• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menyembuhkan Penyakit

Dalam dokumen Meditasi - Hal Termulia untuk Dilakukan (Halaman 69-74)

Dari begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh melalui latih- an meditasi vipassanā, salah satunya adalah menyembuhkan penyakit. Namun demikian, perlu ditegaskan di sini dan diingat baik-baik bah-wa tujuan dari berlatih meditasi vipassanā adalah untuk terbebas dari 25. Berlatih vipassanā artinya telah melihat anicca, dukkha, anattā; penghormatan kepada orang suci hasilnya jauh lebih luar biasa, silakan baca Velāma Sutta (AN 9.20) dan Kisah Dewa A��kura dan Indaka (DhpA 356-359). Dua kisah terakhir dapat dibaca di buku

BAB-IV Manfaat Meditasi penderitaan dengan tercapainya Nibbāna. Penjelasan ini ditujukan guna menumbuhkan minat para pembaca untuk berlatih medi-tasi vipassanā dan menambah semangat kepada para praktisi, serta untuk mengeliminasi pandangan salah tentang penyembuhan penya-kit dengan pembacaan paritta.

Banyak kasus penyakit kronis yang bahkan sampai saat ini dunia kedokteran belum bisa mengobatinya sampai tuntas dapat tersembuhkan melalui praktik meditasi vipassanā. Salah satu dari sekian banyak kasus adalah kisah Saudari Hla Myint (Daw Hla Myint) seorang perawat asal Myanmar berusia tiga puluh tujuh (37) tahun yang terkena kanker tenggorokan. Dia berlatih selama dua bulan dan selama latihan banyak mengalami rasa sakit, terkadang pera- saan panas membakar terasa di tenggorokanya. Pada akhir latihan meditasinya sensasi tersebut mereda dan tidak mengganggunya lagi, dan dia pun kembali bekerja. Tetapi selang enam tahun kemu- dian tumornya tumbuh kembali dan dia pun memutuskannya untuk kembali berlatih meditasi vipassanā. Saat itu, bukan hanya tenggo- rokannya yang terganggu, tetapi tumor tersebut juga menyebabkan pendengarannya terganggu.

Kali ini dia bertekad untuk berlatih sampai tumor tersebut benar-benar hilang. Walaupun dia banyak mengalami rasa sakit yang luar biasa, tekadnya tidak tergoyahkan. Saat meditasi, bukan hanya sakit yang dirasakannya, terkadang dia juga merasakan ada denyutan-denyutan di tumornya. Sensasi sakitnya lalu bergerak turun ke daerah dada dan membuatnya pusing, mual, dan muntah. Terkadang sakitnya berawal dari bagian atas kepalanya, lalu bergerak ke dahi, telinga, rahang, dan akhirnya turun ke tumornya di mana rasa sakit tersebut lenyap. Setelah beberapa saat, sakitnya muncul mulai dari tulang belikat lalu bergerak ke kepala, telinga, dan baru kemudian turun ke tumornya. Dia mencatat dan menyadari semua sensasi sakit tersebut dengan tenang dan seksama. Dia kemudian melanjutkan

meditasi intensifnya di Mahāsi Yeikthā selama tujuh bulan. Saat itu sakitnya sudah mulai mereda dan latihannya berjalan dengan baik dan lancar. Kemudian tumornya mulai menyusut sedikit demi se-dikit dan akhirnya pada tanggal 1 Mei 1982 tumor itu lenyap untuk selamanya dan Daw Hla Myint sembuh total.26

Anda mungkin tidak benar-benar yakin dengan kisah pe- nyembuhan tersebut, demikian juga yang akan terjadi terhadap penu-lis seandainya penupenu-lis tidak mengalaminya sendiri manfaat dari medi-tasi vipassanā yang luar biasa ini. Ini adalah cerita singkat tentang pengalaman penulis sehubungan dengan penyembuhan penyakit me-lalui praktik meditasi vipassanā. Awal tahun 2004, beberapa hari sebe-lum tahun baru imlek, penulis terserang kesebe-lumpuhan mendadak dan harus berbaring di tempat tidur selama satu bulan. Sekitar bulan November 2004 penulis memutuskan untuk ikut retret meditasi vipassanā selama 10 hari bersama LSI (sekarang YASATI) di Tomo Mimi, saat itu pinggang penulis masih sering sakit sehingga tidak bisa duduk lama dan harus sering menungging. Sensasi sakitnya luar biasa, baik itu berupa ngilu, pegal, panas, perih, dan denyutan-de-nyutan, semuanya campur aduk. Sakitnya terasa luar biasa mungkin juga karena ini adalah latihan meditasi pertama penulis. Di hari ter-akhir, ketika sesi tanya-jawab, penulis bertekad untuk duduk selama satu jam dan terus-menerus mengamati sensasi sakit yang muncul. Sensasi sakit yang sama terjadi, perbedaannya adalah saat itu penulis melihat bahwa sensasi sakit tersebut muncul – berlangsung – lenyap. Karena hal ini sama seperti dengan yang tertulis di buku, keyakinan penulis meningkat dan memutuskan untuk ikut retret lagi di tahun berikutnya.

Singkat cerita, setelah berlatih lima kali (tahun 2004, 2005, 26. Keseluruhan kisahnya dapat anda baca di www.aimwell.org. Kisah lain yang sangat layak untuk dibaca untuk membangkitkan semangat adalah kisah Dipa Ma, seorang wanita dan juga guru meditasi yang terkenal. Anda juga dapat membaca buku “Dhamma Therapy” karya Mahāsi

BAB-IV Manfaat Meditasi dan tiga kali di 2006) penulis memutuskan untuk pergi ke Myanmar di awal bulan Maret 2007 agar dapat berlatih lebih lama. Saat itu, sakit pinggang penulis masih sering membuat masalah. Suatu ketika setelah berlatih beberapa saat – di Paṇḍitārāma, Yangon – penulis merasakan sakit yang sungguh luar biasa. Saat itu, malam hari sekitar jam 20:30, dengan energi yang tersisa, penulis mengamati sensasi sakit yang nampak seperti kelereng panas dan bergerigi yang me-nyumbat pembuluh darah. Ketika mengamatinya, penulis bagaikan mengurut pembuluh darah tersebut untuk mengeluarkan kelereng-nya, mulai dari ujung jari kaki, lalu ke punggung kaki, ke betis, ke bagian belakang lutut dan paha, ke bokong, dan berakhir di dubur dengan disertai kentut panjang. Luar biasanya adalah bukan hanya hal ini terjadi pada setiap jari kaki, tetapi bahkan untuk satu jari kaki hal ini terjadi beberapa kali. Setelah semua jari kaki selesai, timbul pe-rasaan segar (pīti), badan menjadi ringan dan lentur, dan beberapa anggota tubuh seperti ada yang menggerakkan, misalnya melipat kaki, membungkuk, dan sebagainya yang disertai dengan bunyi seperti tu-lang yang dipatahkan. Sejak saat itu pinggang penulis tidak pernah lagi mengalami keluhan yang berarti.

Hal yang lebih penting untuk diketahui adalah bagaimana latihan meditasi vipassanā dapat menyebabkan terjadinya penyem-buhan. Ada empat hal yang mengondisikan terbentuknya materi, yaitu (1) karma – kammajarūpa, (2) temperatur – utujarūpa, (3) makanan – āhārajarūpa, dan (4) pikiran – cittajarūpa. Saat yogi mencapai penge-tahuan pandangan terang yang keempat, ada tujuh faktor mental (ce-tasika) yang menjadi faktor pencerahan, satu di antaranya adalah pīti. Pīti dapat memberikan sensasi seperti yang didapat dari proses pemi-jatan atau tusuk jarum. Ini bagaikan terapi untuk memperbaiki sa- luran-saluran darah yang tersumbat dan organ-organ tubuh lainnya yang kurang sehat. Selain itu, karena pikiran yogi bersih dari kilesa (apalagi setelah munculnya tujuh faktor pencerahan), maka materi yang diproduksi dari kekuatan karma dan khususnya pikiran, juga

merupakan materi yang sehat. Dengan berjalannya waktu, materi-ma-teri yang sakit (rusak) terus digantikan dengan mamateri-ma-teri baru yang sehat hingga tergantikan seluruhnya. Selain itu, kekuatan karma baik dari berlatih meditasi vipassanā juga merupakan sarana terbaik untuk menyokong hasil karma baik yang belum berbuah menjadi matang dan yang sedang berbuah bermanifestasi secara sempurna, serta mencegah hasil karma buruk yang belum berbuah dan melemahkan atau bahkan memotong hasil yang sedang berbuah (diterima). Sakit-sakit yang agak ringan biasanya sembuh pada saat yogi mencapai pengetahuan pandangan terang yang keempat; sedangkan penyakit yang sudah parah biasanya sembuh pada saat pencapaian pandangan terang yang kesebelas.

Demikianlah, gambaran sederhana bagaimana proses penyem-buhan melalui praktik meditasi vipassanā. Jadi, tolong dicamkan baik-baik bahwa sakit tidak bisa disembuhkan hanya dengan pembacaan paritta atau meminum air yang telah dibacakan paritta. Bila memang benar, mengapa tidak diadakan program pembacaan paritta ke setiap rumah sakit! Perlu juga diketahui bahwa Sang Buddha dan para bhik-khu juga menggunakan jasa dokter (dr. Jīvaka) untuk menyembuh-kan penyakit mereka. Kasus Sang Buddha, Bhante Mahā Moggallāna Thera, dan Bhante Mahā Kassapa Thera sembuh dari penyakit setelah mendengar Gilāna Sutta (SN 46.14 - 46.16) adalah karena mereka melakukan meditasi vipassanā dengan pikiran yang bersekutu dengan tujuh faktor pencerahan. Oleh karena itu, di dalam Sutta tersebut Sang Buddha tidak mengatakan, “Bacalah Sutta ini bila sakit.”

Untuk referensi tambahan, anda bisa membaca beberapa di an-tara sutta-sutta di bawah ini untuk mengetahui apa yang Sang Buddha atau para bhikkhu Thera lakukan bila mengunjungi bhikkhu atau umat yang sakit atau akan meninggal – Dhanañjāni Sutta (MN 97), Channovāda Sutta (MN 144.1), Anāthapiṇḍikovāda Sutta (MN 143), Vakkali Sutta (SN 22.87), Sirivaḍḍha Sutta (SN 47.29), Dīghāvūpāsaka

BAB-IV Manfaat Meditasi Sutta (SN 55.3), Anāthapiṇḍika Sutta (SN 55.26 - 55.27), Gilāna Sutta (SN 55.54), Gilāna Sutta (AN 5.121), Phagguna Sutta (AN 6.56), dan Girimānanda Sutta (AN 10.60).

Dalam dokumen Meditasi - Hal Termulia untuk Dilakukan (Halaman 69-74)