• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mereka telah Berbakti untuk MasyarakatDialog Menkes-Tenaga Kesehatan Teladan

Pada 16 Agustus 2008, di Ruang Rapat Dr. J. Leimena Departemen Kesehatan, Para

Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional dari 33 provinsi diterima Menteri Kesehatan

dan para pejabat di lingkungan Depkes, untuk bersilaturahmi dan sekaligus pemberian

penghargaan oleh Menteri Kesehatan. Pada kesempatan tersebut sempat dilangsungkan

dialog Menkes dengan para Nakes Teladan. Berikut petikannya.

untuk memberikan pelayanan yang terbaik.

Menkes: Sekali lagi saya ucapkan selamat kepada Anda semua dan nanti pulang dari sini pekerjaannya harus bertambah baik. Kalau ada kepentingan rakyat, SMS saya. Caranya SMS harus sopan. Sebutkan nama, Nakes Teladan tahun berapa, nomor HP, dan masalahnya.

Muhtar Pengelola Gizi dari Dinkes Kab. Mappi, Papua.

Masalah yang dihadapi adalah masalah kurang gizi. Permintaan saya agar ditambahkan MP-ASI di Puskesmas saya. Saya perlu sebanyak-banyaknya.

Menkes: Seharusnya anda tanya kepada Bu Rofina yang telah menyampaikan pengalamannya bagaimana menangani kekurangan gizi. Di daerah anda memang perbatasan. Kira-kira butuh berapa. Muhtar: Sebanyak kurang lebih 2.050 balita yang saya timbang setiap bulan karena ada 30 desa. Penduduknya ada 17.000. Saya hanya minta itu saja.

Menkes: Anda harus punya perencanaan yang baik bagaimana membagi MP-ASI itu dan nanti Menkes: Ada pasien dari Timor

Leste?

Rosalinda: Tidak ada tetapi semua yang mengungsi kebanyakan penduduk dari Timor Leste.

Menkes: Anda buat proposal kepada saya untuk itu. Ini di luar program biasa. Bagaimana di Jakarta?

Rosalinda: Kami dari provinsi NTT ada 4 orang di mana hanya dr. Anry Widiaty saja yang pernah ke Jakarta. Saya belum pernah ke Jakarta. Rofina Hulu Rau

Nakes dari Kab. Belu, NTT

Saya terpilih menjadi Teladan karena menurunkan ambang batas gizi buruk dari ambang berat menjadi bebas masalah dengan 4 terobosan: pemanfaatan pekarangan, pos gizi, PMT Penyuluhan, dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan) Swadaya.

Menkes: Masalah gizi buruk masih ada?

Rofina: Masih ada gizi buruk. Data terakhir gizi buruk dengan berat badan per umur data terakhir 8 orang sedang yang berat badan per tinggi badan tidak ada. Kami menggunakan 2 indikator. Berat badan per umur dan berat badan per tinggi badan.

Petronela S. Manek

Asisten apoteker. Bertugas di Puskesmas Kota Atambua, Kab. Belu.

Yang membuat saya terpilih sebagai teladan, adalah peningkatan penggunaan obat khususnya penggunaan obat antibiotik pada kasus pneumonia di mana akhir tahun 2007 prosentase penggunaannya mencapai 20-an %. Solusi yang kami ambil adalah peningkatan penyuluhan tahap pertama kepada Nakes khususnya staf Puskesmas dan kami mengusulkan pedoman

pengobatan sehingga kami punya kekuatan. Ternyata sejak Januari – Juli 2008, prosentasenya menjadi 5,7%.

Menkes: Penggunaan antibiotik memang turun, kematian naik atau tidak?

Petronela: Tidak. Kematian pada bulan Juni 2008 tidak ada, semester akhir 2008 juga tidak ada.

Menkes: Kenapa ada overused (kelebihan penggunaan) antibiotik? Petronela: Penyebabnya adalah faktor sosial masyarakat seperti permintaan pasien dan mungkin tradisi ketimuran kita. Nakes mengikuti keinginan pasien. Kedua, kurangnya pengetahuan Nakes tentang penggunaan antibiotik. Untuk itu kami meningkatkan sosialisasi tahap pertama.

Menkes: Bagaimana Anda bisa tahu mereka menggunakan antibiotik berlebihan? Petronela: Kami di ruang pelayanan Apotek, rata-rata pasien meminta Amoxiclin. Saya bilang kami tidak melakukan pemeriksaan tapi menerima resep. Dalam sosialisasi kami selalu mengatakan bahwa kita berbeda profesi namun tujuan pelayanan kita adalah pasien. Jika ada hal baik yang bisa kita berikan kepada pasien, kenapa kita saling membedakan profesi. Kita ambil yang terbaik

Menkes Dr. dr Siti Fadilah Supari di dampingi Dirjen Bina Kesmas dr. Budiharja, MPH dan Panitia Nakes Teladan 2008 foto bersama Nakes Teladan

laporkan kepada saya per bulannya berapa banyak.

dr. Demus Kogoya

Kepala Puskesmas Karubaga Kab. Tolikora, Papua.

Saya dokter lulusan Universitas Airlangga Surabaya. Saya merencanakan kegiatan saya setiap bulan. Yang saya dapatkan di sana, tahun lalu saya mendapati 2 balita marasmus. Pada umumnya Papua memang daerah yang cukup luas. Saya sebagai anak asli daerah merasa prihatin karena tidak ada orang yang mau ke sana. Kalau mau kesana harus diiming-imingi dulu. Di sana banyak kendala kesehatan karena pengetahuan yang kurang tentang hidup sehat, sarana yang kurang, dan cara hidup yang salah sehingga banyak penyakit.

Malaria di sana sudah endemik tetapi berbagai penyakit seperti cacing, gizi buruk itu karena pola hidup yang salah. Ahli gizi saya dari Merauke memberi saran PMT, namun saya tidak setuju, saya minta tenaga terlatih yang harus ke sana memberikan pengetahuan. Jadi pola hidup yang harus diubah. Kalau kita beri PMT namun mereka tidak berubah, sama saja. Saya juga sedih karena pilot pesawat di mana pesawat itu mendrop obat di daerah, dia sudah meninggal. Ketika ada diare di Memberamo, dia juga yang membawa obat. Kami juga kesulitan dalam transportasi. Saya bagi 2 bagian, satu wilayah pesisir dan gunung. Untuk wilayah pesisir, diperlukan Puskesmas keliling karena kepulauan memang sulit dijangkau. Di gunung, bisa diberikan helikopter.

Menkes: Saya sangat cinta dengan Papua. Saya adalah Mamae Wamenae. Saya Ibu rakyat Wamena. Sekarang RS Wamena sudah berfungsi penuh.

Ada dokter spesialis. Cara saya adalah memberdayakan putra daerah. Program Percepatan Pembangunan Kesehatan Tanah Papua (P2KTP) yang biasa disebut Save Papua, salah satu programnya juga seperti begitu. Program itu mengirimkan tenaga kesehatan (Nakes), sekaligus memeriksa darah, mengobati yang sakit. Papua tidak seperti daerah lain. Kalau saya terbang di atasnya, ada sekelompok di gunung, dan lainnya di lembah. Di sana itu perlu Puskesmas Pembantu (Pustu). Inilah yang saya lakukan untuk Papua yaitu P2KTP yang tujuannya menyelamatkan rakyat Papua dari bencana kesehatan tadi. Dananya 700 M khusus untuk itu.

Anda lulusan Airlangga, Surabaya dan sudah PNS, tolong ajak putra daerah kembali. Bertugas di sana. Daerah anda sangat indah dan kaya. Orang di sana kalau kecewa selalu ke pusat. Padahal yang bermasalah di sana. Sekarang ada Majelis Rakyat Papua yang mengawasi uang pusat ke daerah. Saya lihat Pak SBY berdialog dengan MRP. Saya pernah mendapat laporan RS Wamena tutup dan memang benar. Sekarang sudah buka kembali, sampai listrik saja Depkes yang bayar. Sekarang Wamena sangat maju dengan kesehatannya. Saya menjadi Mamae Wamenae sekitar tanggal 21 Mei 2005. Tulis apa yang anda butuhkan, kami akan bantu. Tolong program P2KTP/Save Papua kami juga dibantu.

La Sanusi

Tenaga Keperawatan Puskesmas Kabawo, Kab. Muna, Sulawasi Tenggara.

Masalah yang ingin saya kemukakan bahwa Puskesmas kami terletak di ibukota kecamatan itu terpencil. Di balik itu, wilayah kerja Puskesmas

Kabawo ada beberapa desa yang sulit dijangkau. Salah satunya Desa Tanjung Batu di mana sejak tahun 1996 dijadikan desa pembinaan masyarakat terasing. Sekarang sudah tidak terasing karena sudah ada jalan yang menghubungkan ke sana. Yang menjadi masalah bahwa sejak 2005 saya sudah mengusulkan agar Puskesmas tersebut direlokasi dengan alasan letak Puskesmas itu dekat dengan mata air yang dikonsumsi masyarakat di desa sekitar. Pada Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) tingkat Kabupaten atau kecamatan, diusulkan untuk direlokasi karena letaknya tidak dijalan poros sehingga kalau ada pasien yang emergency sulit mendapatkan pelayanan. Di Musrenbang sudah disetujui, namun realisasinya belum ada. Dari ibukota kabupaten ke sana jaraknya 45 km. Menkes: Relokasi itu masalah sensitif. Itu urusan Pemda bukan Pusat. La Sanusi: Dengan berjalannya Desa Siaga, diharapkan dapat meningkatkan UHH, menurunkan AKB dari 45 per 1.000 menjadi 26, menurunkan AKI dari 307 menjadi 226, dan sekaligus menurunkan angka prevalensi kurang gizi menjadi 20%, salah satu caranya adalah dengan distribusi bidan desa. Desa ada 14 dan itu terpencil, sementara bidan desa yang aktif hanya 2 orang.

Menkes: Itu seharusnya yang punya keinginan Bupati. Saya tidak boleh ngedrop kalau Bupatinya tidak meminta. Itu aturannya begitu. Kalau saya kasih, mereka bisa menolak. Anda harus menjadi jembatan. La Sanusi: Kebetulan Kadinkes sana menyelenggarakan D3 Kebidanan di Kab. Muna.

Menkes: Sampaikan ke Bupati Muna. Beritahukan kesulitan itu. Keputusan ada di tangan Bupati Anda. (*)

Bersumber Masyarakat).

Masyarakat wilayah Puskesmas Kampung Sawah telah menjalankan kegiatan Posyandu, GSI, Poskesdes dan untuk kegiatan BKB berjalan cukup baik. Masyarakat wilayah Puskesmas Kampung Sawah keseluruhan cukup berpartisipasi juga kader-kader cukup aktif.

Apalagi dengan kasus DBD cukup tinggi, meningkatkan partisipasi masyarakat cukup membantu untuk kegiatan penurunan angka penyakit DBD. Hampir semua Program Puskesmas lininya ada di Posyandu seperti pelayanan Gizi, KIA, KB, semua ada di Posyandu. Kalau dimaksimalkan Insya Allah target kinerja yang ditargetkan oleh Depkes bisa dicapai, mudah untuk menjalankan Program, karena dari masyarakat telah ada partisipasi yang maksimal. Masyarakatlah yang lebih banyak meningkatkan UKBM.

PHBS di wilayah Puskesmas Kampung Sawah telah berjalan cukup baik, setiap pertemuan dilakukan pengkajian PHBS yang telah berjalan di Sekolah.

Jamkesmas telah berjalan baik. Pendataan telah cukup baik, namun setiap sosialisasi menemukan kendala, karena wilayah Puskesmas Kampung Sawah berada diperbatasan, meminta rujukan ke DKI tapi secara teoritis ke RS Tangerang terlebih dulu kemudian ke DKI, namun Dinas Kesehatan mengizinkan, karena ada kegiatan lintas batas yang memperbolehkan dari daerah perbatasan dapat langsung merujuk pelayanan kesehatan ke RS Fatmawati, namun perlu 1. dr.Hj. Sri Andriani Ibrahim. Profesi

dokter Puskesmas Tamalale Kota Gorontalo. Propinsi Gorontalo lahir tahun 2000, terjadi perubahan besar dari kepemimpinan terdahulu.

Gorontalo sering banjir, ada tim khusus seluruh staf untuk bekerja sama menangani banjir. Program unggulan lain di wilayah Gorontalo yaitu :

- Promkes.

- Program perbaikan gizi perbaikan masyarakat seperti gizi buruk pada keluarga yang tidak mampu, alasan ekonomi dan juga social lain seperti pendidikan, pola makan, pola asuh, namun saat ini masih bisa teratasi.

- PHBS, JAMKESMAS telah berjalan baik.

2. drg.Khairati, Mkes. Profesi dokter Kepala Puskesmas Kampung Sawah Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang Propinsi Banten. Posisi Puskesmas Kampung Sawah berada di daerah perkotaan, partisipasi masyarakat cukup tinggi, sehingga menonjolkan kegiatan UKBM (Usaha Kesehatan

mengikuti ketentuan yang disepakati bersama.

Masalah Gizi Buruk di wilayah Puskesmas dalam penanganan menjadi kendala, karena factor social yang sulit, rata-rata keluarga yang mempunyai Balita Gizi Buruk biasanya banyak pendatang yang kontrak, Pemulung, bukan Penduduk asli. Keluarga dengan Balita Gizi Buruk agak sulit untuk ditindaklanjuti, karena telah pindah tempat tinggal, juga karena faktor ekonomi, pendidikan, sehingga ketidaktahuan pada pola asuh dan pola makan.

Pengalaman saat terpilih menjadi Nakes Teladan, waktu diadakan test di Kabupaten telah mendapatkan hasil untuk mewakili ke tingkat Propinsi. Pada penilaian tingkat Propinsi diadakan test tertulis, namun penilaian lebih kepada teori akademis bukan teori lapangan. Tim penilai tingkat Propinsi mengadakan penilaian ke lapangan, mewawancarai Bapak & Ibu Camat, Puskesmas, Poskesdes, Tokoh masyarakat dan Kader. Dalam penanganan kasus gizi buruk sampaikan, pada rakorcam, lintas batas.