• Tidak ada hasil yang ditemukan

Segala usaha untuk mendongkrak citra museum tersebut hanya akan berhasil apabila dilandasi oleh semangat dan optirnisme untuk

berpacu dalam prestasi. Oalam hal ini Badan Musyawarah Museum

Indonesia perlu memikirkan penyediaan 'monumen' untuk 'laporan'

hasil-hasil kerja para profesional di bidang permuseuman ini, yaitu

suatu majalah ilmiah-profesional permuseuman yang ·dapat terbit

secara teratur. Majalah itu, beserta katalog-katalog pameran yang

bernilai ilmiah (kalau bisa juga sekaligus artistik) tinggi, akan

merupakan bagian dari citra berwibawa museum ..

KETEPATAN DALAM RITME : TUBUH DAN SUARA

Dua orang koreografer dari latar budaya yang berbeda, yaitu Gusmiati Suid (Indonesia) dan Joachim Schlomer (Jerman/Swiss) telah mewujudkan keyakinannya bahwa dengan semangat penjelajahan yang melintasi batas-batas tradisi keduanya dapat bekerjasama dalam kerja penciptaan tari. Pada pertunjukannya di Gedung Kesenian Jakarta

(23-24-25

Juli

1999)

dua koreografer itu menyajikan karya masing-masing secara terpisah; tetapi keduanya ditarikan oleh grup gabungan, yaitu

5

orang dari Gumarang Sakti pimpinan Gusmiati dan

5

orang dari Tanztheater Basel pimpinan Joachim. Masing-masing grup diwakili

3

penari wanita dan

2

penari pria, membentuk grup

10

orang dengan tinggi yang berbeda-beda, yang kadang-kadang menarikan bagian­ bagian komposisi sebagai satu kelompok yang padu, namun pada bagian-bagian komposisi lain dipilah menjadi

4

pria dan 6 wanita dengan tugasnya masing-masiilg, sedangkan di bagian-bagian lain pula

. ,. -.

seorang atau d·ua orang muncul sendiri di hadapan penari-penari selebihnya. ·

Pada kedua karya tari yang dipisah oleh intermeso itu, musik pengiring datang dari satu kelompok musisi Minang terdiri dari

5

orang. Suara-suara perkusi dengan pengutamaan gendang atau bedug, suara aerofon Genis saluang), serta instrumen berdawai, ganti-berganti memandu irama gerak penari namun catatan khusus perlu diberikan kepada kekuatan garapan vokal yang sangat bagus kualitasnya, baik menyertai karya �usmiati maupun Joachim. Untuk bagian-bagian tertentu vokal itu · dibuat amat garang dan 'kasar', sedemikian rupa

resensi

pergelaran "Face to Face", kerjasama koreografer Gusmiati Suid (Indonesia) dan Joachim Schlomer (Jerman/Swiss), Gedung Kesenian Jakarta, 23 Juli 1999

sehingga mampu mengungkapkan gaya bersuara yang khas. Vokal wanita yang dominan itu kadang-kadang sangat lembut hingga ke pianissimo, dan meningkat atau meloncat ke fortissimo. Kontras ini ditonjolkan pada iringan untuk karya Joachim yang diberinya judul "Stadt-Land-Fluss".

Tingkahan perkusi yang keras, mendadak dan gemuruh terdapat pula pada karya Joachim, yang kemudian turon ke irama permainan gendang dengan ritme ajeg untuk mengiringi gerak-gerak kelompok .. Musiknya bersemangat, tetapi gerak tarinya keciJ..:kecil, dan disertai pula dengan gerakan-gerakan halos pada per�elangan tangan. Pada suatu bagian lain dari karya Joachim para penari membawa sapu lidi dalam posisi diarahkan ke atas, kemudian enam di antara kelompok penari itu ketika muncul lagi masing-masing membawa dua sapu lidi yang dipegang di tangan kanan dan kiri, serta digesek-gesekk&n ke lantai sehingga menjadi unsur musikal pula.

Pada karya Gusmiati, yang diberinya judul "Asa (Di Ujung Tanduk)", unsur 'musikal' yang banyak pula ditampilkan adal

:ll

suara; .. · tubuh penari-penari yang serempak dijatuhkan dengan keras ke lantai, dalam berbagai sikap elakao atau jatuhan pencak-silat. Dalarn karya -tari ini Gusmiati menggunakan empat bangku bambu berukuran memanjang, sekaligus sebagai set dan properti. Pada awal tarian, di panggung yang temaram dengan beberapa spot tajam pada penari utama dan dua penari lain yang tidur di atas dan di tepi balai-balai lebar yang kemudian ternyata merupakan gabuilgan terdiri dari empat bangku bambu yang telah disebutkan di atas, bunyi awal yang terdengar adalah semacam suara mendesir jangkrik atau binatang-binatang malam di tengah kesunyian. Joachim pun mengawali karya tarinya dengan iringan demikian. Pada bagian selanjutnya dari karya Gusrniati, suara penari-penari yang mendudukkan diri dengan keras, atau yang naik ke atas bangku-bangku bambu tersebut membuat tambahan unsur 'musikai'·pula.

Penjelajahan gerak pada Gusmiati tampak berjalan terus. Dalarn karyanya kali ini terlihat gerak-gerak inovatifnya berupa rnisalnya gerak geleng kepala dengan cepat sernentara para penari rnernbuat pola lantai. Contoh lain adalah gerak berjalan miring, serta salto

'

belakang oleh keernpat penari pria sambil turun dari bangku-bangku

barnbu. Pada satu bagian bangku-bangku disusun agak diagonal rnernanjang dengan terdapat celah di antara rnasing-rnasing. Dalarn suasana cahaya kegelapan keenam penari wanita rneniti 'jernbatan bambu' itu dengan di setiap celah dibantu 'rnelornpat' oleh angkatan keernpat penari pria. Adegan ini diselesaikan dengan sentakan rnusik yang tiba-tiba rnenjadi mernbahana, disertai dengan perubahan pencahayaan pentas yang serentak. Tata c·ahaya pentas yang perlu dinikrnati khusus adalah ketika sejurnlah larnpu neon kecil pada ketinggian yang sama dinyalakan secara bertahap: beberapa dulu, kernudian semuanya tetapi rnasih kelap-kelip, dan pada akhirnya rnenyala sernua dan rnenjadikan pentas benderang. Lampu-lampu itu kemudian dinaikkan ke arah langit-langit, dan ini disarnbut dengan tingkahan rnusik gendang yang cepat, menyuarakan debaran jantung. Gerakan-gerakan pada bagian ini sangat diwarnai oleh sikap-sikap pencak-silat. Pada bagian ini lah masih terlihat sedikit kecanggungan para penari dari Basel dalarn rnenerapkan pose berdiri yang berdasarkan kuda-kuda. Suasana ini kernudian berubah ke arah syahdu ketika digambarkan air mengalir dari satu penari ke penari yang lain, dan kernudian berubah pula rnenjadi keras dengan gerakan-gerakan jatuhan serta duduk dan berdiri di atas bangku bambu. Ketika vokal kelornpok berbunyi arnat keras, warna cahaya di layar belakang pentas pun berubah dari kelabu ke oranye. Pada banyak saat g�rakan dan pencahayaan berubah dalam ketepatan waktu ya.Qg betul-betul menunjukkan kecermatan.

Pertunjukan ini, di samping menampilkan kemampuan "mencari bersama" antara dua orang koreografer dengan latar budaya dan

riwayat pelatihan yang berbeda,juga memperlihatkan keterlatihan para penarinya. Kedua koreografer menunjukkan jiwa merdekanya dalam menjelajahi segala kemungkinan gerak dan bunyi baru bagi karya mereka.

WAYANG IN THE CULTURAL DY NAMICS