• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ini merupakan hasil-hasil penelitian, yang memuat gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi informan, profil pasangan calon terpilih, proses pencalonan, pemungutan suara dan sengketa hasil Pilkada, dan analisis dalam penelitian yang menyangkut analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi keterpilihan calon dalam Pilkada Tapanuli Utara yang

menyangkut analisis terhadap keunggulan pasangan Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE, yang meliputi modal politik, modal sosial, dan modal ekonomi (dukungan dana), serta analisis perbandingan faktor- faktor, persepsi calon lain terhadap Torang Lumbantobing dan Bangkit Parulian Silaban, SE, keterkaitan antar faktor, dan perilaku memilih di Tapanuli Utara.

BAB V: PENUTUP

Bagian ini memuat kesimpulan dalam penelitian dan saran-saran yang disampaikan untuk perbaikan penyelenggaraan Pilkada dikemudian hari.

BAB IV

MENUJU KETERPILIHAN

DALAM PILKADA TAPANULI UTARA

Sebagaimana diuraikan pada bab terdahulu, bahwa pemilihan kepala daerah (Pilkada) langsung di Indonesia dilaksanakan berdasarkan keputusan politik, yaitu dengan lahirnya Undang-undang No. 32 tahun 2004 mengenai Pemerintahan Daerah yang memuat ketentuan tentang pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung. Dengan Pilkada langsung ini, maka rakyat di tingkat lokal dapat berpartisipasi menentukan sendiri pimpinan daerahnya, sehingga pengangkatan kepala daerah oleh pemerintah pusat dengan sendirinya telah berakhir.

Sejak digulirkannya tahun 2005 lalu, Pilkada telah menjadi topik utama berbagai media di tanah air dan menjadi pembicaraan hangat berbagai lapisan masyarakat. Sama halnya dengan daerah lainnya, di Kabupaten Tapanuli Utara, yang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Utara, telah dilaksanakan Pilkada langsung, yang untuk pertama kalinya pada 27 Oktober 2008. Pilkada tersebut diikuti oleh 6 (enam) pasangan calon, yaitu (1) Torang Lumban Tobing/Bangkit Parulian Silaban, SE, (2) Ir. Roy Mangotang Sinaga/Ir. Djudjung

Pangondian Hutauruk, (3) Samsul Sianturi/Drs. Frans A. Sihombing, MM, (4) Ir. Sanggam Hutapea, MM/Ir. Londut Silitonga, (5) Drs. Wastin Siregar/Ir. Soaloon Silitonga, dan (6) Ir. Edward Sihombing/Drs. Alpha Simanjuntak, M. Pd.

Pilkada ini menghasilkan pasangan Torang Lumban Tobing/Bangkit

Parulian Silaban, SE sebagai calon terpilih. Namun karena merasa tidak puas

dengan hasil Pilkada tersebut, pasangan calon Ir. Roy Mangotang Sinaga/Ir.

Djudjung Pangondian Hutauruk, dkk mengajukan permohonan (gugatan) ke

Mahkamah Konstitusi (MK).88

Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia melalui putusan Nomor 49/PHPU.D-VI/2008 tanggal 16 Desember 2008 perihal Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Tapanuli Utara, mengabulkan permohonan pemohon untuk sebagian dan memerintahkan KPU Kabupaten Tapanuli Utara untuk melaksanakan pemungutan suara ulang paling lama 60 (enam puluh) hari sejak dibacakannya putusan, di 14 (empat belas) kecamatan dari 15 (lima belas) kecamatan se Kabupaten Tapanuli Utara, yaitu Kecamatan Tarutung, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban,

88

Untuk lebih jelas, isi permohonan (gugatan) dapat dilihat pada Putusan Mahkamah Konstitusi RI, No. 49/PHPU.D-VI/2008, khususnya hal. 10-12.

Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Pangaribuan dan Kecamatan Garoga, tidak termasuk Kecamatan Muara.

Berdasarkan putusan MK tersebut, KPU Tapanuli Utara pun menggelar pemungutan suara ulang pada 13 Pebruari 2009. Dari hasil pemungutan suara ulang tersebut, tidak terjadi perubahan pemenang, bahkan perolehan suara pada Pilkada 27 Oktober 2008 untuk pasangan nomor urut (1) Torang Lumban Tobing/Bangkit Parulian Silaban, SE mengalami peningkatan. Pada Pilkada 27 Oktober 2008 perolehan suaranya adalah 46.645 (34,13 %), sedangkan pada pemungutan suara ulang 13 Pebruari 2009, perolehan suaranya meningkat menjadi 51.453 (38.62 %). Dalam hal ini terjadi peningkatan sebesar 4.808 suara (4,49 %). Dan pasangan Torang Lumban Tobing/Bangkit Parulian Silaban, SE ditetapkan sebagai pasangan calon terpilih.

Sebelum menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keterpilihan pasangan calon dalam Pilkada Tapanuli Utara tersebut, berikut akan dijelaskan terlebih dahulu gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi informan yang terdapat dalam penelitian ini dan kronologis pelaksanaan Pilkada, baik Pilkada 27 Oktober 2008 maupun pemungutan suara ulang 13 Pebruari 2009, serta kinerja penyelenggara (KPU) dalam pelaksanaan Pilkada tersebut.

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Utara

Pada masa Hindia Belanda, Kabupaten Tapanuli Utara termasuk Kabupaten Dairi dan Toba Samosir yang sekarang termasuk dalam keresidenan Tapanuli yang dipimpin seorang Residen Bangsa Belanda yang berkedudukan di Sibolga. Keresidenan Tapanuli yang dulu disebut Residentie Tapanuli terdiri dari 4 Afdeling (Kabupaten) yaitu Afdeling Batak Landen, Afdeling Padang Sidempuan, Afdeling Sibolga dan Afdeling Nias. Afdeling Batak Landen dipimpin seorang Asisten Residen yang ibukotanya Tarutung yang terdiri 5 Onder Afdeling (Wilayah) yaitu :

1) Onder Afdeling Silindung (Wilayah Silindung) ibukotanya Tarutung.

2) Onder Afdeling Hoovlakte Van Toba (Wilayah Humbang) ibukotanya Siborong- borong.

3) Onder Afdeling Toba (Wilayah Toba) ibukotanya Balige.

4) Onder Afdeling Samosir (Wilayah Samosir) ibukotanya Pangururan.

5) Onder Afdeling Dairi Landen (Kabupaten Dairi sekarang) ibukotanya Sidikalang.

Tiap-tiap Onder Afdeling mempuyai satu Distrik (Kewedanaan) dipimpin seorang Distrikchoolfd bangsa Indonesia yang disebut Demang dan membawahi beberapa Onder Distrikten (Kecamatan) yang dipimpin oleh seorang Asisten Demang. Menjelang Perang Dunia II, distrik-distrik di seluruh keresidenan Tapanuli dihapuskan dan beberapa Demang yang mengepalai distrik-distrik sebelumnya

diperbantukan ke kantor Controleur masing-masing dan disebut namanya Demang

Terbeschingking. Dengan penghapusan ini para Asisten Demang yang ada di kantor

Demang itu ditetapkan menjadi Asisten Demang di Onder Distrik bersangkutan. Kemudian tiap Onder Distrik membawahi beberapa negeri yang dipimpin oleh seorang kepala negeri yang disebut Negeri Hoofd. Pada waktu berikutnya diubah dan dilaksanakan pemilihan, tetapi tetap memperhatikan asal usulnya. Negeri-negeri ini terdiri dari beberapa kampung, yang dipimpin seorang kepala kampung yang disebut Kampung Hoafd dan juga diangkat serupa dengan pengangkatan Negeri

Hoofd. Negeri dan Kampung Hoofd statusnya bukan pegawai negeri, tetapi pejabat-

pejabat yang berdiri sendiri di negeri/kampungnya. Mereka tidak menerima gaji dari pemerintah tetapi dari upah pungut pajak dan khusus Negeri Hoofd menerima tiap- tiap tahun upah yang disebut Yoarliykse Begroting.

Tugas utama Negeri dan Kampung Hoofd ialah memelihara keamanan dan ketertiban, memungut pajak/blasting/rodi dari penduduk Negeri/Kampung masing- masing. Blasting/rodi ditetapkan tiap-tiap tahun oleh Kontraleur sesudah panen padi.

Pada waktu pendudukan tentara Jepang Tahun 1942-1945 struktur pemerintahan di Tapanuli Utara hampir tidak berubah, hanya namanya yang berubah seperti :

1. Asistent Resident diganti dengan nama Gunseibu dan menguasai seluruh tanah

Batak dan disebut Tanah Batak Sityotyo.

2. Demang-demang Terbeschiking menjadi Guntyome memimpin masing-masing wilayah yang disebut Gunyakusyo.

3. Asisten Demang tetap berada di posnya masing-masing dengan nama Huku

Guntyo dan kecamatannya diganti dengan nama Huku Gunyakusyo.

4. Negeri dan Kampung Hoofd tetap memimpin negeri/kampungnya masing-masing dengan mengubah namanya menjadi Kepala Negeri dan Kepala Kampung.

Sesudah kemerdekaan Republik Indonesia diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945, pemerintah mulai membentuk struktur pemerintahan baik di pusat dan di daerah. Dengan diangkatnya Dr. Ferdinand Lumbantobing sebagai Residen Tapanuli, disusunlah struktur pemerintahan dalam negeri di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara sebagai berikut :

a. Nama Afdeling Batak Landen diganti menjadi Luhak Tanah Batak dan sebagai Luhak pertama diangkat Cornelis Sihombing. Nama Budrafdeling diganti menjadi Urung dipimpin Kepala Urung, Para Demang memimpin Onder Afdeling sebagai Kepala Urung.

b. Onder Distrik diganti menjadi Urung kecil dan dipimpin Kepala Urung Kecil

yang dulu disebut Asisten Demang.

Selanjutnya dalam waktu tidak begitu lama terjadi perubahan, nama Luhak diganti menjadi kabupaten yang dipimpin Bupati, Urung menjadi Wilayah yang dipimpin Demang, serta Urung Kecil menjadi Kecamatan yang dipimpin oleh Asisten Demang.

Pada tahun 1946 Kabupaten Tanah Batak terdiri dari 5 (lima) wilayah yaitu Wilayah Silindung, Wilayah Humbang, Wilayah Toba, Wilayah Samosir dan Wilayah Dairi yang masing-masing dipimpin oleh seorang Demang. Kecamatan- kecamatan tetap seperti yang ditinggalkan Jepang.

Pada Tahun 1947 terjadi Agresi I oleh Belanda dimana Belanda mulai menduduki daerah Sumatera Timur, maka berdasarkan pertimbangan-pertimbangan strategis dan untuk memperkuat pemerintahan dan pertahanan, Kabupaten Tanah Batak dibagi menjadi 4 (empat) kabupaten. Wilayah menjadi kabupaten dan memperbanyak kecamatan.

Pada tahun 1948 terjadi Agresi II oleh Belanda, untuk mempermudah hubungan sipil dan tentara republik, maka pejabat-pejabat pemerintahan sipil dimiliterkan dengan jabatan Bupati Militer, Wedana Militer dan Camat Militer. Untuk mempercepat hubungan dengan rakyat, kewedanaan dihapuskan dan para camat langsung secara administratif ke Bupati.

Setelah Belanda meninggalkan Indonesia pada pengesahan kedaulatan, pada permulaan tahun 1950 di Tapanuli di bentuk Kabupaten baru yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (dulu Kabupaten Batak), Kabupaten Tapanuli Selatan (dulu Kabupaten Padang Sidempuan), Kabupaten Tapanuli Tengah (dulu Kabupaten Sibolga) dan Kabupaten Nias (dulu Kabupaten Nias). Dengan terbentuknya kabupaten ini, maka kabupaten-kabupaten yang dibentuk pada tahun 1947 dibubarkan. Disamping itu di tiap kabupaten dibentuk badan legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Sementara yang anggotanya dari anggota partai politik setempat.

Mengingat luasnya wilayah Kabupaten Tapanuli Utara meliputi Dairi pada waktu itu, maka untuk meningkatkan daya guna pemerintahan, pada tahun 1956 dibentuk Kabupaten Dairi yang terpisah dari Kabupaten Tapanuli Utara. Salah satu

upaya untuk mempercepat laju pembangunan ditinjau dari aspek pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan hasil-hasil pembangunan dan stabilitas keamanan adalah dengan jalan pemekaran wilayah.

Pada tahun 1998 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Toba Samosir sesuai dengan Undang-Undang Nomor 12 tahun 1998 tentang Pembentukan Kabupaten Toba Samosir dan Kabupaten Mandailing Natal.

Kemudian pada tahun 2003 Kabupaten Tapanuli Utara dimekarkan kembali menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan sesuai dengan Undang-undang No.9 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Sebagaimana uraian singkat sejarah perkembangan Pemerintah Republik Indonesia, di Kabupaten Tapanuli Utara diawali dengan tertibnya Besluit No. 1 dari Residen Tapanuli Dr. Ferdinan lumbantobing pada tgl. 5 Oktober 1945 yang memuat Pembentukan Daerah Tapanuli dan pengangkatan kepala-kepala Luhak dalam daerah Tapanuli, maka tanggal 5 Oktober ditetapkan menjadi “Hari Jadi” Kabupaten Tapanuli Utara sesuai dengan Peraturan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara No. 5 Tahun 2003.

Setelah Kabupaten Tapanuli Utara berpisah dengan Kabupaten Humbang Hasundutan jumlah kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara menjadi 15 kecamatan.

Kecamatan yang masih tetap dalam Kabupaten Tapanuli Utara yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siatas Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborongborong, Kecamatan Pagaran, dan Kecamatan Muara.

Mulai terbentuknya daerah Kabupaten Tapanuli Utara, secara berkesinambungan dipimpin oleh Bupati yang merupakan putra daerah sendiri. Sampai tahun 2010 tercatat sebanyak 22 orang Bupati yang memimpin Kabupaten Tapanuli Utara yakni :

Tabel 2. Nama Bupati Kabupaten Tapanuli Utara dan Masa Bhakti

No Nama Bupati Masa Bhakti

1. C. Sihombing 1945 - 1946 2. H.F Situmorang 1946 - 1947 3. H.F Situmorang 1947 - 1949 4. F. Siagian 1947 – 1949 5. R.P.N Lumbantobing 1947 - 1949 6. P. Manurung 1947 - 1949 7. F. Pasaribu 1950 - 1953 8. M. Purba 1954 - 1956 9. H.F. Situmorang 1956 – 1958 10. B. Manurung 1958 11. S.M. Simanjuntak 1958 - 1963 12. E. Sibuea 1963 - 1966 13. Drs. P. Simanjuntak 1966 - 1967 14. A.V. Siahaan 1967 - 1968 15. Letkol M.S.M. Sinaga 1968 - 1979 16. Drs. S. Sagala 1979 – 1984

17. Drs. G. Sinaga 1984 - 1989 18. Lundu Panjaitan , SH 1989 – 1994 19. Drs. T.M.H. Sinaga 1994 - 1999 20. Drs. R.E Nainggolan, MM 1999 - 2004 21. Torang Lumbantobing 2004 – 2009 22. Torang Lumbantobing 2009 - 2014

Sumber : BPS Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Utara Dalam Angka 2010

Sama halnya dengan Lembaga Eksekutif, pada Lembaga Legislatif dapat pula diketahui bahwa putra daerah yang telah menjadi Ketua DPRD Tapanuli Utara adalah:

Tabel 3. Nama Ketua DPRD Kabupaten Tapanuli Utara dan Masa Bhakti

No Nama Ketua DPRD Masa Bhakti

1. S.P. Lumbantobing 1950 - 1952 2. S.M. Simanjuntak 1952 - 1955 3. W. Lumbantobing 1955 - 1958 4. S.M. Simanjuntak 1958 - 1963 5. E. Sibuea 1963 - 1966 6. S. Simanjuntak 1966 - 1967 7. P. Hutajulu 1967 - 1971 8. S. Tarigan 1971 - 1977 9. C. Sinaga 1977 – 1982 10. W.T. Simatupang 1982 - 1987 11. F. Sianturi 1987 - 1992 12. Ir. M. Loebis 1992 - 1997 13. Drs. S.F.M. Situmorang 1997 – 1999

14. Torang Lumban Tobing 1999 - 2004

15. FL. Fernando Simanjuntak,SH, MBA 2004 – 2009

16. FL. Fernando Simanjuntak,SH, MBA 2009 – 2014

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan daerah yang cukup terkenal di kawasan Nusantara, terutama karena potensi alam dan sumber daya manusianya. Potensi alam antara lain luasnya lahan kering untuk dijadikan persawahan baru dengan membangun irigasi. Sebahagian perairan Danau Toba yang dimiliki dan sungai yang cukup banyak untuk dimanfaatkan potensinya untuk irigasi, pengembangan perikanan maupun pembangkit tenaga listrik. Keindahan alam dengan panorama khususnya Pulau Sibandang di kawasan Danau Toba di Kecamatan Muara, dan wisata rohani Salib Kasih. Kekayaan seni budaya asli merupakan potensi daerah dalam upaya mengembangkan kepariwisataan nasional.

Potensi lain terdapat berbagai jenis mineral seperti kaolin, batu gamping, belerang, batu besi, mika, batubara, panas bumi dan sebagainya. Potensi sumber daya manusia sudah tidak diragukan lagi bahwa cukup banyak putera-puteri Tapanuli yang berjasa baik di pemerintahan, dunia usaha dan sebagainya. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, maka tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara didominasi oleh sektor pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan rakyat, menyusul sektor perdagangan, pemerintahan, perindustrian dan pariwisata. Pada era informasi dan globalisasi peranan pemerintah maupun pihak swasta semakin nyata dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah di berbagai sektor/bidang sehingga pendapatan masyarakat semakin meningkat.

4.1.2 Jumlah Kecamatan, Desa/Kelurahan dan Aparatur Pemerintahan Daerah

Secara administrative Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara terdiri dari 15 Kecamatan yang terbagi dalam 241 Desa dan 11 Kelurahan, dengan jarak yang bervariasi dari ibu kota kabupaten, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Tabel 4. Ibukota Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Desa/Kelurahan

No Kecamatan Ibukota Kecamatan

Jarak dari Ibukota Kab. (Km) Luas Area (Km2) Jlh Desa Jlh Kelurahan 1. Parmonangan Parmonangan 58 257,35 14 - 2. Adiankoting Adiankoting 26 502,90 16 - 3. Sipoholon Sipoholon 6 189,20 13 1 4. Tarutung Tarutung 0 107,68 24 7

5. Siatas Barita Simorangkir 4 92,92 12 - 6. Pahae Julu Onan Hasang 22 165,90 18 1

7. Pahae Jae Sarulla 42 203,20 12 1

8. Purbatua Parsaoran Janji Angkola 52 191,80 11 - 9. Simangumban Simangumban 50 150,00 8 - 10. Pangaribuan Pangaribuan 48 459,25 26 - 11. Garoga Garoga 76 567,58 13 - 12. Sipahutar Sipahutar 26 408,22 25 - 13. Siborongborong Siborongborong 26 279,91 20 1 14. Pagaran Sipultak 26 138,05 14 - 15. Muara Muara* 43 73,75* 15 - Tapanuli Utara 3.793,11 241 11

Keterangan :*) Tidak termasuk luas Danau Toba 6,60 km²

Sumber : Diolah dari data BPS Kabupaten Tapanuli Utara dan Bagian Pemerintahan Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, tahun 2010.

Dari data tersebut terlihat bahwa kecamatan terjauh dari ibu kota kabupaten adalah Kecamatan Garoga (76 km) sekaligus merupakan kecamatan yang memiliki

wilayah paling luas (567,58 km²), sedangkan kecamatan yang memiliki wilayah paling kecil adalah Kecamatan Muara (73,75 km²). Jumlah desa/kelurahan yang terbanyak terdapat di Kecamatan Tarutung (24 desa dan 7 kelurahan), sedangkan jumlah desa yang paling sedikit terdapat di Desa Simangumban (8 desa).

Sampai dengan akhir tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara mempunyai pegawai sebanyak 6.658 personil yang tersebar pada dinas/instansi dengan komposisi sebagai berikut : Golongan I sebanyak 101 orang, Golongan II sebanyak 1.881 orang, Golongan III sebanyak 3.020 orang, dan Golongan IV sebanyak 1.656 orang.

Dari komposisi pegawai berdasarkan golongan tersebut terlihat bahwa, persentase pegawai golongan III adalah yang paling banyak, yaitu 45,35 % dari jumlah pegawai. Sementara persentase pegawai yang paling sedikit adalah pegawai yang bergolongan I, yaitu sebesar 1.52 % dari jumlah pegawai.

4.1.3 Jumlah dan Kepadatan Penduduk

Menurut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2010 sebanyak 312.991 jiwa. Berdasarkan data kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara, jumlah penduduk terbanyak terdapat di Kecamatan Siborong-borong, yaitu 47.879 jiwa diikut i

Kecamatan Tarutung sebanyak 41.850 jiwa. Sedangkan Kecamatan dengan jumlah penduduk terendah adalah Kecamatan Simangumban sebanyak 7.981 jiwa.

Salah satu ciri penduduk Tapanuli Utara adalah penyebaran penduduk yang tidak merata antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Kecamatan Tarutung sebagai ibu kota Tapanuli Utara dengan luas wilayah 107,68 Km² dihuni kira-kira 388,65 jiwa per kilometer dengan penyebaran penduduk 13,00 persen dari jumlah total penduduk di Tapanuli Utara. Jika dibandingkan dengan Kecamatan Garoga dengan luas wilayah 567,58 Km², hanya dihuni kira-kira 29,88 jiwa per kilometer dengan penyebaran pendududuk 5,42 persen dari jumlah total penduduk yang ada.

Ditinjau dari penyebaran penduduk berdasarkan luas daerah, kepadatan penduduk di Tapanuli Utara pada tahun 2010 masih tergolong rendah, yaitu 82,52 jiwa per km². Berarti tiap km² dihuni oleh pendududuk sebanyak 82,52 jiwa. Tingkat kepadatan terendah terdapat di Kecamatan Garoga, yaitu 29,88 jiwa pada tiap km². Berikut adalah tabel kepadatan penduduk tiap-tiap kecamatan di Kab. Tapanuli Utara.

Tabel 5. Luas Wilayah, Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan No Kecamatan Rumah Tangga Penduduk Luas (km²) Kepadatan 1. Parmonangan 4,063 16,640 257,35 64,66 2. Adiankoting 4,142 15,286 502,90 30,40 3. Sipoholon 7,751 26,917 189,20 142,27 4. Tarutung 9,568 41,850 107,68 388,65 5. Siatas Barita 3,752 14,137 92,92 152,15

6. Pahae Julu 3,557 14,063 165,90 84,77 7. Pahae Jae 3,219 11,872 203,20 58,43 8. Purbatua 2,566 9,518 191,80 49,63 9. Simangumban 2,027 7,981 150,00 53,21 10. Pangaribuan 7,900 28,726 459,25 62,55 11. Garoga 3,734 16,957 567,58 29,88 12. Sipahutar 7,137 29,285 408,22 71,74 13. Siborongborong 12,132 47,879 279,91 171,06 14. Pagaran 4,094 17,201 138,05 124,60 15. Muara 3,451 14,679 73,75* 199,03 Tapanuli Utara 79,093 312,991 3.793.11 82,52

Sumber : Diolah dari Tapanuli Utara Dalam Angka 2010 dan Dinas Duk Catpil Taput Tahun 2010

Berdasarkan pengelompokan umur, menurut BPS Tapanuli Utara (2010) penduduk Tapanuli Utara terdiri dari 12,04 % usia balita, 12,64 % anak-anak (5-9 tahun), 14,00 % remaja (10-14 tahun), 11,89 % manusia usia lanjut (manula). Dari struktur umur, penduduk Tapanuli Utara yang termasuk dalam kategori usia produktif yaitu yang berumur 15 sampai 54 tahun sebanyak 49,43 % dari jumlah penduduk. Penduduk Tapanuli Utara sebagian besar hidup dari sektor pertanian atau sekitar 85,14 % dari total penduduk.

Rasio jenis kelamin Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2010 sebesar 98,66 ini berarti bahwa jumlah penduduk perempuan di Tapanuli Utara lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Pada tahun 2010, jumlah penduduk laki-laki sebanyak 155.435 jiwa dan perempuan 157.558 jiwa. Secara umum perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan perempuan hampir mendekati satu, yaitu 0,99 yang berarti setiap 100 jiwa penduduk perempuan, jumlah penduduk laki-laki 99 jiwa. Data itu

menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada laki-laki, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut ini :

Table 6. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis Kelamin 1. Parmonangan 8,298 8,342 16,640 99,47 2. Adiankoting 7,615 7,671 15,286 99,27 3. Sipoholon 13,516 13,401 26,917 100,85 4. Tarutung 20,563 21,281 41,850 96,62 5. Siatas Barita 6,914 7,223 14,137 95,72 6. Pahae Julu 6,920 7,143 14,063 96,88 7. Pahae Jae 5,693 6,179 11,872 92,13 8. Purbatua 4,715 4,803 9,518 98,17 9. Simangumban 3,895 4,086 7,981 95,32 10. Pangaribuan 14,162 14,564 28,726 97,23 11. Garoga 8,556 8,403 16,957 101,84 12. Sipahutar 14,719 14,566 29,285 101,06 13. Siborongborong 24,112 23,767 47,879 101,46 14. Pagaran 8,626 8,575 17,201 100,60 15. Muara 7,131 7,548 14,679 94,48 Tapanuli Utara 155,435 157,558 312,991 98,66

Jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki terdapat di 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Parmonangan, Kecamatan Adiankoting, Kecamatan Tarutung, Kecamatan Siata Barita, Kecamatan Pahae Jae, Kecamatan Purbatua, Kecamatan Simangumban, Kecamatan Pahae Julu, Kecamatan Pangaribuan, dan Kecamatan Muara. Sementara jumlah penduduk perempuan yang lebih sedikit dari laki-laki terdapat di 5 (lima) kecamatan, yaitu Kecamatan Sipoholon, Kecamatan Garoga, Kecamatan Sipahutar, Kecamatan Siborong-Borong, dan Kecamatan Pagaran.

Petunjuk menarik dari komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Tapanuli Utara adalah penduduk perempuan lebih dominan pada usia produktif dibadingkan dengan laki-laki. Keadaan itu tentunya akan membentuk pola kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang banyak memberikan peran lebih kepada kaum perempuan.

Di Kabupaten Tapanuli Utara kerukunan antara umat beragama terjalin dengan sangat baik. Mayoritas penduduk daerah ini memeluk agama kristen protestan. Sarana ibadah umat beragama di kabupaten Tapanuli Utara pada tahu 2009 adalah sebagai berikut: gereja protestan 899 unit, gereja katolik 76 unit, mesjid 61 unit, dan langgar/surau 13 unit.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa mayoritas penduduk Tapanuli Utara adalah petani dengan produksi utama berupa padi, kopi, kacang tanah, nenas, sayur-

mayur, kemenyan dan andaliman. Namun meskipun lahan pertanian tergolong luas, tetapi jumlah penduduk miskin di Tapanuli Utara cukup signifikan, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 7. Jumlah Rumah Tangga dan Anggota Rumah Tangga Miskin No Kecamatan RT Miskin Anggota

RT Miskin Penduduk % Penduduk Miskin 1. Parmonangan 1.060 4.357 16,640 26,18 2. Adian Koting 1.331 5.833 15,286 38,16 3. Sipoholon 1.628 6.608 26,917 24,55 4. Tarutung 1.943 8.447 41,850 20,18 5. Siatas Barita 744 3.098 14,137 21,91 6. Pahae Julu 1.150 4.484 14,063 31,89 7. Pahae Jae 1.074 4.100 11,872 35,54 8. Purbatua 719 2.656 9,518 27,91 9. Simangumban 768 3.228 7,981 40,45 10. Pangaribuan 1.569 6.769 28,726 23,56 11. Garoga 1.725 7.100 16,957 41,87 12. Sipahutar 1.812 7.644 29,285 26,10 13. Siborong-borong 2.241 10.437 47,879 21,80 14. Pagaran 862 3.911 17,201 22,74 15. Muara 1.019 4.100 14,679 27,93 Tapanuli Utara 19.645 82.772 312,991 26,45 Sumber : Diolah dari Tapanuli Utara Dalam Angka 2010 dan data Dinas Duk Catpil tahun 2010

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa jumlah penduduk miskin di Tapanuli Utara sebanyak 82.772 jiwa atau 26,45 % dari jumlah penduduk. Jumlah penduduk miskin yang paling banyak dijumpai di Kecamatan Garoga dengan jumlah 7.100 jiwa (41,87 %) dan jumlah penduduk miskin paling sedikit dijumpai di Kecamatan Tarutung dengan jumlah 8.447 jiwa (20,18 %).

4.1.4 Kondisi Sosial Budaya

Falsafah Batak Dalian Na Tolu (tiga tungku) berbunyi Somba Marhula-hula artinya pihak suami hormat kepada saudara pihak istri, Manat Mardongan Tubu artinya sifat membujuk kepada saudara perempuan.

Konsep Dalihan Na Tolu yang merupakan hasil kompromi dan kesepakatan nenek moyang orang batak untuk menjadikan satu komunitas orang batak dapat hidup secara sosial dengan orang batak lainnya pada waktu itu. Ompunta Naparjolo

Martungkot Sialagunde, Adat Napinungka ni Naparjolo Sipaihut-ihut on ni na Parpudi, artinya tatanan adat yang dibuat nenek moyang kita yang dahulu

menganggap itulah hal terbaik yang bisa mereka teruskan pada generasi muda nantinya kelak dengan tujuan menjadi kebiasaan yang baik. Dalihan Na Tolu menjadi pedoman bermasyarakat dalam kehidupan sehari-hari orang batak, terutama pada pesta-pesta adat, seperti upacara adat perkawinan, kelahiran, meninggal dunia dan lain-lain.

Mayoritas penduduk Kabupaten Tapanuli Utara merupakan suku Batak Toba dan beragama Kristen Protestan. Perkembangan zaman dan datangnya agama berpengaruh kepada adat dan budaya batak. Salah satu yang paling berpengaruh untuk merubah adat dan budaya batak adalah datangnya Nomensen sebagai missionaris ke Tanah Batak dengan membawa kabar sukacita akan pentingnya keselamatan akhirat. Dengan adanya penginjil turut serta memperbaiki struktur yang ada pada masa itu, merubah paradigma lama menjadi orang batak yang mengenal tuhan dan mengetahui pentingnya keselamatan.

Tak kalah pentingnya adalah adanya pengajaran akan ilmu pengetahuan, pertanian dan kesehatan. Hasilnya dapat kita lihat sekarang ini. Suku Batak Toba