• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOAL 237: Jika penguburan mayat yang dikubur dengan kafan yang berlumuran darah itu

Dalam dokumen Tim ICC – Fatwa-fatwa imam Ali Khamenei (Halaman 98-105)

telah dilakukan lebih dari tiga bulan, apakah boleh membongkarnya dalam keadaan demikian?

JAWAB:

Tidak diperbolehkan membongkar kuburan dalam kasus yang ditanyakan.

SOAL 238:

Kami mohon YM berkenan memjawab 3 pertanyaan berikut: 1). Jika wanita hamil meninggal pada saat melahirkan, apa hukum janin yang masih ada dalam perutnya, dalam kasus-kasus sebagai berikut: - Ketika baru bernyawa (3 bulan atau lebih) dengan dugaan kuat akan meninggal

bila dikeluarkan dari perut ibunya.

- Ketika janin berumur 7 bulan atau lebih.

- Apabila janin meninggal dalam perut ibunya.

2). Jika wanita hamil meninggal saat sedang melahirkan, apakah wajib orang lain

memastikan mati atau hidupnya janin?

3). Jika wanita hamil meninggal sedangkan anaknya hidup dalam perutnya, lalu- seseorang dengan cara yang tidak lazim- memerintahkan agar mengubur janin yang masih hidup bersama ibunya, apa pendapat Anda?

JAWAB:

Jika janin itu mati bersama kematian ibunya, maka tidak diwajibkan bahkan tidak diperbolehkan mengeluarkannya. Namun apabila janin masih hidup dan telah bernyawa dalam perut ibunya yang telah meninggal dan diperkirakan tetap hidup sampai saat dikeluarkan, maka wajib segera mengeluarkannya. Jika belum mendapat kepastian akan kematian janin di perut ibunya yang telah

meninggal, maka tidak diperbolehkan menguburkannya bersama janinnya. Jika janin yang masih hidup telah dikuburkan bersama ibunya dan tetap hidup sampai setelah dikuburkan- meskipun hanya dugaan-, maka wajib segera membongkar kuburan dan wajib mengeluarkan janin tersebut dari perut ibunya. Demikian pula jika mempertahankan nyawa janin dalam perut ibunya yang telah mati mengharuskan penundaan penguburan jenazah ibunya tersebut, maka berdasarkan azh-zhahir wajib menunda penguburan ibunya demi menjaga nyawa janin. Jika seseorang memperbolehkan mengubur wanita hamil bersama janin yang masih hidup dalam perutnya dan orang lain menguburkannya dengan dugaan bahwa pendapatnya benar sehingga menyebabkan kematian anak (janin) dalam kubur, maka yang melakukan penguburan dikenakan denda (diyah), kecuali kematian itu diakibatkan oleh pendapat orang itu, maka diyah dikenakan padanya.

SOAL 239:

Pemerintah daerah, demi pemanfaatan tanah lebih baik, menetapkan untuk membangun perkuburan yang terdiri dari dua tingkat. Kami mohon Anda menerangkan hukum syar'i tentang masalah ini?

JAWAB:

Boleh membangun kuburan orang Islam terdiri dari beberapa tingkat selama tidak mengharuskan pembongkaran kuburan dan tidak menyebabkan

penghinaan terhadap kehormatan muslim.

SOAL 240:

Seseorang bocah jatuh ke dalam sumur dan mati di dalamnya, sedangkan air yang di dalamnya menghambat usaha mengeluarkan tubuhnya, apa hukumnya? JAWAB:

Dibiarkan di dalam sumur itu dan dijadikan sebagai kuburannya. Jika sumur itu bukan milik seseorang atau pemiliknya rela ditutup, maka wajib ditutup dan

tidak dipakai.

SOAL 241:

Lazimnya di daerah kami upacara menepuk dada atau memukul dengan rantai dengan cara tradisional hanya diadakan pada acara peringatan wafatnya para imam suci (as), para syuhada’, dan tokoh-tokoh besar agama. Bolehkah mengadakan acara tersebut pada upacara kematian salah seorang yang pernah menjadi sukarelawan perang atau orang-orang yang telah mengabdi dengan cara tertentu untuk pemerintahan Islam dan bangsa muslim ini? JAWAB:

Perbuatan tersebut tidak ada masalah (la isykal).

SOAL 242:

Apakah hukum orang yang beranggapan bahwa pergi ke pemakaman pada malam hari merupakan faktor yang efektif dalam pendidikan Islam, padahal pergi ke pemakaman pada malam hari makruh hukumnya? JAWAB:

Boleh (la ba’sa).

SOAL 243:

Bolehkah wanita ikut di upacara mengiring jenazah dan mengusungnya? JAWAB:

Boleh.

Merupakan kebiasaan pada sebagian kabilah, ketika salah seoarang meninggal dunia, berhutang untuk membeli kambing dalam jumlah yang besar, untuk memberi makan semua yang menghadiri upacara kematian. Bolehkah menanggung kerugian-kerugian ini demi mempertahankan kebiasaan tradisi- tradisi demikian? apa hukum syrari’at berkenaan dengan keluarga-keluarga yang terkena musibah kematian dan yang menghadiri upacara? JAWAB:

Jika pemberian makanan diambil dari harta para ahli waris yang telah dewasa dan dengan kerelaan meraka, maka diperbolehkan. Namun jika hal itu menyebabkan kesulitan dan kerugian finansial, maka hendaknya dihindari. Dan jika hendak berinfaq dengan harta si mayit, maka hal itu harus sesuai dengan bentuk wasiatnya. Secara umum dalam hal-hal seperti ini haruslah dihindari segala bentuk berlebihan dan foya-foya (israf) yang dapat menyebabkan

dicabutnya nikmat Tuhan.

SOAL 245:

Jika seorang terbunuh saat ini di suatu daerah akibat ledakan ranjau, apakah

hukum-hukum orang syahid berlaku atasnya?

JAWAB:

Hukum tidak dimandikan dan tidak dikafankan hanya berlaku atas syahid yang

terbunuh di medan perang.

SOAL 246:

Apakah seseorang yang tidak memiliki syarat untuk menjadi imam dalam salat, boleh mengimami salat mayit atas jenazah salah seorang mukmin? JAWAB:

Tidak jauh kemungkinan bahwa syarat-syarat yang ditetapkan pada salat jama’ah dan pada imam jamaah salat-salat lain tidak disyaratkan dalam salat

jenazah, meskipun, berdasarkan ihtiyath dianjurkan memperhatikan syarat-

syarat tersebut di dalamnya juga.

SOAL 247:

Jika seorang Muslim terbunuh di salah satu tempat di dunia ini demi memberlakukan hukum-hukum Islam, atau terbunuh dalam unjuk rasa, atau dalam front demi melaksanakan fiqih Ja’fari, apakah dianggap sebagai syahid? JAWAB:

Ia mendapat pahala dan ganjaran seorang syahid. Adapun hukum-hukum berkenaan dengan penanganan mayat yang syahid hanya khusus berlaku bagi orang yang gugur di medan pertempuran saat berkecamuk perang.

SOAL 248:

Jika seorang Muslim dijatuhi hukuman mati berdasarkan undang-undang dan persetujuan dari lembaga peradilan atas tuduhan membawa narkotika dan hukuman tersebut telah dilaksanankan, apakah ia disalati dengan salat jenazah, dan apa hukum turut menghadiri upacara kematiannya, membaca al-Qur,an dan mendengarkan pembacaan musibah Ahlulbait yang diselenggarakan untuk

orang ini?

JAWAB:

Seorang muslim yang telah menjalani hukuman mati, maka secara hukum sama dengan seluruh muslim lainnya. Semua hukum dan tata cara Islam berkenaan dengan orang mati diberlakukan juga atas dirinya.

SOAL 249:

Apakah menyentuh tulang yang masih bercampur dengan daging dan yang terpisah dari tubuh orang yang hidup menyebabkan kewajiban mandi massul

mayyit (mandi karena menyentuh mayat)? JAWAB:

Menyentuh tulang yang masih bercampur dengan daging dan yang terpisah dari tubuh orang yang hidup tidak wajib mandi massul mayyit.

SOAL 250:

Apakah menyentuh aggota badan yang terpisah dari tubuh orang yang mati menyebabkan kewajiban mandi massul mayyit (mandi karena menyentuh mayat)?

JAWAB:

Menyentuh anggota tubuh yang terpisah dari mayat, setelah dingin dan belum dimandikan, maka sama hukumnya dengan menyentuh mayat itu sendiri. (wajib

mandi massul mayyit, pen.)

SOAL 251:

Apakah seorang Muslim yang akan meninggal dunia (ihtidhar) wajib

dibaringkan dengan menghadap qiblat?

JAWAB:

Hendaknya seorang muslim yang akan meninggal dunia (ihtidhar) ditidurkan dalam posisi kedua telapak kakinya menghadap qiblat. Banyak fukaha' yang mewajibkan hal itu kepada orang lain dan kepada si calon mayat jika memungkinkan. Dan berdasarkan ihtiyath (mustahab) hendaknya hal itu tidak ditinggalkan.

SOAL 252:

Apakah menyentuh urat gusi yang keluar bersama gigi ketika dicabut menyebabkan kewajiban mandi massul mayyit (mandi karena menyentuh

mayat)? JAWAB:

Tidak mewajibkan mandi.

SOAL 253:

Apakah hukum-hukum menyentuh mayat berlaku pada seorang syahid muslim

yang dikebumikan bersama pakaiannya?

JAWAB:

Tidak wajib mandi massul mayyit karena menyentuh orang syahid tersebut.

SOAL 254:

Saya adalah mahasiswa fakultas kedokteran yang kadang kala terpaksa menyentuh jasad orang mati saat melakukan pembedahan, padahal saya tidak mengetahui mayat itu Muslim ataukah bukan, namun para petugas mengatakan bahwa jasad-jasad tersebut pasti telah dimandikan. Berdasarkan apa yang disebutkan di atas, kami mohon Anda menjelaskan hukum berkenaan dengan salat dan lainnya setelah menyentuh jasad-jasad tersebut? Apakah kami wajib mandi berdasarkan alasan yang kami utarakan di atas? JAWAB:

Bila belum mendapatkan kepastian bahwa mayat itu telah dimandikan dan Anda meragukannya, maka wajib mandi massul mayyit karena menyentuh jasad tersebut atau salah satu bagiannya, dan tanpa mandi massul mayyit tidak sah melakukan salat. Namun, jika telah mendapatkan kepastian bahwa ia telah dimandikan, maka tidak wajib mandi massul mayyit karena menyentuh tubuh atau salah satu bagian, meskipun anda meragukan keabsahan mandi yang telah dilaksanakan.

SOAL 255:

Dalam dokumen Tim ICC – Fatwa-fatwa imam Ali Khamenei (Halaman 98-105)