• Tidak ada hasil yang ditemukan

Fakta mengenai cepatnya perkembangan teknologi dan sistem informasi dan komunikasi, yang secara mencolok dikuasai oleh negara-negara kuat,

membuat ban yak negara berkembang seperti kewalahan. Limpahan informasi

beserta nilai-nilai asing yang menyertai kemasan-kemasan luar negeri untuk

tayangan televisi kini telah merasuk dan mewamai pula kehidupan sehari­

hari manusia In.donesia. Keberadaan televisi itu sendiri, di rumah masing­

masing, atau pun di suatu tempat umum di lingkungan rukun tetangga, telah

membuat orang, dan lebih-lebih anak-anak, baik di kota maupun di desa,

tidak lagi cukup ban yak bergaul atau main bersama dengan para tetangganya,

atau setidak-tidaknya, kalaulah mereka masih nonton bersama, mereka

menjadi penonton belaka, tanpa kegiatan yang kreatif.

Arah pemecahan

yang harus dicari adalah untuk menanggulangi dua

. pcirsoalan itu, yaitu

pertama,

ketidakseimbangan informasi dari negara Juar

. y'�mg kuat dengan da:ri negara �endiri, dan

kedua,

kedudukan penonton

televisi sebagai pihak yang siaran. Untuk persoalan pertama

yang perlu dilakukan adaian produksi industri budaya

audio-visual dalam negeri yang memuat pula nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, dan bukan justru mengambil alih nilai-nilai asing yang tidak luhur tetapi mengenakkan. Peningkatan produksi itu memerlukan suatu pengerahan modal, serta juga, dan inilah yang justru sangat menentukan mutu, peningkatan tenaga-tenaga ahli dan sarana untuk itu. Untuk membuat kemasan audio-visual yang baik diperlukan tenaga-tenaga profesional dalam berbagai aspek dari pekerjaan itu: dari pengembangan gagasan, riset, penulisan skenario, hingga ke pengambilan gambar, penyutradaraan, permainail, tata visual, tata suara, dan editing. Untuk itu semua perlu pendidikan dan pelatihan, sedangkan untuk evaluasi pasca produksi diperlukan hidupnya lembaga kritik dan dialog.

Mengenai kaitannya dengan pasar, maka jelas diperlukan keunggulan kompetitif· berkenaan dengan kemampuan teknis dan profesional secara umum, namun, perlu pula dipertahankan pemanfaatan keu�ggulan komparatif dari kemasan-kemasan industri budaya itu yang disebabkan oleh kekhasan isi substansi budaya yang disajikan di dalarnnya.

Adapun untuk menjawab persoalan kedua ada dua jalan yang perlu ditempuh, yaitu pertama, mendayagunakan media, atau kemasan media yang lebih bersifat interaktif, dan kedua, menyelenggarakan lebih ban yak kegiatan yang bersifat tatap muka, yang lebih memungkinkan pergaulan antara manusia yang hangat dan menumbuhkan kepekaan untuk saling mengerti.

IV. Keterasingan Sebagian Generasi Muda dari Akar/Warisan Budaya Bangsanya

Kenyataan bahwa peri kehidupan bermasyarakat kita, dibandingkan dengan misalnya setengah abad yang lalu, telah banyak berubah karena perkembangan sarana-sarana kehidupan dan pertumbuhan ekonomi, merupakan suatu kenyataan yang memerlukan suatu perhitungan mengenai apa yang bertambah dan apa yang berkurang karena perubahan-perubahan tersebut. Di satu sisi, ketrampilan generasi muda kita umurnnya meningkat dalam menggunakan peralatan elektronika. Ketrampilan tersebut dapat digunakan untuk mengakses informasi yang semakin luas jangkauannya, tetapi dapat juga digunakan semata-mata untuk kesenangan. Kemerdekaan bangsa dan mungkin juga keliberalan pendidikan di rumah telah membuat pemuda kita lebih berani berungkap. Keberanian ini menjadi positif apabila

· disertai ilmu, namun apabila tidak disertai juga dengan nilai-nilai etika tertentu dapat mengarah kepada kecongkakan dan bahkan kekurang-ajaran. 69

Hilangnya kehidupan tatap muka yang hangat di lingkungan tetangga atau keluarga besar, dan diganti dengan pola kegiatan sehari-hari yang semakin individual dan profesional, telah pula membuat saluran penerusan nilai-nilai budaya dari generasi tua ke generasi muda menjadi terputus. Sebagai gantinya generasi muda pada umumnya, berkat mediasi media massa, lebih berorientasi kepada budaya-budaya luar yang pancaran informasinya kuat ketimbang berorientasi kepada budaya bangsanya sendiri, yang memang pancaran informasinya semakin melemah.

·

Arah pemecahan untuk mengatasi permasalahan ini adalah, pertama, mempertahankan dan bahkan meningkatkan program-program yang membawa para pemuda mengenal kehidupan bersama manusia-manusia lain, seperti program "kuliah kerja nyata", "sarjana penggerak pembangunan pedesaan", "pertukaran pemuda", dan lain-lain yang mungkin masih harus

diciptakan. Arah kedua untuk memecahkan masalah itu adalah memperkuat

pancaran informasi mengenai budaya bangsa sendiri, yang khususnya ditujukan kepada generasi muda bangsa. Karena salah satu penanda bangsa yang paling kentara adalah kesenian, maka pelibatan yang intensif dari generasi muda di dalam kegiatan seni dari bangsa sendiri dapat merupakan

upaya pemecahan yang ketiga.

V. Eksistensi Budaya Indonesia di Tengah Perkembangan _Global Beberapa isu budaya kiranya perlu diperhatikan dalam menjalani pergaulan antara bangsa dalam bidang kebudayaan. Isu pertama adalah mengenai "pengaruh globalisasi terhadap kelestarian budaya etniklnasional". Beberapa futuris meramalkan bahwa dengan semakin luasnya rambahan teknologi komunikasi sampai ke seluruh pelosok dunia, maka dunia ini akan semakin dipersatukan dalam komunikasi, dan pada akhimya juga akan dipersatukan dalam suatu budaya bersama. Gagasan dasar itu lah yang kiranya harus dipertanyakan. Apabila runutan alur pikir para futuris itu diikuti, maka sebagai konsekuensinya segala budaya nasional atau etnik di seluruh dunia ini akan dipinggirkan untuk memberi tempat kepada apa yang diharapkan menjadi "budaya mainstream" yang dibentuk oleh pihak-pihak yang paling kuat menguasai tempat di jalur-jalur utama komunikasi terse but. Apabila ini terjadi, maka negara-negara 'terpinggirkan' itu akan menjadi sasaran penjajahan baru, yaitu penjajahan budaya, penjajahan terhadap jatidiri masing-masing. Maka, sebagai 'perlawanan antisipatif', suatu gerakan budaya adalah amat strategis. Dalam relevansi ini lah gagasan-gagasan

kerjasama budaya an tar negara perlu ditempatkan. Dengan bekerjasama, kita secara bersama-sama saling mendukung usaha untuk melestarikan budaya masing-masing bangsa.

Isu kedua yang terkait dengan yang pertama adalah mengenai "pelestarian dalam modus yang dinarnis". Pada umumnya apabila orang bicara ten tang pelestarian budaya, maka yang dikaitkannya dengan pengertian itu adalah 'pengawetan', dalam arti hanya "mempertahankan apa yang telah ada". Berbeda dengan itu, yang hendaknya kita dukung adalah makna pelestarian yang dinamis, di mana kuncinya ada pada pengertian "berkelanjutan", dan di dalam pengertian ini tercakup makna pembaruan. Diterapkan khusus mengen_ai budaya, ini berarti kita harus melihat kebudayaan sebagai sesuatu yang hidup, yang senantiasa terbuka untuk perkembangan, namun sekaligus juga tidak kehilangan jatidirinya. Sejarah budaya berbagai ban gsa telah menunjukkan bahwa pelestarian jatidiri budaya sambil berkembang dinamis itu adalah sesuatu hal yang amat mungkin. Namun dalam hal ini kita perlu memperhitungkan perbedaan situa.Si dunia antara masa lalu dan masa kini. Masa kini ditandai oleh perkembangan teknologi komunikasi yang teramat cepat dan dapat digunakan dengan cara teramat intensif, sehingga darnpak-dampak interaksi antarbudaya melalui sarana tersebut pun akan dapat lebih cepat dan lebih meluas. Oleh karena itu antisipasi 'pertahanan budaya' harus dilakukan secara lebih sadar, dan tidak dilepas saja kepada 'pertumbuhan alarniah'.

Isu ketiga, yang terkait pula dengan kedua isu terdahulu adalah pemahaman dan pengertian yang tepat mengenai adanya, serta berarti dan berfungsinya "kreativitas di dalam tradisi". Orang awam kebanyakan menganggap bahwa tradisi adalah sesuatu yang telah membeku. Kenyataan sejarah kebudayaan pun menunjukkan bahwa tradisi itu bertahan sambil dari waktu ke waktu memberikan peluang bagi kreativitas. Apabila kita hendak meningkatkan kerjasama budaya antara bangsa, maka sebagai salah satu tindakan yang perlu dilakukan adalah menanarnkan saling pengertian yang mendalam mengenai kebudayaan satu sama lain. Ini berarti, saling pengertian itu harus ditumbuhkan tidak hanya mengenai apa yang tampak di permukaan, melainkan beserta segala nilai, dinamika, serta sejarah perkembangannya.

Arah pemecahan untuk menghadapi isu-isu tersebut dengan arif adalah derigan meningkatkan kesadaran budaya dan sejarah budaya di berbagai lapisan masyarakat, serta dengan meningkatkan kerjasama antara bangsa, baik dalam hal pengkajian, pembahasan kebijaksanaan, serta eksposisi aspek­ aspek budaya beserta permasalahannya secara mendalam.

Pokok-pokok Pembangunan KESEJAHTERAAN RAKYAT