• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemilihan M o del Belajar yang Efektif untuk Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa

Dalam dokumen 6. Modul PLPG Bahasa Jawa 2013 (Halaman 142-146)

MODEL – MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF BAHASA, SASTRA DAN BUDAYA JAWA

NO JENIS MODEL ORIENTASI POKO

3. Pemilihan M o del Belajar yang Efektif untuk Mata Pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa

Model Belajar Mengajar atau Model of Teaching menurut Joyce dan Weil (dalam Saripuddin, 1994) digunakan untuk menunjukkan sosok utuh konseptual dari aktivitas belajar mengajar yang secara keilmuan dapat diterima dan secara operasional dapat dilakukan. Karena itu dalam model selalu terdapat tujuan dan ansumsi, sintakmanik, sistem sosial, sistem pendukung, dan dampak instruksional dan pengiring. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa model belajar mengajar itu merupakan inti atau jantungnya dari strategi mengajar.

Cukup banyak model belajar mengajar yang dapat dipakai oleh pengajar, dalam melaksanakan proses belajar mengajar, namun pengajar sebaiknya memilih model yang dianggap atau diperkirakan paling efektif. Houston, Clift, Freiberg, dan Waner (dalam Saripuddin, 1994) menyebutkan bahwa terdapat lima faktor yang menentukan efektifitas mengajar para pengajar.

a. Ekspektasi pengajar tentang kemampuan pembelajaran yang akan dikembangkan. b. keterampilan pengajar dalam mengelola kelas.

143

c. Jumlah waktu yang digunakan oleh pembelajar untuk melakukan tugas-tugas yang bersifat akademis

d. kemampuan pengajar dalam mengambil keputusan pembelajaran, dan e. variasi metode mengajar yang dipakai oleh pengajar.

Terkait dengan pemilihan model pembelajaran yang akan dipergunakan untuk mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa, selain harus memperhatikan kelima faktor- faktor tersebut di atas tentunya yanng tidak kalah penting harus memperhatikan karakteristik pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa itu sendiri.

Kompetensi yang diamanatkan dalam mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa mempertimbangkan kedudukan dan fungsi bahasa Jawa, Dalam hal ini kedudukan bahasa Jawa sebagai bahasa daerah berkedudukan sebagai; (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat saerah. Sedangkan fungsi bahasa Jawa khususnya mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawaadalah sebagai; (1) sarana pembina rasa bangga terhadap bahasa Jawa, (2) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya Jawa, (3) sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, (4) sarana penyebarluasan pemakaian bahasa Jawa yang baik dan benar untuk berbagai keperluan menyangkut berbagai masalah, dan (5) sarana pemahaman budaya Jawa melalui kesusasteraan Jawa.

Terkait dengan itu ditetapkanlah standar kompetensi mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa yang mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa. Aspek-aspek tersebut perlu mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Di samping itu, kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, keempat aspek kompetensi tersebut dalam pelaksanaannya harus secara terpadu.

Penerapan keterpaduan dari berbagai aspek tersebut nampak sebagai misal seorang guru akan menyampaikan kompetensi ”memahami dan menanggapi sesorah dalam berbagai kegiatan di masyarakat”. Jika dilihat dari aspek keterampilan berbahasa yang terkandung dalam kompetensi itu, maka kompetensi tersebut menekankan pada aspek menyimak, namun dalam menanggapi sesorah itu dapat digunakan keterampilan berbahasa yang lain, dalam hal ini tanggapan dapat dilaksanakan secara lisan maupun tertulis. Sehingga keterapilan menyimak itu paling tidak sudah terpadu dengan keterampilan berbnicara dan menulis. Demikian juga jika dilihat dari isinya, sewaktu

144

menanggapi sesorah tersebut yang dibahas semua aspek yang terkandnung dalam sesorah tersebut, baik dari aspek bahasa, sastra, maupun budayanya.

Penyampaian kompetrensi yang telah diamanatkan oleh mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa apabila dikaitkan dengan model pembelajarannya secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu model pengorganiasasian pertemuan dan model diskusi kelompok. Merujuk pada model pertemuan yang telah dikembangakan oleh Center for Advencement of Teaching Macquirie University dalam prosen pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa dapat menggunakan model antara lain: sajian visual, kerja kelompok, penyajian situasi, penyajian skill. Sedang model diskusi kelompok antara lain dapat menggunakan model kelompok curah pendapat atau

brainstorming group, model studi kasus atau case study, model bermain peran atau role play, atapun model simulasi atau simulation. Untuk masing-masing model akan dipaparkan ciri-cirinya berikut ini.

Ciri-ciri model sajian visual: - informasi lebih rinci

- mengundang pendapat peserta didik Ciri-ciri model kerja kelompok::

- terdiri dari 10 – 15 orang per kelompok - pertemuan diatur sendiri dalam kelompok - memerlukan laporan kelompok

Ciri- ciri penyajian situasi: - Menyajikan bermain peran - Menuntut adanya komentator

- Peserta memperoleh informasi untuk berdiskusi Ciri-ciri penyajian skill:

- 4 - 5 orang mendemonstrasikan keterampilan - Peserta mendiskusikan kebaikan dan keburukannya Ciri-ciri kelompok curah pendapat atau ’Brainstorming Group:

- Kelompok terdiri dari 3 -12 peserta - Tidak memerlukan pemimpin yang penuh

- Waktu pertemuan berkisar dari pertemuan singkat beberapa menit sampai pertemuan panjang beberapa jam

145

- Biasanya digunakan sebagai langkah awal membuat keputusan atau memecahkan masalah

- Para peserta diminta untuk mengemukakan ide sebanyak mungkin dalam waktu yang berkelanjutan menuju pemecahan masalah

- Ide-ide yang muncul tidak diberi kritik atau tanggapan Ciri-ciri model studi kasus atau „Case Study:

- Jumlah anggota kelompok bersifat luwes

- Waktu pertemuan bervariasi sesuai dengan tingkat kerumitan kasus - Para peserta dihadapkan kepada suasana problematik

- Para peserta dituntut untuk berbagai evaluasi terhadap kasus dan memberi jalan melakukan tindakan

Ciri-ciri model bermain peran atau „Role Play: - Jumlah anggota kelompok bervariasi

- Waktu pertemuan bervariasi sesuai dengan peran yang harus dimainkan

- Peserta mencoba sendiri peran-peran yang harus dimainkan dalam suasana interaktif

Ciri-ciri model simulasi atau simulation : - Jumlah anggota kelompok fleksibel

- Waktu pertemuan bervariasi sesuai dengan lama pertemuan yang tersedia - Para peserta dihadapkan kepada model kehidupan nyata

- Para peserta diminta mengandaikan peran tertentu dan bertindak sesuai dengan aturan tertentu

D. Rangkuman

Pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa perlu memperhatikan kedudukan dan fungsi bahasa Jawa sebagai bahasa daerah. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa yang mencakup kemampuan berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa. Aspek-aspek tersebut perlu mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu. Di samping itu, kompetensi berbahasa dan bersastra dalam kerangka budaya Jawa meliputi aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis, keempat aspek kompetensi tersebut dalam pelaksanaannya harus secara terpadu.

Untuk melrealisasikan hal tersebut hendaknya digunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan berbagai aspek yang melingkupinya agar

146

pembelajaran Bahasa, Sastra, dan Budaya Jawa benar-benar dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

Dalam dokumen 6. Modul PLPG Bahasa Jawa 2013 (Halaman 142-146)