• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENGENAL GAMELAN JAWA A Etika Karawitan

Dalam dokumen 6. Modul PLPG Bahasa Jawa 2013 (Halaman 63-68)

l. Menata dan meyiapkan pukul, di atas gamelan, pegangan di sebelah kanan. Pukul tidak diletakkan di bawah, diselipkan dalam gamelan. Kecuali tabuh gong, bisa diletakkan di depan penabuh, tidak dalam lubang (di balik) gong. Tabuh gender juga diletakkan ke kanan kiri, agar memudahkan memegang jika hendak mulai.

2. Tidak etis jika melangkahi perangkat gamelan, untuk pindah ke tempat lain. 3. Menabuh sambil bicara,senda gurau, makan,merokok juga kurang bagus.

4. Seperlunya saja geleng-geleng kepala, sesuai irama, jika perlu,agar tidak terkesan kaku.

5. Boleh memejamkan mata, apabila telah mampu menabuh dengan tepat. 6. Tidakmembuang puntung rokok, botol aqua, bungkus makanan,dll. 7. Tak bagus bersin dan batuk yang tak terkendali

8. Tidak berjalan, glojag-glajig ke sana kemari dalam forum gamelan.

9. Cara duduk wanita timpuh, jika pakai celana pajang, bersila yang rapat, tidak ngowoh

(lebar). Laki-laki tidak jengkeng. Posisi berada di tengah gamelan.

10. Tidak tidur di atas gamelan, sambil menanti tabuhan, antawecana dalang misalnya. 11. Pada waktu jeda, tidak saling berbicara ngalor-ngidul dengan penabuh lain, kecuali

dalam konteks gendhing.

12. Menabuh sebaiknya tidak sambil menyangklong tas atau memangku buku/catatan, akan mengganggu kebebasan gerak.

13. Minuman sebaiknya ditempatkan tidak di dekat kaki (sila), akan tersenggol, tumpah.

Gambar contoh sikap menabuh bonang penerus

B. Cara Menabuh Gamelan

1. Posisi badan tegak menghadap ke depan.

2. Pria, bersila (sila tumpang) posisi kaki kiri di bawah kaki kanan, untuk putra. 3. Timpuh, posisi kedua kaki di bawah paha untuk putri.

64

4. Menabuh dengan semangat dan irama yang laras,memperhatikan proses gending 5. Jika mengantuk, tahan dahulu.

6. Jika suwuk, tidakmenabuh seiidiri-sendiri (ting kethongkleng).

7. lkuti aba-aba pangrengga suwara/irama (gender, rebab, sindhen), pamurba suwara (kendhang), pangarsa suwara (bonang, demung), serta permintaan yang diiringi.

8. Pakaian yang digunakan dalam menyajikan karawita adalah disebut pakaian Kejawen. Terdiri dari blangkon, jas bukak, keris, sabuk, timang da nyamping (kain jarik). 9. Lagu-lagu soran (tanpa iringan vokal) ditabuh keras, terlebih wilahan, namun juga tetap memperhatikan kenyamanan.

10. Cara memegang pukul wilahan, harus miring (condong ke kanan), kira-kira 60 derajat.

11. Jika sudah hafal titilaras, sebaiknya tidak diucapkan dengan vokal, agar tidak

gumrenggeng.

12. Apabila menabuh tertinggal atau terlalu cepat, berhenti sejenak, kemudian melirik

demung atau slenthem, lalu mengikuti lagi.

13. Dalam karawitan tidak dibenarkan asal menabuh sendiri, meskipun urutan titilaras

betul.

14. Penabuh gong harus sigap, akan ditagih oleh seluruh penabuh, jika suwuk tidak menabuh, karawitan terasa gagal.

Gambar cara menabuh kendhang kalih

C. Tabuhan Pinjalan dan Imbal

Pinjalan adalah tabuhan sarondemung dan slenthem yang tempatnya pada bentuk inggah, dalam irama ngampat untuk menuju seseg sampai pada waktu suwuk. Tabuhan

slenthem mengikuti di belakang saron. Pinjalan ini untuk memunculkan suasana tabuhan yang enak dan manis.

Imbal adalah ragam tabuhan dalam bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua orang pemain dengan menggunakan dua buah ricikan sehingga menimbulkan jalinan bunyi nada yang erat, rampak, indah, dinamis, dan tidak dapat dipisah-pisahkan; nada yang dipukul pada kedua ricikan tersebut tidaksama dan biasanya terdiri atas nada yang berdekatan. Imbal akan membuat pemanis dalam seni karawitan. Meskipun tabuhan

ricikan berbeda, tetapi jatuhnya titilaras enak dirasakan.

Perangkat yang biasanya menggunakan tabuhan imbal, antara lain: (1) imbal bonang: tabuhan imhal yang dilakukan dengan menggunakan bonang barungdan bonaog penerus; (2) imbal demung: tabuhan imbal yang dilakukan dengan menggunakan demung

pertama bekerjasama dengan demung kedua. Masing demung dipukul empat kali tiap gatra; (3) imbal demung lugu: tabuhan imbal demung sederhana, menggunakan puku1an biasa, dan tidak banyak variasi; (4) imbal demung nglagu: tabuhan imbal demung yang bervariasi, pukulan demung pertama dan demung kedua diolah menjadi jalinan pukulan yang indah; (5) imbal demung dados: tabuhan imbal demung dengan empat pukulan tiap

65

satu sabetan sehingga dalam satu gatra gendhing berisi : 6 pukulan atau tiap satu gatra masing-masing demung dipukul delapan kali; (7) imbal demung lamba: tabuhan imbal

demung yang berisi dua pukulan dalam satu sabetan sehingga dalam satu gatra berisi delapan pukulan; (8) imbal demung rindingan: tabuhan imbal demung semacam imbal

demung nglagu tetapi pukulan demung pertama dan demung kedua diolah lebih leluasa sehingga menjadi sebuah jalinan pukulan berbentuk lagu yang indah dan beraneka ragam; (9) imbal saron barung:tabuhan imbal yang diiakukan dengan menggunakan saron barung pertama bekerja sama dengan saron barung kedua; (10) imbal saron nginthil, tabuhan dua saron yang urut, tetapi ditabuh bergantian sehingga iramanya bergantian membentuk suasana ritmis.

Sistem imbal harus ditabuh oleh pemain yang memiliki daya keterampilan senada. Hal ini untuk membuktikan garap-garap balungan maupun bonang semakin estetis. Dua orang pemain yang imbal harus cerdas dan tangkas memainkan tabuhan. Jika hal ini bisa dilakukan maka tabuhan akan semakin hidup, penuh daya pikat.

D. Cengkok dan Lagu (Kembangan)

Cengkok adalah gaya sajian (thuthukan) gamelan. Setiap wilayah atau ahli,memiliki cengkok yang berbeda. Cengkok berkaitan dengan garap. Pada dasarnya, ada yang membagi menjadi lima cengkok tabuhan, yaitu cengkok (1) Solo, (2) Ngayogyakarta, (3) Semarangan, (4) Banyumasan, (5) Jawa Timuran. Masih banyak cengkok lain, silakan saja, karena akan memperkaya karawitan Jawa. Tiap cengkok yana membedakan adalah tabuhan instrumen tertentu, tempo, syair, dan iramanya, sehingga rasanya bisa berbeda.

Lagu adalah isi gendhing. Lagu merupakan substansi gending, berupa kembangan (sekaran, bunga-bunga),agar gending semakin nges. Lagu ada yang klasik ada yang modern. Ada pula campuran keduanya. Tiap-tiap gamelan memiliki "lagu",yaitu cara menabuh agar terdengar anggun. Lagu ini kadang-kadang tak mengikuti titilaras resmi, melainkan ada kreasi. Yang dipentingkan dalam lagu adalah ngeng dan jatuhnya bunyi akhir thuthukan (kempul maupun kenong) sesuai, sehingga terdengar indah.

E. Tatacara Menabuh Balungan

Balungan ada bermacam-macam bentuk yang perlu diketahui, yaitu:

(1) balungan mlaku, struktur titilaras yang masing-masing gatra berisi sabetan, misalkan: 2 1 2 3 2 1 2 6

(2) balungan nibani, yaitu struktur titilaras yang tiap gatra hanya berisi dua sabetan, nada ke satu dan ke tiga hanya berupa titik (pin), misalkan: . 2 . 3 . 2 . 1

(3) balungan nggantung, yaitu balungan yang tiap gatra tidak bebrisi titilaras secara berturut-turut, misalkan: 3 3 . . 6 5 3 2

(4) balungan rangkep, yaitu titilaras yang tiap gatra dirangkap oleh dua nada dan mungkin juga berupa gabungan dengan titik (pin), misalkan: 6 .4 56 1 6 .2 46 5

66 Gambar cara menabuh balungan

Tabuhan balungan terdiri dari demung, saron, peking, slenthem (thuthuk satu), relatif mudah. Namun tabuhan ini membutuhkan kecermatan. Balungan itu yang akan menentukan pukulan kethuk, kenong, dan kempul. Cara menabuh masing-masing instrumen sebagai berikut.

1. BalunganDemung

(1) posisi di tengah, pukul agak ke tengah, penuh pergelangan tangan (2) tangan kiri digunakan untuk "mathet"

(3) ikuti laras apa (slendro atau pelog), aba-aba kendang perhatikan, pukulan suwuk

setelah gong

(4) jika memungkinkan, tepat gerong boleh keplok (tepuk) (5) letakkan tabuh di atas gamelanjika suwuk.

2. BalunganSaron

(1) posisi di tengah, pukul agakke tengah, penuh pergelangan tangan (2) tangan kiri digunakan untuk "mathet".

(3) ikuti laras apa (slendro atau pelog), aha-aba kendang perhatikan, pukulan suwuk

setelah gong.

(4) jika memungkinkan, tepat gerong boleh keplok (tepuk). (5) letakkan tabuh di atas gamelan,jika suwuk.

(6) gending tertentu, boleh "nyacah",yang penting jatuhnya suara tepat.

3. Balungan Peking

(1) posisi di tengah, pukul agakke tengah, penuh pergelangan tangan (2) tangan kiri digunakan untuk "mathet"

(3) ikuti laras apa (slendro atau pelog), aba-aba kendang perhatikan, pukulan suwuk

setelah gong

(4) jika memungkinkan, tepat gerong boleh keplok (tepuk) (5) letakkan tabuh di atas gamelan,jika suwuk

(6) menggunakan garap, selalu mendahului balungan yang lain (7) peking selalu menjadi identitas (cumengkling) meskipun kecil.

F. Tatacara Menabuh Gong, Kethuk, Kempul dan Kenong

1. Kempul dan Gong

(1) ikuti aba-aba buka,dari kendang,bonang,rebab dll., selalu gong siyem,begitu juga akhir gending

67

(3) usahakan menggunakan dua tabuh,dudukpada posisi tengah (4) ingat, gong akan menentukan keberhasilan sebuah garapan gending

2. Kethuk dan Kenong

(1) konsentrasikan diri,duduk pada posisi tengah (2) usahakan dengan 2 tabuh (3) tak bersamaan dengan kempul, kecuali pada akhir (4) perhatikan irama berapa

G. Tabuhan Khusus (Mirunggan)

(1) Kenong plesetan, yaitu tabuhan kenong yang tidak dijatuhkan pada titilarasnya, tetapi pada gatra berikutnya akibat dari adanya nada kembar dalam gatra tersebut setelah dhong. Kenongan ini untuk menunjukkan sebuah wiledan vokal untuk mengawali wiledan lagu yang akan jatuh pada dhongnya. Misalkan:

2 1 2 3 2 1 2 6 N3 3 3 . . 6 5 3 2 N1 1 1 . . 3 2 1 6 N6 3 6 6 5 3 2 1 2 N2

(2) Kempul plesetan, keterangaan sama dengan kenong plesedan. Tabuhan dalam titilaras

kembar ini memiliki implikasi untuk siap-siap (ancang-ancang). Dalam menabuh kempul

jika memang kempul tidak lengkap, memang titilaras 1 dapat digantikan dengan 5 dan

titilaras 2 digantikan 6, begitu seterusnya. Penggantian ini sekaligus juga sering menjadi pemanis tabuhan.

(3) Gong nggandhul, adalah tabuhan gong yang untuk mengiringi lagu. Biasanya ngembat beberapa ketukan, agar seleh gendhing terasa manis. Adapun untuk gendhing-gendhing soran yang gagah, gong nggandul kurang dibenarkan. Gong tetap ngepas (lebih sedikit sekali) yang hanya dimainkan rasa.

(4) Kempul nungkak menabuh kempul sedikit lebih maju dari bagian dan waktu yang se- harusnya.

(5) Kempul plesetan: menabuh kempul dengan nada tidak sama dengan nada balungan gendhingan, diplesetkan atau disesuaikan dengan deretan nada kembar pada gatra berikutnya.

(6) Kempul sungsun, artinya menabuh kempul yang sering dilakukan pada gendhingladrang

dalam irama tanggung (irama I) dengan menggunakan kendhangan kebar, kempul pada

kenongan kedua dan ketiga masing-masing ditambah satu pukulan pada sabetan pertama gatra berikutnya, sedang kempul pada kenongan keempat ditambah dua pukulan, tam- bahan pertama terletak antua sabetan kesatu dan kedua dan tambahan kedua terletak pada sabetan ketiga gatra berikutnya.

(7) Kethuk salahan: ragam tabuhan kethuk yang berbeda dengan tabuhan kethuk biasa, digunakan untuk menggantikan tabuhan kethuk pada gendhing ladrang atau ketawang

dua gatra menjelang gong sebagai isyarat bahwa gendhing akan sampai gong. Misalkan: Ldr. Semar Mantu Sl Manyura

Kethuk resmi : 6 5t 1 6 2 1t 2 6N

Kethuk salahan : 6 5t 1 6 t 2 1t 2 6N (irama I)

68

BAB VII

APRESIASI WAYANG

Dalam dokumen 6. Modul PLPG Bahasa Jawa 2013 (Halaman 63-68)