• Tidak ada hasil yang ditemukan

81mengalami worse off dibanding keadaan

Dalam dokumen DATA JURNAL MEI 2012 EKONOMI (Halaman 86-98)

sebelumnya.

Pengujian terhadap hipotesis export- led growth dikemukakan beberapa penulis, di antaranya Jaime de Melo dan Robinson (1995), Giles dan Williams (2000), Bernard dan Jensen (2001), dan Dimkpah (2002). Dikatakan, ekspor merupakan motor peng- gerak bagi pertumbuhan ekonomi (engine of growth), karena beberapa alasan. Pertama, ekspor menyebabkan penggunaan penuh sumber-sumber domestik sesuai keunggu- lan komparatif (comparative advantage) Negara. Kedua, ekspor memperluas pasar baik di dalam negeri maupun di luar neg- eri. Ketiga, ekspor merupakan sarana men- gadopsi idea dan teknologi baru. Keempat, ekspor mendorong mengalirnya modal dari negara maju ke negara sedang berkem- bang. Kelima, ekspor merupakan cara efek- tif untuk menghilangkan perilaku monopoli. Keenam, ekspor meghasilkan devisa untuk memberi kesempatan mengimpor barang- barang modal dan barang-barang antara. 2. Fungsi Produksi Agregat

Pengukuran sumber pertumbuhan ekonomi oleh Neo-Klasik, menggunakan pendekatan fungsi produksi agregatif yaitu (Romer, 1996) :

Y = f (K, L, ....) ... ... (1)

Fungsi ini menunjukkan produksi nasi- onal (Y) ditentukan oleh kapital (K), tenaga kerja (L), dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya. Bentuk fungsi produksi Cobb-Douglass, fungsi di atas ditulis seb- agai :

Yt = At Kt฀ Lt฀ ……… ……... (2) Untuk mengukur tingkat pertumbuhan, di- gunakan pendekatan logaritma dan didefer- ensialkan terhadap waktu (t), memberikan hasil : α β β + α + = α β

stok kapital (α r (Kt)) dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional dikalikan dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja (β

+ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ • • • • • • + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = r = Sewa rill, w = Upah riil, dan m = Nilai tukar riil.

a M Y mM X Y xX L Y wL K Y rK Y= + + + + • • • • • α β

ensialkan terhadap waktu (t), memberikan hasil : dt Lt log d dt Kt log d dt At log d dt Yt log d = +α +β ……..…... 3) alam bentuk rate (r), persamaan (3) dapat ditulis sebagai :

α β

stok kapital (α r (Kt)) dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional dikalikan dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja (β

+ ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ • • • • • • + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ =

Dalam bentuk rate (r), persamaan (3) dapat ditulis sebagai :

r (Yt) = r (At) + ฀ r (Kt) + ฀ r (Lt) …... (4) Persamaan (4) menggambarkan, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara pada periode tertentu tergantung pada tingkat perkembangan teknologi (r (At)), peranan kapital dalam menciptakan pendapatan nasional dikalikan dengan pertumbuhan stok kapital (฀ r (Kt)) dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional dikalikan dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja (฀ r (Lt)). Berkaitan dengan perdagangan luar negeri, Moshin dan Anam (2001) memper- luas fungsi produksi agregat dengan mema- sukkan faktor ekspor sebagai berikut :

α β β + α + = α β

stok kapital (α r (Kt)) dan peranan tenaga kerja dalam menciptakan pendapatan nasional dikalikan dengan tingkat pertumbuhan tenaga kerja (β

Y = A*f (K, L, X, M) ... (5) Dalam bentuk pertumbuhan, persamaan (5) ditulis :

dY= dA M Y X Y dL L Y dK K Y + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ ……... (6) Laju pertumbuhan sesuai persamaan (6) dapat ditulis sebagai :

• • • • • • + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ + ∂ ∂ = A Y A M Y M M Y X Y X X Y L Y L L Y K Y K K Y Y ... 7) + + + + = • • • • •

Dengan asumsi pasar persaingan sem- purna, maka r = MPK; w = MPL; x = MPX dan m = MPm (produk marginal ekspor dan impor) sehingga persamaan terse- but dapat diformulasi kembali menjadi : ………... (8) keterangan :

3. Vector Autoregression

Vector autoregression (VAR) pertama kali diperkenalkan oleh Sims (1980) seb- agai metode alternatif analisis model eko- nometrik time series. Metode VAR mem- berikan cara estimasi yang menjelaskan hubungan antar variabel ekonomi tanpa harus terlalu banyak restriksi. Vector autore- gression adalah suatu sistem persamaan yang memperlihatkan setiap variabel se- bagai fungsi linier dari konstanta dan nilai lag variabel itu sendiri, serta nilai lag dari variabel-variabel lain yang masuk dalam sistem persamaan.

Prosedur atau tahapan pengujian dalam metode VAR adalah uji stasioner dan uji kointegrasi. Uji stasioner diperlukan karena variabel makroekonomi umumnya merupakan data time series yang bersifat non-stasioner (fluktuatif) dan cenderung membentuk suatu trend dalam jangka pan- jang. Pengujian stasioner dilakukan untuk memenuhi asumsi data time series agar ter- distribusi normal dan independen (normally and indepently distributed) dengan varian tetap dan kovariannya nol. Pemanfaatan data yang tidak stasioner ke dalam suatu persamaan regresi dapat menghasilkan ha- sil regresi yang bias (spurious regression), dengan perangkat nilai statistik seperti t- statistik, F-statistik, dan R2 menjadi tidak valid. Sedangkan uji kointegrasi dilaku- kan untuk mengetahui bagaimana kondisi keterkaitan antara dua variabel atau lebih dalam suatu sistem persamaan. Uji kointe- grasi dilakukan untuk mendeteksi stabilitas hubungan jangka panjang baik pada kasus univariate maupun pada kasus multivarari- ate (Gujarati, 2003; Verbeck, 2000; Thom- as, 1997; Enders,1995).

METODE PENELITIAN 1. Data dan Variabel

Penelitian ini dilakukan pada skope atau tingkat nasional, menggunakan data sekunder berbentuk time series per triwulan mulai tahun 1990 hingga 2009. Data di- peroleh dari berbagai sumber seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Kemente- ian Perdagangan, Kementerian Perindus- trian, dan sumber-sumber lain yang terkait dengan penelitian ini. Variabel-variabel yang dicakup secara umum dalam peneli- tian ini variabel ekspor industri manufaktur dan pertumbuhan ekonomi. Ekspor indus- tri manufaktur kemudian dibagi ke dalam dua variabel yaitu ekspor agroindustri dan ekspor non-agroindustri. Sedangkan varia- bel pertumbuhan ekonomi didekati dengan Produk Domestik Bruto (PDB).

2. Model Analisis

Penelitian ini akan menggunakan

model Vector Autoregression (VAR). Melalui medel ini dapat dianalisis hubungan timbal balik yang dinamis antar variabel dalam sistem persamaan dengan menggunakan Impulse Response Function (IRF) dan Fore- cast Error Variance Decomposition (FEVD). Vector Autoregressive (VAR) merupakan suatu sistem persamaan yang menunjukkan bahwa setiap variabel merupakan fungsi lin- ear dari konstanta dan nilai lag variabel itu sendiri, serta nilai lag variabel lain yang ada dalam sistem persamaan. Persamaan VAR secara umum dirumuskan sebagai berikut : Zt = µt+∑ = k i1 Ai Zt – 1 + et ... (9) keterangan :

Zt = Vektor variabel endogen dalam model yang berdimensi (n x 1) At = Matrik parameter yang berdimensi (n x n)

k = Ordo dari model VAR

t

µ = Matrik varibel eksogen, seperti intersep, trend, termasuk dummy

et = Matrik residual.

Analisis dengan model VAR hanya mampu mendiskripsikan hubungan kes- eimbangan jangka pendek, sementara itu penelitian ini dimaksudkan untuk meng- gambarkan hubungan keseimbangan baik dalam jangka pendek maupun keseimban- gan jangka panjang. Agar dapat digunakan untuk analisis jangka panjang, maka model VAR harus digabungkan dengan matriks kointegrasi. Kombinasi keduanya meng- hasilkan model VAR yang terkointegrasi (cointegrating VAR), dan kombinasi dari kedua persamaan ini dikenal dengan nama Vector Error Correction Model (VECM) (Siregar dan Ward, 2002).

3. Spesifikasi Model VECM

Bagian analisis yang disajikan dalam paper ini berasal dari penelitian yang men- ganalisis sebanyak 7 (tujuh) variabel, yakni variabel ekspor pertanian, variabel ekspor industri manufaktur yang dibedakan antara ekspor agroindustri dan ekspor non-agroin- dustri, dan variabel yang mewakili kinerja makroekonomi Indonesia, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga konstan tahun 1993, net ekspor (BOT), in- flasi, dan nilai tukar rupiah terhadap US$. Secara operasional, untuk dapat diesti- masi maka model VECM yang telah diga-

Respon Kinerja Makroekonomi Indonesia atas Fluktuasi Ekspor Pertanian

bungkan dengan matrik kointegrasi sesuai variabel-variabel yang dimasukan dalam analisis, disajikan dalam model persamaan VECM berikut ini :

= ∆LPDBt + + + + −+ − = = − = − = − − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 14 i t 1 p 1 i 13 1 p 1 i i t 12 i t 1 p 1 i 11

0Y aΔLPDB aΔLBOT a ΔLIHK aΔLER a + + −+ − = − − = − − = ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 17 i t 1 p 1 i 16 i t 1 p 1 i 15 ΔLXNAI a ΔLXAI a ΔLXPT a ………………… (10) = ∆LBOTt + + + + −+ − = = − = − = − − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 24 i t 1 p 1 i 23 1 p 1 i i t 22 i t 1 p 1 i 21

0XIM a ΔLPDB a ΔLBOT a ΔLIHK a ΔLER a + + −+ − = − − = − − = ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 27 i t 1 p 1 i 26 i t 1 p 1 i 25ΔLXPT a ΔLXAI a ΔLXNI a ……………... (11) = ∆LIHKt + + + + −+ − = = − = − = − − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 34 i t 1 p 1 i 33 1 p 1 i i t 32 i t 1 p 1 i 31

0I a ΔLPDB a ΔLBOT a ΔLIHK a ΔLER a + + −+ − = − − = − − = ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 37 i t 1 p 1 i 36 i t 1 p 1 i 35ΔLXPT a ΔLXAI a ΔLXNAI a ... (12) = ∆LERt + + + + −+ − = − = = − = − − − = ∑ ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 44 1 i i t 1 p 1 i i t 42 i t 1 p 1 i 41

0XPT a ΔLPDB a ΔLBOT ΔLIHK a ΔLER

a p1 + + −+ − = − − = − − = ∑ ∑ ∑ ti 1 p 1 i 47 i t 1 p 1 i 46 i t 1 p 1 i 45ΔLXPT a ΔLXAI a ΔLXNAI a ………...….. (13) + + + + − − −1 2 t1 3 t1 4 t-1 t 1

Ecm1(βLPDB βLBOT βLIHK βLER

a + + + + − − −1 2 t1 3 t1 4 t-1 t 1

Ecm4(βLER βLPDB βLBOT βLIHK

a t1 1 t 7 1 t 6 1 t 5LXPT βLXAI βLXNAI ) ε β −+ −+ − + + + + + − − −1 2 t1 3 t1 4 t-1 t 1

Ecm3(βLIHK βLPDB βLBOT βLER

a t3 1 t 7 1 t 6 1 t 5LXPT βLXAI βLXNAI ) ε β −+ −+ − + t4 1 t 7 1 t 6 1 t 5LXPT βLXAI βXNAI ) ε β −+ −+ − + + + + + − − −1 2 t1 3 t1 4 t-1 t 1

Ecm2(βLBOT βLPDB βLIHK βLER

a t2 1 t 7 1 t 6 1 t 5LXPT βLXAI βXNAI ) ε β −+ −+ − +

Period LPDB LBOT LIHK LER LXPT LXNAI LXAI 1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 1,8924 1,1655 3,0347 2 -0,3575 0,5934 1,7751 0,3344 3,4736 2,9111 2,5848 3 -0,1644 3,7754 3,9838 3,4133 7,5381 6,4873 5,3660 4 0,2145 5,6672 5,4870 4,4382 9,3268 7,4873 6,3426 5 0,7508 6,9952 6,1239 5,0313 10,4685 7,6864 7,2113 6 1,0012 7,5396 6,4283 4,8092 10,5894 7,0339 7,1944 7 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 8 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 9 ….. ….. ….. ….. ….. ….. ….. 39 1,5902 9,6627 7,2811 5,9380 12,1600 9,1639 8,9751 40 1,5933 9,6702 7,2786 5,9449 12,1625 9,1934 8,9914 41 1,5940 9,6715 7,2767 5,9535 12,1675 9,2295 9,0080 42 1,5927 9,6674 7,2757 5,9619 12,1737 9,2648 9,0221 43 1,5898 9,6596 7,2756 5,9688 12,1798 9,2933 9,0315 44 1,5863 9,6499 7,2762 5,9731 12,1848 9,3112 9,0355 45 1,5827 9,6404 7,2774 5,9746 12,1880 9,3171 9,0342 46 1,5798 9,6327 7,2788 5,9735 12,1891 9,3120 9,0287 47 1,5779 9,6279 7,2801 5,9704 12,1883 9,2986 9,0207 48 1,5771 9,6262 7,2812 5,9661 12,1861 9,2806 9,0120 49 1,5775 9,6275 7,2819 5,9616 12,1830 9,2618 9,0042 50 1,5788 9,6311 7,2821 5,9577 12,1798 9,2457 8,9985

Dari hasil estimasi persamaan VECM diperoleh residual, berdasarkan inovasi residual tersebut, selanjutnya melakukan analisis Impulse Response Function (IRF)

dan Forecast Error Variance Decomposi- tion (FEVD) yang akan digunakan untuk melakukan estimasi kondisi variabel mak- roekonomi tertentu dimasa yang akan datang, jika terjadi guncangan pada varia- bel-variabel dalam sistem.

4. Metode Analisis Data

Sesuai model VECM yang dispesifikasi di atas beserta pengujian yang disyaratkan dalam model tersebut, maka analisis terha- dap data dalam penelitian ini menggunakan metode estimasi statistik Eviews versi 4.1. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Analisis

Kinerja makroekonomi Indonesia diu- kur melalui variabel-variabel Produk Do- mestik Bruto (PDB), neraca perdagangan (BOT), inflasi (IHK), dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika (ER). Pengaruh guncangan (shock) ekspor pertanian terha- dap kinerja makroekonomi Indonesia dia- nalisis dengan menggunakan teknik pera- malan IRF. Hasil analisis sampai 50 triwulan ke depan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 1.

Tabel 1. Effect of Cholesky (d.f. adjusted) One S.D. LXPT Innovation (Guncangan Ekspor Pertanian (LXPT) terhadap Kinerja Makroekonomi)

-.004 .000 .004 .008 .012 .016 .020 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .00 .02 .04 .06 .08 .10 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 .08 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 .00 .01 .02 .03 .04 .05 .06 .07 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Response to Cholesky One S.D. Innovations of XPT

Re sp on PD B (% ) Re sp on BO T (% ) Re sp on IH K (% ) Re sp on N ila i T uka r (% ) Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan

2. Respon Dinamik Variabel-Varia- bel Kinerja Makroekonomi atas Gun- cangan Ekspor Pertanian

Hasil estimasi IRF sepanjang 50 tri- wulan ke depan memperlihatkan bahwa pengaruh shock satu standard deviasi dari ekspor produk pertanian pada periode awal kebijakan dapat meningkatkan ekspor per- tanian itu sendiri sebesar 1,89%, kemudian pada triwulan kedua guncangan ekspor pertanian memiliki pengaruh menurunkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,36%, se- baliknya meningkatkan net ekspor 0,59% persen, inflasi naik sebesar 1,78%, dan nilai tukar rupiah per dolar juga meningkat sebe- sar 0,33%.

Pada awal periode shock ekspor per- tanian menyebabkan kontraksi pada out- put nasional, namun masih dalam jangka pendek guncangan ekspor pertanian terse- but telah mampu berubah menjadi eks- pansi, karena pada triwulan berikutnya telah mampu tumbuh dengan persentase yang lebih tinggi. Pada triwulan ke enam guncangan ekspor pertanian menyebabkan kenaikan pada semua variabel makroeko- nomi, yakni pertumbuhan ekonomi naik 1,01%, kenaikan tersebut berhubungan positif dengan meningkatnya net ekspor sebesar 7,54 %.

Kenaikan ekspor pertanian menye- babkan tingkat inflasi naik sebesar 4,81%. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan tingkat inflasi di dalam negeri salah satu sumbernya adalah disebabkan oleh kenai- kan ekspor pertanian. Hal ini dapat ter- jadi apabila di dalam negeri sendiri terjadi kelangkaan produk pertanian, khususnya tanaman perkebunan yang lebih banyak di ekspor dalam bentuk produk primer ke luar negeri sehingga menyebabkan kelangkaan bahan baku di dalam negeri. Hal lain yang menarik untuk diperhatikan adalah dampak shock ekspor pertanian terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Kenaikan ekspor pertanian menyebabkan peningka- tan pada nilai tukar rupiah sebesar 4,81%, kondisi ini tidak sesuai dengan harapan teo- ri ekonomi, atau mengindikasikan bahwa pasar valuta asing, khususnya dolar Ameri- ka dalam kondisi tidak normal karena ad- anya berbagai kebutuhan di dalam negeri. Perkembangan selanjutnya menunjukkan guncangan ekspor pertanian masih mem- berikan dampak positip terhadap kinerja makroekonomi. Efek guncangan tersebut pada pertumbuhan ekonomi adalah per- tumbuhan ekonomi naik mencapai tertinggi pada periode 12 dengan pertumbuhan sebesar 1,70%. Pada periode yang sama, net ekspor meningkat 9,88%, sedangkan

Respon Kinerja Makroekonomi Indonesia atas Fluktuasi Ekspor Pertanian

inflasi naik 7,13%, sementara nilai tukar ru- piah juga meningkat 6,13%.

Dalam jangka panjang guncangan pada ekspor pertanian menyebabkan per- tumbuhan cenderung menurun, walaupun kondisinya sedikit berfluktuasi. Terhadap pertumbuhan ekonomi terjadi fluktuasi an- tara 1,50% hingga 1,62% dan stabil pada periode ke 40 dengan pertumbuhan rata- rata 1,58%. Sedangkan net ekspor dalam jangka panjang dapat bertumbuh dengan rata-rata sekitar 9,62 % dan stabil pada periode ke 44. Namun terhadap tingkat in- flasi mencapai stabil lebih cepat yakni pada periode 33 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 7,28%, dan nilai tukar rupiah men- capai pertumbuhan stabil pada periode ke 35 dengan kenaikan rata-rata sebesar 5,95%.

Jika diperhatikan pengaruh guncan- gan ekspor pertanian dalam jangka pendek telah menciptakan peningkatan kinerja makroekonomi yang positif. Hal ini nampak dari peningkatan relatif yang diciptakannya. Demikian pula pengaruh shock ekspor per- tanian dalam jangka panjang, kendatipun pengaruh tersebut bersifat fluktuatif, namun perkembangannya dalam jangka panjang menunjukkan bahwa guncangan positif atas ekspor pertanian memberikan respon positif terhadap PDB, net ekspor, inflasi, dan nilai tukar.

Perkembangan di atas menunjukkan bahwa pengaruh shock ekspor pertanian walaupun dapat meningkat dalam jangka panjang, namun peningkatan tersebut telah mengalami penurunan jika dibandingkan dengan jangka pendek. Kondisi tersebut sejalan dengan shock positif ekspor perta- nian yang mampu mendorong kenaikan ekspor pertanian itu sendiri pada periode jangka pendek sebesar 9,32%. Kemudian pada periode berikutnya ekspor pertanian terus meningkat hingga jangka panjang, dan mencapai pertumbuhan tertinggi pada periode ke 17 yakni sebesar 12,29%, dan konvergen pada triwulan ke-28 dengan per- tumbuhan rata-rata mencapai sebesar 12,2 persen setiap triwulan.

Diketahui bahwa perilaku ekspor In-

donesia termasuk ekspor komoditi perta- nian lebih dipengaruhi oleh sisi penawaran karena kualitas ekspor sebagian hasil-hasil pertanian Indonesia kurang memenuhi standard konsumen luar negeri. Hal ini be- rarti daya saing komoditi ekspor pertanian Indonesia dibandingkan dengan ekspor dari negara lain masih relatif rendah. Di samp- ing itu komoditi ekspor pertanian Indone- sia masih didominasi oleh komoditi primer yang memiliki nilai jual yang relatif rendah, misalnya ekspor biji coklat, getah karet, dan komoditi perkebunan lainnya. Kendatipun diambil kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan ekspor pertanian, namun dominasi ekspor komoditi primer perlu ter- us dikurangi dengan meningkatkan peran teknologi dalam pengolahan komoditi per- tanian sehingga menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Dengan demikian ko- moditi pertanian dapat memiliki nilai tam- bah dan daya saing yang lebih tinggi, serta peranan ekspor agroindustri juga dapat dit- ingkatkan.

Kondisi lainnya dilihat dari aspek lib- eralisasi yakni kebijakan perdagangan luar negeri Indonesia terkait langsung dengan era pasar bebas, seperti Asean Free Trade Area (AFTA), Asia Pacific Economic Coop- eration (APEC), dan Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN–Cina (ACFTA). Berlaku- nya perdagangan bebas ini menyababkan hambatan tarif dan non tarif untuk melind- ungi produksi komoditi pertanian dalam negeri tidak dapat diberlakukan lagi. Oleh karena itu walaupun tujuan dari liberalisasi perdagangan ini positif yakni untuk menin- gkatkan transaksi perdagangan luar negeri, namun kenyataannya produk ekspor perta- nian Indonesia masih menemukan banyak persoalan, baik masalah internal, ekster- nal, maupun masalah pasaran global. Hal ini menyebabkan ekspor pertanian belum dapat menunjukkan perkembangan yang berarti, namun demikian kontribusinya ter- hadap perekonomian nasional adalah posi- tif walaupun relative masih kecil.

Secara ringkas kinerja makroekonomi Indonesia atas guncangan ekspor pertanian disajikan pada Tebel 2 berikut. Dari tabel

tersebut dapat dilihat bahwa respon kin- erja makroekonomi atas guncangan ekspor produk pertanian, dalam waktu rata-rata sekitar 39 triwulan ke depan akan mencapai keseimbangan. Pencapaian keseimbangan tersebut nampaknya cukup lama apabila tidak di dukung oleh kondisi perekonomi-

an dengan perspektif yang lebih baik, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Di dalam negeri harus ter- cipta upaya peningkatan produksi yang berkualitas dengan efisiensi yang tinggi, ser- ta upaya peningkatan perbaikan di bidang infrastruktur. Guncangan Perdagangan Luar Negeri Respon Kinerja Makro- ekonomi Jangka Pendek Jangka Panjang Konver- gen Kecende- rungan Rata-Rata Konvergen XPT PDB 0,21 1,58 45 Naik BOT 5,67 9,64 44 Naik 39,25 IHK 5,49 7,28 33 Naik ER 4,43 5,96 35 Naik

Keterangan : - Jangka Pendek (hingga triwulan ke-4) - Jangka Panjang (hingga triwulan ke-50)

- Kecenderungan, berdasarkan arah respon naik/turun

Perbaikan di bidang infrastruktur ter- kait dengan investasi penelitian untuk men- ciptakan sarana produksi sehingga produksi dapat ditingkatkan, maupun yang terkait dengan kelancaran arus barang. Sedangkan kondisi pasar ekspor di luar negeri harus dapat meningkatkan daya saing produk, terutama terhadap negara-negara mitra da- gang Indonesia, dan lebih spesifik lagi neg- ara-negara besar (large open economies) seperti negara Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa.

Dilihat dari pengaruh guncangan ekspor produk pertanian pada kinerja makroekonomi Indonesia, semua variabel- variabel kinerja makroekonomi Indonesia meresponnya dengan positif. Artinya shock ekspor pertanian dapat meningkatkan kin- erja makroekonomi baik dalam jangka pendek maupun kecenderungannya dalam jangka panjang. Walaupun pengaruh kenai- kan ekspor pertanian menyebabkan pening- katan inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, tetapi peningkatannya relatif kecil sehingga belum menjadi penghambat

perkembangan ekspor pertanian tersebut di dalam negeri.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBI- JAKAN

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Guncangan ekspor produk pertanian

terhadap kinerja makroekonomi adalah berpengaruh positif dan cukup besar. Ini berarti kinerja makroekonomi Indonesia cukup peka terhadap guncangan ekspor produk pertanian. Peningkatan ekspor pertanian berdampak meningkatkan pertumbuhan ekonomi, net ekspor, in- flasi, dan nilai tukar dengan proporsi yang lebih kecil, sehingga masih meng- hasilkan petumbuhan ekonomi yang positif.

b. Dalam rentang waktu tahun 1990-2009, ekspor pertanian dapat menjadi sumber penggerak perekonomian makro nasi- onal.

Tabel 2. Respon Dinamik Kinerja Makroekonomi Indonesia atas Guncangan Ekspor Produk Pertanian pada Periode Jangka Pendek dan Jangka Panjang

Respon Kinerja Makroekonomi Indonesia atas Fluktuasi Ekspor Pertanian Implikasi Kebijakan

a. Untuk meningkatkan kontribusi ekspor pertanian terhadap kinerja makroeko- nomi Indonesia, diperlukan kebijakan peningkatan ekspor pertanian yakni peningkatan kualitas produk sesuai den- gan standard konsumen negara tujuan ekspor.

b. Hal lain yang perlu dilakukan oleh pemerintah adalah membangun keselar- asan mata rantai komoditi ekspor secara

efisien, mulai dari produsen, supplier, sampai ke eksportir, sehingga masing- masing pihak dapat menikmati keuntun- gan.

c. Diperlukan upaya peningkatan produksi pertanian untuk mendukung ekspor pertanian. Hal ini dapat dilakukan den- gan kombinasi penciptaan teknologi dibidang pertanian dan impor barang- barang modal untuk kebutuhan pening- katan produksi pertanian.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2011. Indikator Ekonomi, Buletin Bulanan. Badan Pusat Statistik, Ja- karta.

Bernard. A.B. and J.B. Jensen. 2001. Exporting and Productivity : The Importance of Real- location. Journal of Economic Literature. Vol. 39(3). Sept.2001. pp. 589-614.

Daryanto, A. 2009a. Dinamika Daya Saing Industri Peternakan. IPB Press, Bogor

Daryanto, A. 2009b. Posisi Daya Saing Pertanian Indonesia dan Upaya Peningkatannya. Posat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta.

Dimkpah. Y.O. 2002. The Stage of Economic Development, Export, and Economic Growth : An Empirical Investigation. African Economic and Business Review, 3 (1): 60 – 69. Dunn. R.M. and J.H. Mutti. 2004. International Economics. Sixth Edition. Routledge, New

York.

Enders, W. 1995. Applied Econometric Time Series. Iowa State University. John Wiley & Sons, New York.

Feenstra. R.C. 2002. Advanced International Trade : Theory and Evidence. National Bureau of Economic Research, California.

Giles. J.A. and C.L. Williams. 2000. Export-led Growth : A Survey of the Empirical Literature and Some Noncausality Results. Part 1. Journal of International Trade and Economic De- velopment. Vol. 9(3), pp. 261-337.

Gujarati, D. N. 2003. Basic Econometrics. Fourth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York.

Jaime de Melo and S. Robinson. 1995. Productivity and Externalities. Model of Export-Led- Growth. Journal of Economic Literature. Vol. 33(1). March.1995, pp. 92-132.

Krisnamurthi, B. 2009. Pengembangan Agribisnis Buah Indonesia. Bunga Rampai Agribisnis Seri Pemasaran. Dempartemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Per- tanian Bogor.

Mohsin. M. and M. Anam. 2001. Export and Economic Growth : Evidence from The Asean Countries. Associate Professor Department of Economics. York University, Canada. Pangestu, M.E. 2004. Tantangan Membangkitkan Daya Saing Indonesia dan Sektor Riil. Eco-

nomic Review Journal, (198), pp. 36-52.

Parningotan, F. S. 2000. International Trade as An Engine of Economic Growth. STIE Perba- nas. Working Paper Series. http://www.stieperbanas.ac.id

Sims, C.A. 1980. Macroeconomics and Reality. Econometrica, 48 (1): 1–48.

Siregar, H. and B.D. Ward. 2002. Were Aggregate Demand Shocks Important in Explaining Indonesian Macroeconomic Fluctuations? Journal of the Asia Pacific Economy, 7, pp. 35 – 60.

Tambunan, T. 2006. Perkembangan dan Daya Saing Ekspor Meubel Kayu Indonesia. Pusat Studi Industri dan UKM, Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta. Working Paper Series No.5.

Thomas, R. L. 1997. Modern Econometrics : An Introduction. Department of Economics, Manchester Metropolitan University, Adidison-Wesley, England.

Verbeck, M. 2000. A Guide to Modern Econometrics. John Wiley & Sons Ltd., England. Wijono, W.W. 2005. Mengungkap Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dalam

Lima Tahun Terakhir. Jurnal Manajemen dan Fiskal, Volume V, Nomor 2, Jakarta.

Zhang. W.B. 2008. International Trade Theory. Capital, Knowledge, Economic Structure, Mon- ey, and Prices Over Time. Springer, Verlag Berlin.

Survey Animo Masyarakat terhadap Program Subsidi Koperasi Pekerja

PENDAHULUAN

Latar belakang Penelitian

Problem ketenagakerjaan perburu- han yang menjadi masalah pokok yaitu bagaimana meningkatkan kesejahteraan buruh dan memenuhi hak-haknya sebagai pekerja. Persoalan ini bukan hal mudah un- tuk diselesaikan karena menyangkut keterli- batan berbagai pihak mulai dari pengusaha, organisasi buruh dan pemerintah. Kendati landasan hukum yang menyangkut hal ini di level Indonesia maupun Internasional su- dah tersedia dan relatif kuat, namun tetap saja nasib pekerja/buruh belum terangkat tingkat kesejahteraannya. Berbagai aturan tersebut antara lain: (1) Undang Undang Dasar Tahun 1945; (2) Undang Undang No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh; (3) Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan; dan; (4) Rekomendasi ILO No. 102 Tahun 1956 tentang Fasilitas Kesejahteraan.

Persoalan kesejahteraan buruh ini akhirnya bagaikan lingkaran setan yang tidak pernah berujung dan selalu menjadi

“SURVEY ANIMO MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM SUBSIDI KOP- ERASI PEKERJA”

Saut Pane & Ktut Silvanita

Fakultas Ekonomi Universitas Jayabaya & Universitas Kristen Indonesia

The existence of “Koperasi” (Cooperative) is very important to the society, particularly the under-medium class. This should not be managed solely by

Dalam dokumen DATA JURNAL MEI 2012 EKONOMI (Halaman 86-98)

Dokumen terkait