• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menggunakan Pikiran Ketika Bertindak

DEMOGRAFI WILAYAH PENELITAN DAN ASAL CERITA

3. Latar Sosial

3.2.10 Menggunakan Pikiran Ketika Bertindak

Manusia diciptakan oleh Allah dengan mempunyai otak, akal, hati, dan panca indera. Manusia tinggal mempergunakannya menurut fungsi alat

tersebut. Lalu manusia mencari rezeki, memilih rezeki yang baik atau yang buruk, berbuat dan memilih perbuatan yang baik atau yang buruk, belajar dan memperoleh pelajaran yang baik atau yang salah. Dengan alat atau panca indera yang Allah berikan, maka manusia harus berpikir dan berusaha. Hasil pikiran, perasaan dan perbuatan itulah yang mengakibatkan manusia memperoleh takdir dari Allah.

Mempergunakan akal pikiran, hati dan panca indera, berarti manusia telah berikhtiar atau berusaha. Namun demikian Allah tidak membiarkan manusia menggunakan akan dan pikirannya begitu saja. Allah sangat kasih dan sayang pada hamba-Nya, karena itu diturunkan-Nya kitab suci al-Quran dan mengutus Rasul untuk membimbing manusia kepada kebaikan dan kebahagiaan.

Petunjuk-petunjuk agama inilah yang harus diikuti oleh manusia dalam mempergunakan akal pikirannya. Apabila akal pikiran ini dipergunakan, maka akan memperoleh takdir yang baik di dunia dan di akhirat. Manusia dianjurkan oleh Allah untuk berusaha. Perubahan cara hidup manusia dari jaman ke jaman jelas karena fungsi akan pikiran yang diberikan oleh Allah kepada makhluknya yang paling istimewa. Dalam menghadapi kehidupan baik yang merupakan rintangan dan bahaya maupun untuk kemajuan dan kebahagiaan, manusia telah memutar otaknya untuk berpikir. Fase demi fase kehidupan manusia berubah dan berkembang terus. Dari segala sumber alam dilakukan pengolahan yang menghasilkan alat-alat dan konsumsi untuk kebutuhan dan kepentingan dirimereka. Hasil hutan, laut dan tambang dicari, diselidiki dan diolah untuk digunakan bagi kebahagiaan hidupnya.

Manusia yang telah berhasil menemukan sumber-sumber alam, teori-teori alam, dan menciptakan penemuan-penemuan baru, alat-alat baru bagi kepentingan manusia adalah manusia yang besar jasanya bagi umat manusia dan telah melaksanakan fungsinya sebagai manusia yang diberikan Allah kelebihan dari makhluk lain, yaitu akal pikiran.

Orang yang menggunakan akal dan pikiran dengan baik akan memperoleh keberhasilan dalam segala tindakannya. Orang-orang yang cerdik dan pintar tidak mudah panik dalam menghadapi suatu masalah. Kecerdikan atau kepintaran yang ada pada diri, dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah atau menghadapi persoalan dengan tenang. Allah telah berfirman dalam Surat An-Nahl ayat 12 dan 13 yang artinya:

”Dialah yang menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang memikirkan. Dan, dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintahnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kamu yang mau berfikir.”

Dari firman Allah di atas, dapat disimpulkan bahwa alam dan segala isinya ini diciptakan-Nya adalah sebagai tanda bagi orang-orang yang mau berpikir. Manusia disuruh berpikir untuk mengetahui dan memecahkan segala persoalan.

Melalui cerita rakyat Putri Pucuk Kelumpang, penulis mencoba menasehati pembaca agar jangan bertindak ceroboh. Jika ada suatu masalah atau persoalan, hendaklah dipikirkan secara matang dan harus dipertimbangkan baik buruknya. Semua harus dinilai dengan akal sehat dan apakah itu sudah sesuai dengan ajaran Islam dan hukum adat yang berlaku

dalam lingkungan setempat. Jika bertindak dengan perasaan, maka itu bukan sikap yang bijaksana, karena perasaan kadang kala membuat seseorang melupakan kebenaran yang hakiki.

Kebenaran tidak lagi berbicara, yang penting tujuan terlaksana walau ada pihak yang merasa dirugikan, tanpa memikirkan orang lain. Akal dan pikiran tidak lagi digunakan, agama dan adat tidak lagi menjadi patokan.

Oleh sebab itu, sebagai manusia hendaklah selalu menggunakan akal dan pikiran, karena pikiran itu adalah pelita hati. Jika kita tidak menggunakan akal pikiran, maka nyatalah kita sama seperti binatang. Manusia disuruh menggunakan akal dan pikirannya agar tidak salah untuk memahami makna kebenaran yang sesungguhnya dan kebenaran yang dibenarkan atau yang dianggap benar. Kebenaran yang sesungguhnya adalah kebenaran yang menunjukkan adanya hubungan ide dengan fakta.

Pada cerita Tuan Putri Pucuk Kelumpang tokoh yang paling tidak menggunakan akal pikiran ketika bertindak adalah tokoh raja. Dalam setiap tindakan yang diambilnya, tidak pernah tokoh raja menggunakan akal pikirannya untuk mempertimbangkan apakah tindakannya itu berbuah kebaikan atau keburukan. Kesalahan pertama yang diperbuat oleh tokoh Raja adalah ketika ia memberikan amanah kepada istrinya ketika hendak pergi dengan mengatakan bila nanti anaknya lahir perempuan maka anak itu harus dibunuh dan dijadikan makanan untuk ayam kesayangannya. Tokoh Raja benar-benar tidak menggunakan akalnya ketika memberikan amanah tersebut. Ia lebih mementingkan ayam kesayangannya dibandingkan dengan anaknya sendiri, seperti kutipan berikut ini.

Pada zaman dahulu ada seorang raja yang sangat berkuasa. Raja itu akan pergi berlayar meninggalkan istrinya yang sedang mengandung. Sebelum berangkat, raja berpesan pada istrinya, apabila kelak anaknya laki-laki harus diasuh dengan baik, apabila perempuan harus dibunuh dan diberikan kepada si Palung. Si Palung adalah ayam kesayangan raja.

Kesalahan kedua yang diperbuat oleh tokoh raja adalah ketika ia membunuh anaknya sendiri dan memberikan tubuh anaknya kepada ayam kesayangannya, si Palung, untuk dimakan ayam tersebut. Akibat dari perbuatannya itu, istrinya tidak tahan lalu bunuh diri.

Penyesalan datang terlambat, menyesal pun tidak ada gunanya lagi. Inilah akibat tidak menggunakan akal pikiran dahulu sebelum bertindak yang akhirnya merugikan diri sendiri dan mengakibatkan orang lain kehilangan nyawanya, seperti yang dialami oleh Putri Pucuk Kelumpang dan Permaisuri. Akibat penyesalan itu, tokoh Raja pun bunuh diri. Ini terlihat sangat jelas pada kutipan cerita di bawah ini.

Baginda pun buru-buru menghunus pedangnya, sambil meminta maaf pada putrinya bahwa ia harus memenuhi janjinya. Baginda pun membunuh putrinya, kemudian dagingnya diberikan pada si Palung. Karena merasa tidak tahan, permaisuri pun menghunus pedang, kemudian menikamkan pada tubuhnya. Ketika baginda melihat hasil tenunan putrinya, ia merasa sedih, kemudian ia bunuh diri.