• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENYENTUH NAMA-NAMA ALLAH DAN AYAT SUCI SOAL 146:

Dalam dokumen Tim ICC – Fatwa-fatwa imam Ali Khamenei (Halaman 61-69)

Apa hukumnya menyentuh kata ganti yang merujuk kepada Allah, Maha Pencipta, seperti dalam kalimat ‚Dengan nama-Nya‛ (Bismihi Ta’ala)?

JAWAB:

Hukum kata ‚Allah‛ (lafzhul jalalah) tidak berlaku atas pronomina (kata gantinya).

Biasanya nama ‚Allah‛ ditulis dengan ‚A <‛ (Alif dan tiga titik), seperti tulisan ‚ayat A<‛ atau dengan ‚Ilah‛ (Alif, Lam dan Ha’). Apa hukumnya menyentuh kedua tulisan tersebut (Alif dan Ilah yang menggantikan kata Allah) bagi orang yang tidak berwudu?

JAWAB:

Hukum kata ‚Allah‛ (lafzhul jalalah) tidak berlaku atas huruf Hamzah dan titik- titik (A<), maka dari itu boleh menyentuh kata tersebut (A...) tanpa wudu.

SOAL 148:

Saya bekerja di sebuah tempat dimana kata ‚Allah‛ ditulis dengan ‚A<‛ (Hamzah dan tiga titik) dalam korespondensi mereka, apakah benar secara syar’i menulis dengan cara demikian sebagai ganti dari lafzhul jalalah yang telah kami sebutkan?

JAWAB:

Secara syar’i, tidak ada halangan. SOAL 149:

Apakah boleh menghindari penulisan lafzhul jalalah (Allah) atau menulisnya ‚A<‛ (Hamzah dan tiga titik) hanya karena kemungkinan disentuh oleh tangan orang yang tidak berwudu?

JAWAB:

Tidak ada larangan. SOAL 150:

Paratunanetra meyentuh dengan jari-jari huruf timbul (braile) untuk tujuan membaca dan menulis. Apakah orang-orang buta diharuskan dalam keadaan berwudu (suci) ketika sedang belajar membaca al-Quran yang mulia dan ketika menyentuh nama-nama suci yang tertulis dengan huruf timbul ataukah tidak?

JAWAB:

Huruf-huruf timbul yang merupakan simbol dari huruf-huruf asli, secara hukum, tidak seperti huruf-huruf yang asli. Dan menyentuh huruf-huruf timbul yang digunakan sebagai simbol-simbol bagi huruf-huruf al-Quran yang mulia dan nama-nama suci tidak memerlukan thaharah (kesucian) dari hadas.

SOAL 151:

Apa hukum menyentuh nama-nama orang, seperti Abdullah dan Habibullah oleh orang yang tidak berwudu?

JAWAB:

Orang yang tidak suci tidak diperkenankan menyentuh lafzhul jalalah, meskipun merupakan bagian sebuah kata majemuk.

SOAL 152:

Apakah boleh bagi wanita haid (dalam keadaan menstruasi) memakai kalung dengan ukiran nama Nabi saw?

JAWAB:

Tidak masalah mengalungkannya. Namun sesuai dengan ihtiyath wajib nama tersebut tidak menyentuh tubuh.

SOAL 153:

Apakah hukum keharaman menyentuh tulisan al-Quran tanpa wudu (thaharah) hanya berlaku ketika tertera dalam al-Mushaf al-Syarif, ataukah mencakup yang berada di kitab lain, papan tulis atau di tembok dan yang lainnya?

JAWAB:

Tidak hanya berlaku atas tulisan al-Quran yang ada dalam al-Mushaf asy-Syarif, namun mencakup semua kata dan ayat al-Quran, meskipun dalam kitab lain, surat kabar, majalah, papan tulis atau terukir pada dinding dan lain sebagainya.

SOAL 154:

Ada keluarga yang menggunakan tempat makan nasi yang ditulisi dengan ayat- ayat al-Quran, seperti ayat kursi dengan tujuan memperoleh kebaikan dan berkah. Apakah ada masalah dengan hal itu ataukah tidak?

JAWAB:

Tidak ada masalah, namun bagi yang tidak berwudu diwajibkan tidak menyentuh ayat-ayat al-Quran tersebut.

SOAL 155:

Apakah orang-orang yang menulis asmaul jalalah, ayat-ayat al-Quran dan nama- nama para maksum dengan alat tulis wajib berwudu ketika menulisnya?

JAWAB:

Tidak disyaratkan thaharah, namun mereka tidak diperbolehkan menyentuh tulisan itu bila tidak bersuci.

SOAL 156:

Apakah lambang Republik Islam Iran (RII) dianggap sebagai asmaul jalalah ataukah tidak? Apakah hukum mencetaknya pada surat-surat kantor dan menggunakannya untuk korespondensi dan lainnya?

JAWAB:

Jika lambang Republik Islam Iran tergolong asmaul jalalah menurut pandangan umum masyarakat (uruf) maka haram menyentuhnya tanpa thaharah.

SOAL 157:

Apa hukum mencetak lambang RII di bagian atas surat-surat resmi di instansi- instansi pemerintah? Dan apa hukum mempergunakannya dalam surat- menyurat dan lainnya?

JAWAB:

Menulis dan mencetak lafzhul jalalah dan lambang RII tidak bermasalah. Berdasarkan ihitiyath wajib hendaknya hukum lafzhul jalalah diberlakukan pada lambang RII.

SOAL 158:

Apa hukum menggunakan perangko yang memuat tulisan ayat-ayat suci al- Quran dan mencetak lafzhul jalalah, nama-nama Allah, ayat-ayat al-Quran dan lambang lembaga-lembaga yang memuat ayat-ayat al-Quran dalam surat kabar, majalah dan media cetak lainnya yang diedarkan setiap hari.

JAWAB:

dan sebagainya, namun wajib atas yang menerimanya memperhatikan hukum- hukum syari’at berkenaan dengan masalah ini, seperti tidak meremehkan dan menajiskannya, dan tidak menyentuhnya tanpa thaharah.

SOAL 159:

Pada sebagian surat kabar tertulis asmaul jalalah atau ayat al-Quran. Apakah hukum membungkus makanan dengannya, menjadikannya sebagai alas makanan, tempat duduk atau membuangnya ke tempat sampah, padahal sulit bagi kami untuk mendapatkan cara yang lain?

JAWAB:

Tidak boleh hukumnya menggunakan koran-koran seperti tersebut di atas untuk keperluan yang oleh pandangan umum ('urf) dianggap sebagai pelecehan dan penghinaan. Adapun penggunaan yang tidak dianggap sebagai pelecehan dan penghinaan, maka tidak ada masalah.

SOAL 160:

Apakah boleh menyentuh tulisan yang terukir pada cincin?

JAWAB:

Jika tulisan itu termasuk yang hanya boleh disentuh dengan thaharah, maka tidak diperbolehkan menyentuhnya tanpa dengannya.

SOAL 161:

Apa hukum melemparkan dan membuang sesuatu benda yang memuat nama- nama Allah Swt ke sungai dan parit? Dan apakah hal itu tergolong penghinaan?

JAWAB:

Tidak ada larangan membuangnya ke sungai atau ke parit selama menurut pandangan umum tidak termasuk penghinaan.

SOAL 162:

Apakah disyaratkan ketika membuang kertas-kertas ujian ke tempat sampah atau membakarnya memastikan tidak ada nama-nama Tuhan dan para maksum di dalamnya? Dan apakah membuang kertas yang kosong termasuk pemborosan (israf) ataukah tidak?

JAWAB:

Tidak wajib memeriksa. Jika tidak menemukan nama Allah dalam kertas tersebut, maka tidak masalah membuangnya ke tempat sampah, adapun membuang dan membakar kertas-kertas yang pada bagiannya belum digunakan untuk menulis dan masih dapat digunakan untuk menulis atau bisa digunakan untuk membuat kotak karton termasuk dalam kemungkinan pemborosan (israf) dan tidak bebas dari masalah (la yakhlu min isykal).

SOAL 163:

Nama-nama mulia apakah yang wajib dihormati dan haram disentuh tanpa wudu?

JAWAB:

Tidak diperbolehkan menyentuh nama-nama Allah dan nama sifat-sifat khusus Allah Swt tanpa wudu. Dan, berdasarkan ihtiyath, memasukkan nama nabi-nabi yang agung dan para Imam Maksum dalam nama-nama Allah Swt dalam hukum tersebut.

SOAL 164:

Apa cara-cara yang syar’i untuk menghapus nama-nama mulia dan ayat-ayat al- Quran saat diperlukan? Dan apa hukum membakar kertas-kertas yang bertuliskan asmaul jalalah dan ayat-ayat al-Quran jika terdapat alasan mendesak untuk menghapusnya demi menjaga rahasia?

JAWAB:

Tidak masalah menanamnya dalam tanah atau merubahnya menjadi adonan dengan air, sedangkan membakarnya ada masalah ( musykil), dan jika hal itu termasuk tindak pelecehan, maka tidak diperbolehkan, kecuali apabila terdesak oleh keadaan darurat dan tidak leluasa memotong ayat-ayat al-Quran dan nama- nama mulia darinya.

SOAL 165:

Apa hukum memotong-motong nama-nama mulia dan ayat-ayat al-Quran dalam jumlah yang banyak sehingga tidak ada dua huruf yang bersambungan dan tidak bisa lagi dibaca. Apakah cukup menghapus dan menggugurkan hukum-hukumnya dengan merubah bentuk tulisannya dengan cara merangkainya dengan huruf-huruf lain atau dengan membuang sebagian hurufnya?

JAWAB:

Tidak cukup memotong-motongnya apabila tidak sampai menghapus tulisan lafzhul jalalah dan ayat-ayat al-Quran, begitu juga tidak cukup merubah bentuk tulisan untuk menghilangkan hukum yang berlaku atas huruf-huruf yang

ditorehkan dengan tujuan menulis lafzhul jalalah. Meski demikian, merubah bentuk huruf bisa menggugurkan hukum dengan menganggapnya sebagai penghapusan, meskipun, berdasarkan ihtiyath, tetap dianjurkan (mustahab) untuk menghindarinya.

Dalam dokumen Tim ICC – Fatwa-fatwa imam Ali Khamenei (Halaman 61-69)