Bioetanol dapat langsung digunakan sebagai bahan bakar di kendaraan bermesin bensin yang dimodifikasi atau, yang lebih umum, sebagai aditif bensin.
Tanaman lain yang dapat digunakan untuk menghasilkan etanol adalah gandum, jagung dan bit gula.
Mengapa mengunakan bioetanol?
Etanol adalah bahan bakar ramah lingkungan. Menggunakan etanol (dibanding bensin) mengurangi emisi karbon monoksida, partikel, oksida nitrogen, dan polutan ozon lainnya.
Campuran bahan bakar etanol dapat
mengurangi emisi karbon monoksida sampai dengan 25 % dan emisi gas rumah sampai dengan 35-45%.
Etanol berbasis tebu Brasil, dimana limbah tanaman digunakan untuk konversi energi, mengurangi emisi gas rumah kaca 80 sampai hampir 100% dibandingkan dengan
penggunaan minyak bumi.
ETANOL selulosa
?Selulosa adalah serat yang
terkandung dalam daun, batang, dahan tanaman dan pohon.
?Setelah gula yang terikat
erat dipecah oleh enzim, Etanol dapat dibuat dari selulosa seperti halnya gula dan pati.
?Adalah tantangan utama
untuk mencapai hal ini dengan biaya yang cukup rendah bagi tujuan komersial.
?Etanol selulosa diharapkan
akan lebih murah dan lebih hemat energi karena dapat dibuat dari bahan baku yang
murah seperti limbah kertas, hijauan hutan, rerumputan, serbuk gergaji, dan residu pertanian misalnya batang gandum, jagung, dan jerami padi.
?Rumput yang dapat tumbuh
sepanjang tahun adalah bahan pembuat etanol terbaik karena mereka tidak harus ditanam kembali setiap tahun. tanaman berkayu cepat tumbuh juga pilihan yang baik.
?Penelitian sedang dilakukan
terhadap enzim yang dibutuhkan untuk memecah selulosa menjadi
gula. Beberapa organisme alami yang melakukan hal ini adalah jenis fungus yang dapat merobek pakaian, dan pencernaan rayap yang dapat mengkonversi
biomassa kayu menjadi gula. Berkat bioteknologi harga enzim-enzim ini dapat menurun dengan cepat.
?Selain itu, Selulosa bisa
dipecah oleh asam atau dipanaskan dan diubah menjadi gas yang dapat digunakan untuk biofuel.
Fakta Menarik
Ford Model T (1903 to 1926) sebenarnya didesain oleh Henry Ford untuk sepenuhnya
menggunakan etanol
Keterbatasan yang terdapat pada
penanaman tumbuhan penghasil
energi untuk biofuel
Salah satu ketakutan utama menggunakan biofuel adalah terjadinya persaingan dengan produksi pangan (ini akan berkurang dengan produksi etanol berbasis selulosa).
Pembukaan lahan baru untuk pertanian tanaman energi sering dilakukan dengan cara dibakar. Hal ini menyebabkan kerusakan lingkungan seperti penggundulan hutan dan penurunan kesuburan tanah karena
pengurangan bahan organik. Pembakaran juga menghasilkan emisi karbon dioksida yang sangat besar .
Kelemahan etanol lainnya adalah biaya produksi dan fakta bahwa etanol membutuhkan air yang sangatbesar.
Jika pengembangan sumber daya Biofuels tidak dikelola dengan baik, banyak dampak negatif seperti penggundulan hutan primer, konflik dengan produksi pangan dan
kontaminasi sistem air alami oleh kelebihan masukan ke dalam tanah pertanian yang mungkin muncul. Juga harus mendapat
Batasan dari produk akhir - bioetanol
Kesimpulan
?Kebanyakan mobil bermesin bensin yang
ada dapat berjalan dengan campuran etanol sampai dengan 15% dengan bensin, namun diperlukan lebih banyak etanol untuk menjalankan mesin dibandingkan dengan bensin.
?
?Etanol juga digunakan untuk bahan bakar
perapian bioetanol. Tidak diperlukan
cerobong asap untuk api bioetanol; Namun panas yang dihasilkan masih kurang dari yang dihasilkan perapian konvensional.
?
?Terdapat masalah penanganan bahan bakar
etanol dalam konsentrasi yang lebih tinggi menyangkut tekanan uapnya dan
keseimbangan antara air dan pencemarnya.
perhatian khusus adalah alih guna hutan, lahan gambut, padang rumput, atau lahan basah di negara berkembang sebagai akibat dari permintaan biofuel negara-negara maju.
Etanol yang diproduksi menggunakan teknologi produksi dan konversi terkini memberikan sedikit perbaikan emisi- sekitar 20 persen- dibandingkan dengan
penggunaan bensin. Namun, jika total energi yang dikonsumsi oleh peralatan pertanian, budidaya, penanaman, pupuk, pestisida, herbisida dan fungisida yang dibuat dari minyak bumi diperhitungkan ditambah biaya sistem irigasi, panen, pengangkutan bahan baku ke pabrik pengolahan, fermentasi, distilasi, pengeringan, transportasi ke terminal bahan bakar terminal dan pompa-pompa retail dan nilai kandungan energi etanol yang lebih rendah, nilai tambah bersih yang
diterima konsumen menjadi sangat kecil.
Produksi dari selulosa akan menghindarkan etanol dari persaingan dengan tanaman pangan dan pada saat yang sama membuat biaya produksi lebih murah dengan
memanfaatkan rumput dan lahan marjinal untuk penanamannya.
GAS SINTETIS
Gasifikasi adalah suatu proses dimana sumber karbon seperti batubara atau biomassa diurai (gasifikasi) menjadi karbon monoksida, hidrogen, karbon dioksida dan molekul hidrokarbon dalam reaktor kimia
menggunakan oksigen dan atau uap untuk menghasilkan campuran gas. Campuran gas ini dikenal sebagai produsen gas / gas produk / gas kayu atau gas batubara tergantung pada bahan baku. Gas ini kemudian
dibersihkan lebih lanjut dan diubah menjadi bahan bakar sintetis, kimia, atau pupuk.
Gasifikasi bukan teknologi baru. Gasifikasi awalnya dikembangkan pada tahun 1800-an untuk membuat gas perkotaan bagi
penerangan dan memasak. Pembangkit gas skala kecil juga digunakan untuk pembakaran kendaraan bermesin selama era kekurangan bahan bakar pada Perang Dunia Kedua.
Apa yang dimaksud dengan
gasifikasi?
Saat ini 385 pembangkit gas beroperasi di 27 negara di dunia, memproduksi bahan bakar sintetis, bahan kimia, pupuk, dan listrik.
Biomassa gasifikasi adalah sistem energi alternatif yang sesuai untuk tujuan pertanian. Potensi pembangkit gas berbahan bakar biomassa untuk menggantikan konsumsi minyak bumi telah menarik banyak perhatian di Indonesia.
Alasannya antara lain, terdapat kemungkinan pemanfaatan limbah seperti limbah hutan dan industri perkayuan, sekam padi, pohon karet yang tidak lagi produktif, sabut kelapa dan lain-lain untuk menggantikan konsumsi solar dan bensin pada generator listrik dan panas di daerah terpencil yang kurang berkembang.