• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggunakan kata penghubung antarkalimat dalam paragraf argumentasi

Lingkungan Hidup

Tugas 8.3 Diskusikan ilustrasi berikut!

5. Menggunakan kata penghubung antarkalimat dalam paragraf argumentasi

Konjungsi antarkalimat adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan antara kalimat satu dengan kalimat berikutnya. Konjungsi antarkalimat dalam bahasa Indonesia, antara lain

– sebab itu (menyatakan hubungan sebab), – karena itu (menyatakan hubungan sebab), – oleh sebab itu (hubungan akibat),

oleh karena itu (hubungan akibat),

meskipun begitu (hubungan pertentangan), – meskipun demikian (hubungan pertentangan), – lagi pula (hubungan penambahan/penguatan), – akibatnya (hubungan akibat),

Perhatikan!

1. Bulan depan biasanya musim hujan dimulai. Oleh karena itu, sejak sekarang kita harus mulai mengantisipasi banjir.

2. Sejak tadi malam hingga saat ini hujan turun tiada henti. Meskipun demikian, kami tidak enggan berangkat sekolah.

3. Penebangan hutan tiada henti. Reboisasi pun tidak pernah digalakkan. Akibatnya, banjir bandang melanda kampung kita saat musim hujan tiba.

4. Kunir dapat dijadikan jamu pembunuh tumor. Temu ireng dapat dimanfaatkan untuk jamu pembunuh cacing dan pembangkit nafsu makan. Jahe bermanfaat menghangatkan suhu badan. Merica tak ketinggalan juga mampu menaikkan tensi darah dan suhu badan. Jadi, rempah-rempah besar sekali manfaatnya bagi kesehatan manusia. Catatan:

Penulisan konjungsi antarkalimat selalu diikuti tanda koma (,).

Ada Apa dalam Bahasa Kita?

Konjungsi Antarkalimat Oleh Karena Itu dan Jadi

Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, baik lisan maupun tertulis, kita sering menggunakan atau menemui konjungsi oleh karena itu dan jadi. Perhatikan penggalan paragraf di bawah ini!

Jadi, sikap kritis dan kreatif menjadi hal yang sangat penting dalam upaya memperluas wawasan seseorang. Oleh karena itu, kita hendaknya senantiasa berusaha kritis dan kreatif manakala menghadapi sebuah berita.

Ciri khas kedua konjungsi itu adalah bahwa keduanya digunakan di awal kalimat. Ciri lain yang bersifat khusus sebagai berikut.

1. Konjungsi oleh karena itu digunakan untuk menyatakan hubungan akibat (konsekuentif). Artinya, apa yang dinyatakan setelah konjungsi tersebut merupakan akibat (konsekuensi) dari sesuatu.

2. Konjungsi jadi digunakan untuk menyatakan hubungan penyimpulan atau penegasan dari apa yang telah dinyatakan sebelumnya.

II. Kemampuan Bersastra

Mendengarkan

Tujuan Pembelajaran: Anda diharapkan dapat mengidentifikasi cerita rakyat yang didengarkan, menentukan isi atau amanat yang terdapat di dalam cerita rakyat, menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat, membandingkan nilai-nilai cerita rakyat dengan nilai-nilai masa kini dengan menggunakan kalimat efektif, serta mengungkap-kan kembali cerita rakyat dalam bentuk sinopsis.

Menemukan hal-hal yang menarik dari cerita rakyat 1. Mengidentifikasi cerita rakyat yang didengarkan

Apakah cerita rakyat itu? Pelajarilah ciri-ciri dan contohnya berikut! Ciri-ciri cerita rakyat adalah sebagai berikut.

a. Bersifat lisan. d. Bentuk dan isinya bersifat statis. b. Bersifat anonim (tanpa pengarang). e. Mencerminkan aturan-aturan hidup. c. Bersifat komunal (milik bersama). f. Istana sentris.

Bacalah cerita rakyat berikut ini!

Ratu Laut Selatan

Menurut cerita, Nyi Roro Kidul adalah seorang ratu berparas sangat cantik bagaikan bidadari. Kecantikannya tak pernah pudar sepanjang zaman, ibarat tak lekang oleh panas tak lapuk oleh hujan. Di dasar Laut Selatan, sebelah selatan Pulau Jawa, ia bertahta di sebuah kerajaan yang sangat besar dan indah.

Siapakah Ratu Kidul? Konon, menurut yang empunya cerita, pada mulanya ia adalah seorang wanita yang berparas elok, Kadita namanya. Karena kecantikannya, Ia sering disebut Dewi Srengenge yang artinya matahari jelita. Kadita adalah putri Raja Munding Wangi. Walaupun Kadita berparas cantik jelita, raja tetap bermuram durja karena tidak mempunyai putra mahkota yang dapat dipersiapkan untuk menduduki tahta kerajaan.

Barulah setelah raja memperistri Dewi Mutiara lahirlah seorang anak lelaki. Akan tetapi, begitu mendapat perhatian lebih, Dewi Mutiara mulai mengajukan tuntutan-tuntutan, antara lain, memastikan anak lelakinya memegang tahta kerajaan kelak dan Dewi Kadita harus diusir dari istana. Permintaan pertama diluluskan, tetapi untuk mengusir Kadita, Raja Munding Wangi tidak bersedia.

”Ini sangat keterlaluan. Permintaan kedua Adinda sungguh sangat tidak masuk akal dan sangat keji. Apa salah putriku Kadita?” Mendengarkan penolakan raja, Dewi

Keesokan harinya, ketika ufuk fajar, Dewi Mutiara mengutus kaki tangannya untuk memanggil seorang tukang sihir. Kepada dukun sihir itu diperintahkan agar mengguna-gunai Dewi Kadita.

”Buatlah badan atau tubuh Kadita kudisan dan kurapan. Kalau engkau berhasil, akan aku beri hadiah yang sangat besar!” perintah Dewi Mutiara.

Tanpa kesulitan mereka mencampurkan ramuan guna-guna itu ke dalam makanan Dewi Kadita. Malam harinya ketika Kadita sedang lelap, masuklah angin semilir ke dalam kamarnya, angin itu berbau busuk, mirip bau bangkai. Tatkala Kadita terbangun, ia menjerit. Seluruh tubuhnya penuh dengan kudis, bernanah, dan berbau tidak enak. Tatkala raja mendengar berita ini, dalam hati tahu bahwa yang diderita bukan penyakit biasa, tetapi guna-guna. Raja menduga Mutiara yang merencanakannya. Atas desakan patih, putri dibuang jauh agar tidak menjadikan aib.

Maka berangkatlah Kadita seorang diri bagaikan pengemis yang diusir dari rumah orang kaya. Hatinya remuk redam bagaikan tersayat sembilu. Namun, dalam hati Kadita percaya bahwa Sang Maha Pencipta tidak akan membiarkan makhluk ciptaan-Nya dianiaya sesamanya. Campur tangan-Nya pasti akan tiba. Maka, dengan lapang hati diterimanya cobaan berat itu. Seperti yang sudah diajarkan neneknya almarhum, ia tidak boleh mendendam dan membenci orang yang membencinya. Biarlah orang-orang membencinya tetapi ia akan berusaha tetap menyayanginya.

Siang malam selama tujuh hari tujuh malam ia berjalan, hingga akhirnya ia tiba di pantai laut selatan. Kemudian ia berdiri menatap laut berjam-jam lamanya. Lalu, didengar suara memanggil agar ia menceburkan diri ke laut. Tatkala ia mengikuti panggilan itu, begitu tersentuh air tubuhnya pulih kembali. Jadilah ia wanita cantik seperti sedia kala, bahkan ia segera menguasai seluruh lautan dan mendirikan kerajaan di Laut Selatan. Dialah kini yang disebut Ratu Laut Selatan.

Sari Cerita Rakyat

Uji Kompetensi 8.7

1. Pahami cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” tersebut!

2. Benarkah cerita rakyat ”Ratu Laut Selatan” berciri seperti yang disebutkan? Jawablah dengan format berikut!

No. Ciri-Ciri Penjelasan dan Kutipan

1. bersifat lisan 2. anonim 3. komunal 4. statis

5. mencerminkan aturan-aturan hidup 6. instana sentris