• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggalang Benteng Islam nan Kuat Sentausa

Dalam dokumen Pedoman Darma Bakti (Halaman 135-140)

Lampiran MKT No. 11

Penjelasan 7: Menggalang Benteng Islam nan Kuat Sentausa

Mengingat barang apa yang tertera pada penjelasan-penjelasan 5. dan 6. Di atas, jika Jama’atul-Mujahidin sungguh-sungguh sanggup, mampu dan kuasa mewu-judkan ajaran-ajaran Kitabullah, Al-Qur’anul-‘adzim, dan mengikuti Sunnah Clm., dengan tepat dan seksama, setingkat demi setingkat, selangkah demi selangkah, sepan-jang rangka Jihad dan Hukum Jihad, Insya Allah dalam waktu yang singkat gelom-bang Jama’ah tsb. akan merupakan satu Benteng Islam raksasa yang maha-kuat dan maha-sentausa, dlahir maupun bathin, yang sanggup dan mampu menghadapi serta mengatasi segala kemungkinan dan keadaan betapapun sifat dan bentuknya. Beberapa fakta utama, yang akan dapat dijadikan landasan-landasan dan pembinaan ini antara lain ialah:

A. Memupuk dan memperkembangkan rasa-tanggung-jawab dlahir-bathin yang makin bertambah-tambah besar, dalam makna:

- Bertanggung-jawab sepenuhnya akan berlakunya Hukum-hukum Allah, Hukum-hukum sepanjang ajaran Al-Qur’an, dan Sunnah Clm., tegasnya: Hukum-hukum Syari’at Islam,

Lampiran MKT No. 11

atau Undang-undang Islam, atau Undang-undang Negara Islam Indonesia; dan

- Bertanggung jawab sepenuhnya akan berlakunya dan dilaksanakannya dengan tepat Hukum-hukum Islam dimasa Perang.

B. Memupuk dan memperkembangkan rasa-setiakawan yang makin bertambah-tambah mendalam, terutama, dalam lingkungan Jama’atul-Mujahidin, sepanjang ajaran Islam, sebagaimana yang telah terlaksana dalam pergaulan antara kaum Anshar dan Muhajirin, ialah kaum Mujahidin dibawah pimpinan, bimbingan, tuntunan dan asuhan langsung Rasulullah Clm. Pada zaman Madinah awal, di Negara Basis Islam Pertama di Yaziratul-Islamiyah termaksud meliputi segala bidang dan segi, khusus dan umum, sakhsy dan ijtima’I, dalam sepanjang ajaran suci, terutama dalam menanam, membangkitkan dan mengobar-ngobarkan Semangat Jihad dalam membina dan memperkembangkan Jiwa Jihad, dan dalam melaksanakan Hukum-hukum Jihad.Dengan demikian, maka cita-cita hendak menggalang Persatuan Islam dan Persatuan Ummat, terutama Ummatul-Mujahidin yang kuat-kompak dlahir-bathin bukanlah satu impian khayal! Jadikanlah Tali-tali Allah, perintah-perintah Allah beserta Sunnah Clm. Selaku tafsirnya, sebagai daya-pengikat antar-jiwa dalam lingkungan Jama’atul-Mujahidin! Dan kemudian perkuat dan sempurnakanlah segala usahamu dalam jurusan itu, hingga seluruh tubuh Jama’ah akan merupakan satu Benteng Islam raksasa nan kuat-sentausa! Dalam pada itu, hendaklah diingati pula, tanda setia-kawan itu hendaknya dibuktikan lebih dahulu dari atas kebawah, dan bukan dari bawah keatas, karena pihak atasan Komandan atau Pemimpin, harus lebih dahulu pandai menunjukkan kesungguh-sungguhnya melaksanakan wajibnya: memperlindungi, menuntun dan membimbing pihak bawahan atau anak buahnya, daripada hanya pandai menuntut kepatuhan, kesetiaan, kesetiakawanan, pembelaan dan pertanggung-jawab pihak bawahan terhadap pihak atasnya! Itulah bukti yang nyata daripada apa yang disebut Mahabbah kepada Allah dan Mushahabah terhadap sesama Mujahidin, sesama Ummatul Muslimin!

C. Menanam dan memperkuat disiplin, ‘umum dan terutama militer.

Disiplin (Dicipline), dalam ma’na Tha’at patuh dan setia, baik dalam bidang-bidang umum maeopun dalam segi-segi kemiliteran, wajib ditanam, dipupuk, diperkem-bangkan dan diperkuat dalam dada, jiwa, tekad dan ‘amal setiap Mujahid. Karena tiap Mujahid selaku pelaksana hukum-hukum Jihad, Hukum-hukum-hukum Islam dimasa Perang, dengan automatis sesungguhnya adalah Prajurit-Tentara Allah. Tanpa disi-plin, maka seorang Mujahid hanya merupakan pejuang liar, pejuang yang ingkar, menyimpang dan menyeleweng daripada Jama’ah Besar, Jama’atul-Mujahidin.

Dalam keadaan biasa, sikap liar itu hanya akan mengecewakan. Tapi dimasa berlaku Perang Semesta, Perang Totaliter, maka disiplin masuk salah satu kewajiban muth-lak, yang harus berlaku tanpa syarat, tanpa kayid dan tanpa tawar-menawar.Oleh sebab itu, hendaklah setiap Mujahid suka melatih diri demikian rupa, sehingga rasa-disiplin sungguh-sungguh meresap dan terbukti dalam segala hal, sampai-sampai kepada tingkah-laku dan perbuatannya sehari-hari.

Beberapa pokok, yang boleh dijadikan anak-tangga mencapai disiplin adalah seba-gai berikut: 1. Disiplin terhadap kepada Allah, dalam arti kata: tha’at, patuh dan setia melaksa-nakan setiap perintah Allah dan menjauhi segala larangan-Nya, dengan hati nan jujur, ikhlas dan ridla, tanpa tawar-menawar, tanpa syarat dan tanpa kayid apa dan manapun.

2. Disiplin terhadap kepada Rasulullah Clm., dengan kenyataan mengikuti jejak Clm., sesempurna mungkin, terutama dalam Jihad membina Negara Basis Madinah.

3. Disiplin terhadap kepada Ulil-Amri Islam, tegasnya tha’at, patuh dan setia melak-sanakan segala perintah Imam-Plm.T., dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, dan lepas daripada syak, nifaq, dan dhan.

Catatan :

a. Sikap dan perbuatan disipliner terhadap kepada Ulil-Amri, boleh dianggap sebagai tanda-bukti yang nyata akan benarnya apa yang termaktub pada huruf C, 1., dan E di atas.

b. Sepanjang qiyas dan dalam batas-batas tertentu, maka termasuk pula dalam golongan C 3. Ini: Disiplin terhadap kepada para Panglima (Perang), para Komandan (Lapangan-Pertempuran) dan para Pemimpin N.I.I. (atasan) lainnya.

4. Disiplin terhadap sesuatu lain diluarnya, termasuk didalamnya disiplin terhadap diri-pribadi. Mitsalnya:

- Pandai mengawasi dan menguasai ‘amal dan tindakan sendiri;

- Pandai mengekang dan mengatur segala nafsu getaran jiwa, niat, hajat, ‘adzam, rencana dan segala gerak-gerik panca-indranya sendiri;

- Sehingga tetap berjalan dan tersalurkan pada jalan dan melalui Hukum-hukum yang ditaburi Rahmat dan Ridla Ilahy; tegasnya: tetap tertib, teliti dan hati-hati dalam melakukan Hukum-hukum Jihad. Hukum-hukum militer, ketentuan-ketentuan militer, tata-tertib Militer, siasat militer, dst. dst.; dalam pada itu segala hal yang membawa kepada daerah dan lalai, ceroboh, dan sembrono/lalainya harus dijauhkan dan dienyahkan, tegasnya sikap tawakkal ‘alallah secara muthlak harus dipersatu-padukan dengan perbuatan-perbuatan taqwa, sifat-sifat ittiqa sepanjang Sunnah; dan kedua unsur jiwa ini harus ditanam dan diperkembangkan dalam jiwa dan ‘amal setiap Mujahid! Di sinilah setiap Mujahid memperoleh kesempatan melakukan Jihadul-Akbar, di samping dan bersama-sama Jihadul-Asghar. Alangkah tinggi nilai setiap Mujahid, yang tahu dan sadar sepenuhnya akan keluhuran funksinya, dan yang pandai serta cakap-cukup menunaikan tugasnya nan maha-mulia dan maha-suci itu, walau acapkali terasa maha-berat sekalipun!

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

MAKLUMAT KOMANDEMEN TERTINGGI

Nomor 12

Barang disampaikan Allah kiranya kepada segenap Komandan dan Komandemen, diseluruh Negara Islam Indonesia.

Hal : Pentegasan sekitar kedudukan Komandemen Assalamu ‘alaikum w.w.,

I. MENGINGAT :

A. M.K.T. Nomor 1, bertarikh 3 Oktober 1949; 1. Angka IV., angka 1 s/d angka 2., a. s/d e.; 2. Lampiran 1., a. s/d e.;

3. Lampiran 3., a. s/d e., tentang kedudukan Komandemen, para-Komandan dan para Kepala Staf, mulai K.T. s/d K.Kt., dimana a.1.1. diterangkan, bahwa seorang K.S. memegang Pimpinan Harian dalam lingkungan Komandemen, dimana ia lagi bertugas; 4. Lampiran 4., angka I.; angka IV., 1. s/d 4.; angka V., dan angka VI.,

mulai huruf A. s/d C.; kesimpulan isinya:

a. Bahwa Negara Islam Indonesia dimasa Perang, dengan Pimpinan dalam bentuk dan System Komandemen mewujudkan satu kesatuan Ummat dan kesatuan Negara, dan keseluruhan yang utuh, kompak, bersatu, dan tidak ter-pecah-belah atau bercerai-berai; dan

b. Bahwa K.S. sesuatu Komandemen bertanggung jawab penuh seluruhnya atas segala sesuatu yang berangkutan paut dengan tugas Komandemen bersangkutan, jika karena sesuatu, semua Komandan atau Panglima yang bersangkutan berhalangan melaksanakan tugas-kewajiban dalam kedudukannya.

5. Lampiran 5., berisikan Gambar kedudukan para panglima, Komandan, para Kepala Majlis, para Kepala Jawatan dan para K.S. termasuk dalam Pimpinan (segitiga) Komandemen yang bersangkutan; dan

6. Lampiran 6., tentang Ba’iat dan Piagam, tidak jelas dan tidak dijelaskan kedu-dukan wajar seorang K.S., definisi (penentuan) yang agak samar2 mana, boleh mudah menimbulkan perbagai salah faham, salah tafsir dan salah-guna; dan B. M.K.T. Nomor 9., bertarikh 17 Oktober 1952:

1. Lampiran 1., dan tambahan, tentang Pangkat dan Tanda-Pangkat bagi seluruh A.P.N.I.I., diantaranya untuk para Plm., para Kmd. Dan para K.S., dimana dll. dinyatakan, bahwa K.S. berhak menerima Pangkat dan memakai Tanda-Pangkat “satu akan beberapa tingkatan pangkat di bawah Kmd. Bat., Kmd. Res., atau Plm. Div. yang bersangkutan”; kalimat-kalimat mana sesungguhnya tidak harus dan tidak perlu diartikan, bahwa Pangkat dan Tanda-Pangkat seorang K.S. harus jauh lebih rendah dibanding dengan Kmd. atau Plm. atasannya; melainkan perbedaan tsb hanyalah bersifat graduil (dalam taraf), disebabkan karena perbedaan tingkat kedudukan dan tugas masing-masing; dan 2. Lampiran 6., A. s/d D., dan F., tentang pemberian Pangkat dan Pemakaian

II. MENIMBANG :

Perlu memberi penjelasan lebih tegas dan tandas, sekitar kedudukan yang wajar dan sebenarnya daripada para Komandan dan para Kepala Staf sesuatu Komandemen, berdasarkan dan sepanjang Hukum yang berlaku dalam lingkungan Negara Islam Indonesia, untuk menghindarkan segala jenis salah-faham, salah tafsir dan salah-guna atasnya, dimasa depan selanjutnya. III. BERPENDAPAT DAN MEMUTUSKAN :

A. Segenap Komandan dalam lingkungan Komandemen manapun, mulai Panglima Perang Tertinggi yang teratas hingga Komandan bawahan yang terendah, masuk dalam rangkaian dan Rangka Pimpinan Negara, Pimpinan Perang dan Pimpinan Ummat-Berperang, Ummatul-Mujahidin, Ummat-Pilihan dan Kekasih Allah. Dalam melaksanakan tugas kewajiban khas dan ‘am, yang dibebankan dan dipi-kulkan atas pundaknya, setiap Komandemen bertanggung-jawab sepenuhnya dlahir-bathin, di dunia hingga diakhirat, pada hakikatnya kepada Allah langsung, dan pada syari’atnya kepada Pimpinan Negara, Negara Islam Indonesia, Pimpinan Perang dan Pimpinan Ummat-Berperang atasannya, maupun terhadap kepada Ummatul-Mujahidin, seorang demi seorang atau sebagai keseluruhan. dan

B. Para Kepala Staf, di-Komandemen manapun mereka bertugas atau ditugaskan, masuk dalam golongan Pimpinan termuda, atau Komandan termuda dalam ling-kungannya. Maka segala Peraturan, Penetapan dan Ketentuan Negara yang berlaku atas dan bagi para Kepala Staf Komandemen manapun, dalam jabatan dan kedudukannya selaku Komandan termuda dalam lingkungannya, dengan catatan:

1. Bahwa dalam peraturan, Penetapan dan Ketentuan Negara termasuk di atas, all. termasuk pula pengangkatan, pernyataan bai’at, pemberian pangkat, dan pemakaian tanda-pangkat;

2. Bahwa segala Peraturan, Penetapan dan Ketentuan Negara, mengenai Kepala Staf, yang diselenggarakan langsung oleh para Komandan atau/dan para Panglima dimasa-masa lampau, hingga kini masih tetap syah dan resmi;

3. Bahwa setelah dikeluarkan dan berlakunya M.K.T. Nomor 12 ini, penyeleng garaan segala Peraturan, Penetapan dan Ketentuan Negara, sebagaimana tertera pada angka 3., huruf E., angka 2. Di atas, dianggap dan diperlakukan sebagai tindakan dlarurat, atau maha-dlarurat, disebabkan dan berdasarkan atas beberapa pertimbangan dan alasan urgent, praktis, penting, amat mende-sak atau memaksa; dan

4. Bahwa karenanya, segala tindakan dan hasilnya, akan mempunyai sifat dan bentuk “senjata”, sehingga K.S. yang diangkat berdasarkan atas tindakan-tindakan dlarurat atau maha-dlarurat tsb., akan merupakan “Pejabat atau Funksionaris sementara”, atau “Pemangku jabatan” (Py.).

IV. MEMERINTAHKAN :

Kepada setiap Komandan dan Komandemen dalam lingkungan Negara Islam Indonesia: Supaya menselaraskan segala sesuatu mengenai kedudukan Komandemen, para Komandan dan para Kepala Staf, dengan penjelasan dan pentegasan, isi dan jiwa, makna dan maksud-tujuan Maklumat Komandemen Tertinggi Nomor 12 ini.

Dalam dokumen Pedoman Darma Bakti (Halaman 135-140)