• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengambil sakramen secara layak memperbarui perjanjian-perjanjian kita Undanglah para siswa untuk membaca dan membandingkan 1 Korintus 11:27–30

dengan3 Nefi 18:28–29; 20:8–9 dalam hati. Mintalah mereka mengidentifikasi sebuah peringatan yang diberikan tentang sakramen. Kemudian tanyakan:

• Mengapa tidak bijaksana mengambil sakramen secara tidak layak?

Mungkin akan bermanfaat untuk membagikan pernyataan berikut oleh Penatua John H. Groberg dari Tujuh Puluh, yang menjelaskan apa makna mengambil sakramen secara layak:

“Jika kita berhasrat untuk meningkatkan diri (yang adalah bertobat) dan tidak berada dalam pembatasan keimamatan, maka, menurut pendapat saya, kita layak. Meskipun demikian, jika kita tidak memiliki hasrat untuk meningkatkan diri, jika kita tidak memiliki maksud untuk mengikuti bimbingan Roh, kita harus bertanya: Apakah kita layak untuk mengambil, atau apakah kita mengejek tujuan sesungguhnya dari sakramen, yang adalah untuk bertindak sebagai katalisator bagi pertobatan dan peningkatan pribadi?” (“The Beauty and Importance of the Sacrament,”Ensign,Mei 1989, 38).

• Apa berkat-berkat bagi mereka yang mengambil sakramen secara layak? (Lihat 3 Nefi 20:8–9). (Pastikan para siswa memahami bahwajika kita mengambil sakramen dengan penuh doa dan dalam semangat pertobatan, kita dapat menerima pengampunan dosa-dosa, sama seperti yang kita lakukan ketika kita dibaptis).

Perlihatkan pernyataan berikut oleh Penatua Dallin H. Oaks dari Kuorum Dua Belas Rasul, dan mintalah seorang siswa untuk membacanya dengan lantang:

“Tanpa beberapa ketetapan untuk pembersihan lebih lanjut setelah pembaptisan kita, kita masing-masing tersesat dalam hal-hal rohani. Kita tidak dapat memiliki kerekanan Roh Kudus, dan pada penghakiman terakhir kita akan diikat untuk ‘dienyahkan selamanya’ (1 Ne. 10:21). Betapa bersyukurnya kita bahwa Tuhan telah menyediakan sebuah proses bagi setiap anggota yang telah dibaptis dalam Gereja-Nya untuk dibersihkan secara berkala dari kotoran dosa. Sakramen adalah bagian yang penting dari proses itu” (“The Aaronic Priesthood and the Sacrament,”Ensign,November 1998, 38).

• Menurut Penatua Oaks, mengapa sakramen merupakan tata cara Injil yang amat penting?

Bagikan pernyataan tambahan ini oleh Penatua Oaks:

“Kita diperintahkan untuk bertobat dari dosa-dosa kita dan datang kepada Tuhan dengan hati yang hancur dan roh yang menyesal serta mengambil sakramen sesuai dengan perjanjian-perjanjiannya. Ketika kita memperbarui perjanjian baptisan kita dengan cara ini, Tuhan memperbarui dampak pembersihan dari pembaptisan kita. Dengan cara ini kita dijadikan bersih dan dapat selalu memiliki Roh-Nya bersama kita. Pentingnya hal ini dibuktikan dalam perintah Tuhan agar kita mengambil sakramen setiap minggu (lihat A&P 59:8–9)” (“The Aaronic Priesthood and the Sacrament,”Ensign,November 1998, 38).

Anda mungkin perlu menjelaskan bahwa ketika kita mengambil sakramen dengan layak, kita “memperbaruisemua perjanjianyang dibuat dengan Tuhan” (Delbert L.

Stapley, dalam Conference Report, Oktober 1965, 14; cetak miring ditambahkan; lihat juga L. Tom Perry, “Saat Kita Mengambil Sakramen,”EnsignatauLiahona,Mei 2006, 41).

Undanglah seorang siswa untuk meninjau Lukas 22:15. Kemudian tanyakan: • Jika seseorang bertanya kepada Anda mengapa menurut Anda Yesus begitu

berhasrat meluangkan waktu Paskah bersama para Rasul-Nya, bagaimana Anda akan menjawabnya? Apa kesaksian yang akan Anda berikan?

Bersaksilah bahwa sewaktu kita mengingat Yesus Kristus dan kurban pendamaian-Nya, dan sewaktu kita mengambil sakramen dengan layak, kita memperbarui perjanjian-perjanjian kita dengan Allah. Imbaulah para siswa untuk merenungkan bagaimana mereka dapat secara individu mempersembahkan “hati yang hancur dan roh yang menyesal” ketika mereka mengambil sakramen. Tantanglah mereka untuk menjadikan tata cara sakramen sebagai pengalaman rohani yang teratur.

Bacaan Siswa

• Matius 26:26–28; Lukas 22:17–20; 1 Korintus 11:27–30; 3 Nefi 18:1–11, 28–29; 20:8–9; Ajaran dan Perjanjian 20:75–79.

• Dallin H. Oaks, “Pertemuan Sakramen dan Sakramen,”EnsignatauLiahona, November 2008, 17–20.

Selebaran

Seleksi dari Jeffrey R. Holland, “This Do in Remembrance of Me”

“Jika mengingat adalah tugas utama di hadapan kita, apa yang dapat datang ke dalam ingatan kita ketika lambang yang sederhana dan berharga itu dipersembahkan kepada kita?

Kita dapat mengingat kehidupan prafana Juruselamat dan segala yang kita ketahui telah Dia lakukan sebagai Yehova yang agung, pencipta langit dan bumi dan segala sesuatu yang ada di dalamnya. Kita dapat mengingat bahwa bahkan di Sidang Raya di Surga Dia mengasihi kita dan sangat kuat, bahwa kita menang bahkan di sana oleh kuasa Kristus dan iman kita pada darah Anak Domba (lihat Wahyu 12:10–11).

Kita dapat mengingat keagungan sederhana dari kelahiran fana-Nya .…

Kita dapat mengingat mukjizat-mukjizat Kristus dan ajaran-ajaran-Nya, penyembuhan-Nya dan pertolongan-Nya. Kita dapat mengingat bahwa Dia memberikan penglihatan kepada yang buta dan pendengaran kepada yang tuli serta gerakan kepada yang lumpuh dan yang timpang dan yang mati tangannya. Kemudian, pada hari-hari itu ketika kita merasa kemajuan kita telah berhenti atau sukacita kita dan pandangan kita telah menjadi kabur, kita dapat maju dengan mantap dalam Kristus .… Kita dapat mengingat bahwa bahkan dengan misi yang khusyuk seperti itu yang diberikan kepada-Nya, Juruselamat menemukan kesenangan dalam hidup; Dia menyukai orang-orang dan memberi tahu para murid-Nya agar menjadi riang. Dia mengatakan kita hendaknya bersemangat dengan Injil sebagai orang yang telah menemukan harta yang luar biasa, mutiara yang benar-benar sangat berharga, tepat di ambang pintu kita sendiri .…

Kita dapat mengingat bahwa Kristus memanggil para murid-Nya sebagai teman .…

Kita dapat—dan hendaknya—ingat hal-hal mengagumkan yang telah datang kepada kita dalam kehidupan kita dan bahwa ‘segala sesuatu yang baik datang dari Kristus’ (Moroni 7:24) .… Pada beberapa hari kita akan memiliki alasan untuk mengingat perlakuan buruk yang Dia terima, penolakan yang Dia alami, dan ketidakadilan—ah, ketidakadilan—yang Dia tanggung. Ketika kita, juga, kemudian menghadapi beberapa hal itu dalam kehidupan, kita dapat mengingat bahwa Kristus

juga menderita dalam segala hal, tetapi tidak masygul; bingung, tetapi tidak putus asa; dianiaya, tetapi tidak ditinggalkan; dicampakkan, tetapi tidak binasa (lihat 2 Korintus 4:8–9).

Ketika saat-saat yang sulit itu datang kepada kita, kita dapat mengingat bahwa Yesus harus turun di bawah segala hal sebelum Dia dapat naik di atasnya, dan bahwa Dia menderita rasa sakit dan kesengsaraan serta godaan dari segala jenis agar dia boleh dipenuhi dengan belas kasihan dan mengetahui bagaimana menyokong umat-Nya dalam kelemahan-kelemahan mereka (lihat A&P 88:6; Alma 7:11–12).

Bagi mereka yang terseok-seok atau tersandung, Dia ada di sana untuk menegakkan dan memperkuat kita. Pada akhirnya Dia ada di sana untuk menyelamatkan kita, dan untuk semua ini Dia memberikan nyawa-Nya .…

… Kita dapat mengingat semua ini ketika kita diundang oleh seorang imam muda yang berlutut dalam doa untuk selalu mengingat Kristus” (Ensign,November 1995, 67–69).

16

Juruselamat Mendamaikan