu dipikirkan “bagaimana” tujuan yang baik dapat dicapai dengan hasil optimal ataukah seadanya, dengan proses yang menyenangkan ataukah dengan beban berat. Kreativitas membawa seseorang pada hidup yang lebih bermutu dan enjoyable. Namun, adanya potensi kreatif akan hasil jika tida dipupuk. Sementara itu betapa sedikit kesempatan diri kita sendiri dan lingkungan sekitar kita untuk memberikan kesempatan pada rasa ingin tahu (curiosity). Padahal jika kita terlalu sering ragu-ragu untuk mengambil resiko dan ekplorasi, maka kita tidak lagi memiliki motivasi untuk mengembangkan perilaku kreatif akan habis.

Seseorang yang kreativitas dipandang memilik ciri-ciri khas sebagai berikut. (a) Kelancaran berpikir (fluency), yaitu kemampuan mencetuskan gagasan,

jawaban, penyelesaian masalah, memiliki banyak cara untuk melakukan berbagai hal dan memiliki banyakk alternatif jabawan.

(b) Keluwesan Berpikir (flexibility), karena individu yang kreatif cenderung mudah mengalihkan cara berpikir lam dengan cara berpikir baru dan fleksibel dalam menggunakan pola berpikir. Mereka luwes dan tidak hanya memiliki satu pola pikir.

(c) Keaslian Berpikir (originality), yaitu kemampuan memikirkan ide baru dan unit, cara yang tidak lazim dalam mengungkapkan diri, mampu mengkombinasikan bagian atau unsur yang tidak lazim atau tidak biasa. (d) Elaborasi Berpikir (Elaboration), karena individu yang kreatif mempunyai

kemampuan untuk mengembangkan ide sampai ke hal kecil. Ia memperkaya dan mengembangkan suatu gagasan, mampu menambahkan, merinci, detil suatu objek, gagasan atau situasi menjadi lebih menarik dan bermakna.

Kreativitas dapat pula ditinjau dari empat faktor atau ciri yang dikemukakan Rhodes (dalam Munandar, 1999) yang disebut Four P‟s of creativitas atau konsep kreativitas pendekatan 4 P yaitu: Person, Process, Press, Product. Keempat P ini saling berkaitan, karena pribadi kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif, dan dengan dorongan dan dukungan (= press) dari lingkungan menghasilkan produk kreatif. Karakteristik pertama alam pendekatan ini adalah person atau pribadi. Csikszentmihalyi (1996) menjelaskan 10 ciri pribadi kreatif yang seringkali merupakan paradoks (pertentangan) namun sesungguhnya dapat berjalan seiring, sebagai berikut.

a. Pribadi yang kreatif memiliki energi fisik yang memungkinkan mereka berkonsentrasi penuh dalam jangka waktu panjang dan berjam-jam. Tetapi merekapun bisa santai dan rileks pada situasi lain

b. Ia mampu berpikir konvergen dan divergen. Mereka cerdas dan cerdik, tetapi kadang-kadang kenak-kanakan.

c. Ia seorang pekerja keras, ulet dan tekun menyusun gagasan dan karya baru d. Memiliki fantasi dan imajinasi yang kuat tetapi sekalipun rasional.

e. Introvert sekaligus ekstrovet. Dapat bersikap tertutup pada orang lain, bekerja sendiri dalam sepi, tetapi juga memiliki kebutuhan bergual dan bersosialisasi. f. Orang kreatif dapat bersikap rendah diri sekaligus bangga terhadap karyanya

pada saat yang sama. Mereka menghargai hasil karya mereka namun tidak ingin menonjolkan diri dan lebih berminat pada apa yang akan dilakukan kemudian.

g. Pribadi kreatif melepaskan diri dari pengaruh maskulin-feminim, dan tidak membatasi pada apa yang lazim dilakukan pria dan wanita.

h. Pribadi kreatif dapat bersikap tradisional dan konservatif sekaligus bersedia mengambil resiko jika memang diperlukan.

i. Semangat yang tinggi adalah ciri berikutnya, terutama dalam kaitan dengan karya mereka. Tanpa semangat dan gairah, tidak mungkin terjadi minat yang begitu besar dan daya tahan kerja yang sangat tinggi.

j. Keunggulan pribadi kreatif seringkali justru menimbulkan kritik dan pertentangan dari lingkungan karena mereka tidak dapat dipahami.

Menurut Amabile (1983) ada beberapa faktor penting yang berfungsi langsung mempengaruhi kreativitas, yaitu:

a. Kemampuan kognitif, pendidikan formal dan informal. Hal penting yang harus diperhatikan dalam faktor ini adalah peranan pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan masalah yang dihadapi cukup besar pengarunya bagi berlangsungnya proses kreatif dan bagi dihasilkannya produk kreatif.

b. Krakteristik kepribadian yaitu yang berhubungan dengan disiplin diri, ketangguhan dalam menghadapi frustasi, serta kemandirian. Dorongan rasa ingin tahu yang tinggi juga merupakan ciri khas pribadi kreatif.

c. Motivasi instrinsik Menurut Amabile, faktor inilah yang menjadi penentu utama bagi munculnya perilaku kreatif, karena motivasi dari dalam diri yang tinggi akan mendorong individu melakukan aktivitas dengan optimal, tekun dan ulet, tidak mudah putus asa, dan bertahan dalam jangka waktu lama.

d. Lingkungan sosial, yaitu hadir tidaknya tekanan dari luar individu. Kreativitas akan lebih mungkin muncul dalam kondisi bebas dari tekanan, misalnya tidak dalam penilaian, pengawasan, dan pembatasan. Ahli lain menambahkan bahwa interaksi dengang orang-orang yang kreatif memberi pengaruh pada munculnya kreativitas.

Beberapa prinsip praktis yang dapat dilakukan guru agar peserta didik dapat mengembangkan kreativitasnya dalam belajar adalah sebagai berikut.

a. Kesediaan untuk mencoba hal baru.

b. Hal penting yang dapat anda lakukan adalah bawha anda terbuka dengan perubahan. Mulailah dengan menyediakan waktu lebih banyak dan mengekspolari lingkungan. Berilah perhatian lebih besar terhadap apa yang terjadi disekitar anda. Buka mata dan telinga untuk melihat, mendengar, dan merasa. Selalu usahakan cari inti masalah atau esensi dari apa yang sedang terjadi.

c. Ciptakan lingkungan yang kreatif.

d. Tak seorangpun imun atau bebasj dari kesan dan pengaruh di luar dirinya. Kita perlu menyadari bahwa segala perilaku dan cara berpikir kita sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar kita.

e. Milikilah “curiosity and interest” (rasa ingin tahu dan minat).

f. Ingat, motivasi yang kuat dari dalam diri sendiri adalah moral yang besar untuk memulai pemikiran kreatif.

g. Cobalah untuk tertarik dengan sesuatu setiap hari.

h. Bisa sesuatu yang anda dengar. Lihat, atau baca. Berhentilah sejenak untuk memperhatikan dekorasi toko yang unik, cobalah menu baru di kafetaria, perihatikan perilaku cara penjual di bis. Berpikirlah tajam dan biasakan mencari “esensi” dari sesuatu. Jangan beranggapan bahwa kita telah tahu segala sesuatu, bahkan untuk hal yang anda telah kuasai. Semakin dalam kita mendalami sesuatu, semakin kaya kehidupan ini. Coba membongkar kebiasaan rutin, kunjungi museum yang masih asing, ajak seseorang nonton pertunjukan, lakukan eksperimen dengan penampilan.

i. Selalu cari solusi alternatif dari setiap masalah.

j. Bebaskan pikiran anda untuk memiliki ide yang “gila” dan tidak biasa. Sebaiknya jangan berpuas diri dengan keputusan yang mandek dan mati. k. Kembangkan minat terhadap pengetahuan di bidang yang anda inginkan l. Allah bisa menciptakan dunia tanpa apapun. Tetapi kita harus belajar dan

menguasai pengetahuan untuk dapat memiliki ide kreatif. m. Biasakan untuk melakukan akltivitas autotelic.

n. Lakukan segala sesuatu dengan gembira, dengan senang hati, lebih menekankan

o. pada proses dan tidak semata-mata pada hasil.

Dalam menerapkan rancangan pembelajaran yang mendidik, guru perlu memahami bahwa pikiran manusia pada hakekatnya mencari dan berusaha untuk memperoleh kebenaran. Karena itu pikiran tersebut juga merupakan suatu proses. Dalam proses tersebut haruslah diperhatikan kebenaran bentuk (formal) untuk dapat berpikir logis. Kebenaran ini hanyalah menyatakan serta mengendalikan adanya

jalan, cara, teknik, serta hukum-hukum yang perlu diikuti. Semua hal ini diselidiki

serta dirumuskan dalam logika, khususnya logika formal. Namun demikian kebenaran tersebut perlu digandengkan dengan kebenaran isi (material)nya (Lanus, 1992).

Dalam hubungannya dengan kepentingan peserta didik untuk belajar, maka kemampuan menalar merupakan prasyarat mutlak agar dapat membantunya menyelesaikan berbagai tugas secara baik dan teratur. Untuk maksud itu peserta didik perlu dibekali dengan berbagai kemampuan berpikir dengan menggunakan kaidah-kaidah penalaran. Hal-hal yang perlu diketahui peserta didik adalah perbedaan berpikir induktif, deduktif, menguraikan konsep premis, asumsi, argumentasi, pengertian, keputusan dan melakukan konklusi terhadap permasalahan yang dihadapi.

Penalaran atau logika berasal dari kata Yunani logos, yang berarti ucapan, kata, pengertian, pikiran, ilmu. Merupakan carang dari filsafat yang menyelidiki “kesehatan” cara berpikir” aturan-aturan mana yang harus dihormati supaya pertanyaan-pertanyaan kita sah (Hamersma, 1980). Karena itu logika disebut sebagai

the science and art of correct thinking (ilmu dan kecakapan menalar atau berpikir

dengan cepat). Dengan kata lain, logika adalah ilmu pengetahuan dan kecakapan untuk berpikir lurus (cepat). Dengan menerapkan hukum-hukum pemikiran yang lurus, tepat dan sehat, kita dimasukkan ke dalam lapangan logika, sebagai suatu kecakapan. Hal ini menyatakan bahwa logika bukanlah teori belaka, tetapi juga merupakan suatu keterampilan untuk hukum-hukum pemikiran dalam praktek. Itulah sebabnya mengapa logika disebut filsafat yang praktis (Lanus, 1992).

Pada dasarnya pemikiran manusia sebenarnya terdiri atas tiga unsur, yaitu pengertian, keputusan, dan penyimpulan (keputusan). Dari ketiga hal itu, penyimpulan (pembuktian) lah yang sebenarnya merupakan pokok yang paling utama dan paling penting dalam logika formal. Namun tanpa suatu pengetahuan tentang kedua unsur yang lain, sulitlah kita sampai pada penyimpulan (pembuktian).

Atas dasar tiga unsur tersebut, maka ketiga unsur tersebut berkembang menjadi tiga kegiatan pokok akal budi manusia (Lanur, 1992) yaitu:

a. Menangkap sesuatu sebagaimana adanya; artinya, menangkap sesuatu tanpa mengakui atau memungkirinya.

b. Memberikan keputusan; artinya, menghubungkan pengertian yang satu dengan pengertian lainnya atau memungkiri hubungan itu.

c. Merundingkannya; artinya, menghubungkan keputusan-keputusan

sedemikian rupa, sehingga dari satu keputusan atau lebih, orang sampai pada suatu kesimpulan.

Kegiatan akal budi yang pertama adalah menangkap sesuatu sebagaimana adanya. Hal itu terjadi dengan mengerti sesuatu itu. Mengerti berarti menangkap inti sesuatu. Inti sesuatu itu dapat dibentuk oleh akal budi. Yang dibentuk itu adalah suatu gambaran yang “ideal”, atau suatu “konsep” tentang sesuatu. Karena itu pengertian adalah suatu gambar akal budi yang abstrak, yang batiniah, tentang inti sesuatu. Kendatipun demikian harus diingat bahwa kegiatan berpikir terjadi dengan menggunakan kata-kata akal budi. Kita menggunakan kata-kata kalau kita mau mengatakan apa yang kita pikirkan. Karena itu kata adalah tanda lahiriah untuk menyatakan pengertian dan barangnya.

4. Penerapan Rencana Pembelajaran Menurut Teori Belajar Humanisme

Dalam dokumen Belajar Dan Pembelajaran (Halaman 146-152)