• Tidak ada hasil yang ditemukan

mengenai perasaan masyarakat desa suwatu dalam mendiskusikan masalah politik di pemerintahan dan perasaan

B. Pembahasan Hasil Penelitian

2) mengenai perasaan masyarakat desa suwatu dalam mendiskusikan masalah politik di pemerintahan dan perasaan

setelah menggunakan hak pilihnya.

Dari hasil penelitian di lapangan, ditemukan fakta bahwa sebagian besar masyarakat Desa Suwatu merasa atau menganggap bebas berdiskusi atau berbicara mengenai politik dengan semua orang dan mereka juga menganggap bahwa berdiskusi mengenai politik dapat dilakukan secara bebas dan dapat dilakukan oleh siapa saja. Masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa perasaan dibatasi relatif tidak terlihat dalam masyarakat Desa Suwatu. Hal ini merupakan salah satu hal yang penting untuk terciptanya struktur masyarakat yang demokratis. Berbeda dengan sistem politik yang totaliter dimana komunikasi politik dikontrol secara ketat dan melakukan kritik terhadap pemerintahan dan sistem politiknya sangat beresiko. Jika kita mengaitkan perasaan masyarakat dalam mendiskusikan politik dengan sistem politik yang demokratis, kita dapat melihat suatu gambaran adanya keterbukaan politik. Tidak ada pembatasan yang cukup serius yang membuat masyarakat menghindari untuk melakukan komunikasi politik. Dalam masyarakat Desa Suwatu kita menjumpai frekuensi yang tinggi mengenai perasaan bebas dalam mendiskusikan politik. Kesadaran ini pada tingkat tertentu menunjukkan pemahaman masyarakat akan adanya keterbukaan politik. Tetapi pada kenyataannya, mayoritas masyarakat Desa Suwatu melakukan

pembicaraan politik dengan intensitas yang relatif rendah. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Mereka memang bisa secara bebas melakukan pembicaraan politik dengan orang lain tanpa adanya kontrol yang ketat atau tekanan dari pemerintah. Tetapi, bagi mereka pembicaraan politik belum menjadi menu pembicaraan sehari-hari. Sebab mereka sibuk bekerja untuk mencari uang dari pagi hari sampai sore hari. Bahkan ada yang bekerja sampai malam hari. Selain itu, juga ditemukan fakta bahwa sebagian besar dari masyarakat Desa Suwatu merasa kecewa, sedih, dan jenuh atau bosan ketika berbicara tentang politik sebab ketika mereka melihat berita dari televisi atau mendengarkan berita dari radio, pasti beritanya tentang kasus korupsi yang dilakukan oleh para pejabat politik. Walaupun begitu, masih terdapat sebagian kecil masyarakat Desa Suwatu yang merasa senang dan tertarik ketika membicarakan masalah politik. Sebab hal tersebut bisa menambah pengetahuan mereka tentang politik.

Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat di Desa Suwatu menganggap bahwa berdiskusi mengenai politik ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Walaupun mereka mempunyai pemahaman yang kurang mengenai politik. Meskipun begitu mereka kadang-kadang masih melakukan pembicaraan tentang politik dengan intensitas yang relatif rendah. Maka masyarakat Desa Suwatu masuk dalam tipe budaya politik subjek partisipan. Dimana mereka tetap memiliki pemahaman yang sama sebagai warga negara yang mempunyai

kewajiban untuk menggunakan hak pilihnya dan mereka juga memiliki perhatian terhadap sistem politik, tetapi keterlibatan mereka dalam kegiatan politik dengan cara yang lebih pasif. Mereka hanya berpartisipasi dalam output sistem politik yaitu sudah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin. Selain itu, mereka juga tetap mengikuti perkembangan berita-berita politik dengan frekuensi yang tidak terlalu sering, tetapi mereka juga tidak berusaha untuk mengawasi, mengawal, mengontrol, dan mengevaluasi kinerja sistem politik negaranya dan perasaan komitmen emosional mereka terhadap negaranya tidak terlalu besar.

Kita sudah melihat bahwa masyarakat Desa Suwatu menganggap sangat perlu dalam mengikuti Pemilukada dan mereka juga mempercayai bahwa instrumen Pemilukada dapat membawa perubahan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya kita ingin melihat poin-poin dari dimensi psikologis yang melatarbelakangi atau memotivasi keikutsertaan masyarakat secara sukarela dalam mengikuti Pemilukada. Kita melihat bahwa Pemilukada adalah suatu aksi besar dalam bentuk partisipasi massal pada masyarakat demokrasi. Konsekuensinya yang menjadi persoalan penting disini adalah bagaimana masalah perasaan tentang menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada. Masyarakat Desa Suwatu dihadapkan pada suatu pertanyaan yang mana menggambarkan perasaan mereka ketika pergi

ke tempat pemungutan suara untuk memberikan suara atau menggunakan hak pilihnya.

Sebagian besar masyarakat Desa Suwatu menyatakan bahwa mereka puas dan merasa senang jika pergi ke tempat pemungutan suara untuk menggunakan hak pilihnya. Sebab mereka mempunyai harapan bahwa calon bupati dan wakil bupati yang sudah dipilih oleh mereka supaya menang. Sehingga, mereka bisa mempunyai bupati dan wakil bupati yang akan membawa perubahan dan kemajuan bagi Kabupaten Pati untuk lima tahun ke depan. Sedangkan masyarakat yang menjawab mengikuti Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 karena merasa terpaksa memang ada tetapi hanya sebagian kecil saja dan masyarakat yang merasa biasa-biasa saja ketika sudah menggunakan hak pilihnya memang ada tetapi juga hanya sebagian kecil masyarakat saja. Mereka merasa biasa saja sebab menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada sudah diatur dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena memilih calon bupati dan wakil bupati pasti selalu dilaksanakan setiap 5 tahun sekali yang sudah diatur dengan Undang-Undang.

Perasaan puas dan merasa senang yang dominan dalam mengikuti Pemilukada pada masyarakat Desa Suwatu, seperti yang kita lihat dari gambaran diatas dapat kita kaitkan dengan apa yang sudah dibahas sebelumnya, bahwa masyarakat Desa Suwatu mempercayai dan merasa perlu untuk mengikuti Pemilukada. Atas

dorongan keyakinan dan kepercayaan yang tinggi tersebutlah kita dapat menggambarkan relevansinya terhadap ekspresi perasaan masyarakat Desa Suwatu dalam mengikuti Pemilukada. Masyarakat Desa Suwatu memiliki suatu sikap mempercayai dan menganggap sangat perlu dalam mengikuti Pemilukada dan mereka memiliki perasaan puas dan senang jika sudah mengikuti pemungutan suara. Hal ini menunjukkan ciri budaya politik subjek partisipan, dimana adanya perasaan puas dan merasa senang pada output sistem politik yaitu ketika masyarakat Desa Suwatu sudah menggunakan hak pilihnya pada Pemilukada secara langsung di Kabupaten Pati tahun 2012 kemarin.

3) perasaan sebagai wni dan pengaruh peraturan atau kebijakan