• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mediakom Edisi 13 Agustus 2008 : B4M, Bincang-bincang dengan Bu Menteri, Bersih indah, Virus sharing - [ MAJALAH ]

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Mediakom Edisi 13 Agustus 2008 : B4M, Bincang-bincang dengan Bu Menteri, Bersih indah, Virus sharing - [ MAJALAH ]"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

EDISI XIII -

AGUSTUS 2008

Departemen Kesehatan RI

Info sehat Untuk Semua

Pendataan Penyakit

Hepatitis C Tahap II

Rp. 19.3 Triliyun

Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009

(2)

PENANGGUNG JAWAB

dr. Lily S. Sulistyowati, MM

PIMPINAN UMUM

Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS

PIMPINAN REDAKSI

drs. Sumardi

SEKRETARIS REDAKSI

Prawito, SKM, MM

ANGGOTA REDAKSI

Dra. Hikmandari A., M.Ed Drg. Anitasari S.M. Drg. Ria Purwanti, M.Kes

Busroni, S.IP Nursila Dewi, Psi, M,Sc

Mety Setiowati, SKM

REPORTER

Dra. Isti Ratnaningsih, MARS Resty Kiantini, SKM, M.Kes.

Sri Wahyuni, S.Sos Giri Inayah, S.Sos

FOTOGRAFER

Aji Muhawarman, ST Wayang Mas Jendra, S.Sn

SEKRETARIAT

Agus Tarsono Waspodo Purwanto

Sudirman Hambali Yan Zefrial

ALAMAT REDAKSI : Pusat Komunikasi Publik

Sekretariat Jenderal Departemen Kesehatan Telp./Fax : 021-522 3002, 52960661 Email : puskom.depkes@gmail.com

Dari Redaksi

Dari Redaksi

Redaksi MEDIAKOM menerima naskah dari pembaca dan berhak mengedit sesuai kaidah bahasa jurnalistik. Naskah yang tidak dimuat menjadi dokumen redaksi. Naskah dapat dikirimkan melalui email Pusat Komunikasi Publik di :

puskom.publik@yahoo.co.id atau puskom.depkes@gmail.com

AIR & RAKYAT MISKIN

A

ir, unsur kehidupan vital. Sebab tak ada air, berarti mati. Itulah mengapa kehidupan itu identik dengan air. Buktinya, komposisi tubuh kita lebih banyak air. Bumi yang kita huni, lautan lebih luas dari daratannya. Semua itu memastikan kompisisi air lebih banyak dan penting dari yang lainnya, karena seluruh mahluk hidup membutuhkan air. Bukan hanya untuk minum, mandi dan cuci. Tapi juga untuk menyejukan, mendinginkan, menumbuhkan dan melangsungkan kehidupan dan ribuan manfaat lainnya.

Kini, air yang besar manfaatnya itu menipis, bahkan disebagian tempat langka, khususnya air bersih. Manusia telah mencemari dengan berbagai alasan. Mulai dari alasan ekonomi seperti di Bangka Belitung. Air bersih telah menjadi barang mahal, karena telah rusak, akibat berbagai kepentingan. Jakarta, Bekasi, Tangerang dan masih banyak wilayah lain air sungainya telah berubah menjadi hitam, tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga, padahal digunakan sebagai bahan baku air bersih.

Ketika air telah tercemar, akan menambah panjang derita manusia. Sebab air tersebut akan menjadi sumber berbagai penyakit; seperti penyakit diare, kulit, dll. Sehingga suatu saat wabah penyakit tinggal menunggu waktu. Celakanya, rakyat miskinlah yang paling terkena dampaknya. Mereka tak sanggup membeli air bersih, apalagi berlangganan air PAM. Akhirnya air kolam dan sungai yang tercemar itu yang digunakan untuk kebutuhan masak, mandi dan cuci. Inilah masalah kesehatan yang tak kunjung selesai, bahkan bertambah panjang jalan ceritanya. Sekalipun berbagai upaya telah dilakukan pemerintah, tapi belum dapat tuntas pencegahannya. Masih membutuhkan banyak cara, waktu dan dana untuk mencegahnya.

(3)

Pengantar Redaksi :

Suara Pembaca dan Daftar Isi ... 2-3

Laporan Utama :

1. Rp. 19.3 Triliyun Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009...

4-7

2. Pembagian Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II ... 8-10 3. Pembagian Virus Flu Burung RI - AS Sepakati Mekanisme Baru ...

11-12

4. Kunjungan Menkes ke Provinsi Gorontalo Tingkatkan Tarap Hidup masyarakat ..13-15 5

.

Save Papua Untuk Melindungi Rakyat Papua

Dari Ancaman Kematian Ibu Dan Hiv/aids ... 16 5. Menkes Prioritaskan Tingkat Kesehatan Masyarakat Papua ...

17-19

6. Kami Berbakti Untuk Jamkemas ...

18-22

Berita :

1. Pemuda Siaga Peduli Bencana ( Da S I Pena ) ...

23-24

2. Dokter Bersepakat Layani Jemaah Haji Indonesia ...

25-28

3. Depkes Pilih 129 Tenaga Kerja Kesehatan Tingkat Nasional ... 29-30 4

.

Dialog Menkes-Tenaga Kesehatan Teladan ...

31-33

5. Apa Kita Nakes Teladan ... 34-36 6. PKD Kunci Kesehatan Bagi Semua ...

37-39

7. 125 Juta Penduduk Indonesia Beresiko Tertular Filariasis ... 44-43 8

.

B4M Dan Harap-harap Cemas ...

48

9. B4M Menyapa Pemirsa ...

49

Ragam :

1. Target Sumsel: 2009 Seluruh Desa Jadi Desa Siaga Buku

”Saatnya Dunia Berubah” Disambut Antusias ...

46-49

2. Merancang Aksi Panggung Kotawaringin Timur

Dengan Perspektif kesehatan ... 50-53

Pelita Hati :

3. Iklas ... 54-55

Kolom :

(4)

P

enyejuk udara gedung DPR/MPR seakan tak sanggup mendinginkan Presiden SBY. Butiran keringat tampak membasahi dahi sang Presiden. Beberapa kali ia harus menyeka keringat dan meneguk air putih yang telah disediakan.

Sebagaimana kegiatan serupa tahun-tahun sebelumnya, hadir Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota DPR, Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota Lembaga-lembaga Negara, para Menteri Kabinet Indonesia Bersatu, Duta Besar Negara Sahabat, dan tamu undangan. Juga para teladan dari berbagai bidang termasuk Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat Nasional 2008.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan, tahun ini adalah tahun yang sulit dan sarat dengan tantangan. Harga minyak mencapai titik tertinggi dalam sejarah, harga pangan di berbagai penjuru dunia pun melonjak tajam. Akibatnya, ekonomi dunia terancam resesi. Bank Dunia memprediksi bahwa situasi energi dan pangan ini berpotensi memicu krisis social, ekonomi dan politik di 33 negara, dan mengakibatkan 100 juta orang di seluruh dunia kembali jatuh dibawah garis kemiskinan, ujar Presiden SBY. Di tengah tekanan eksternal yang bertubi-tubi, pemerintahan SBY berhasil menekan tingkat pengangguran terbuka dari 10,5 persen pada Februari 2006, menjadi 8,5 persen pada Februari 2008. Begitu pula, tingkat kemiskinan, mengalami penurunan dari 17,7 persen pada tahun 2006 menjadi 15,4 persen pada Maret 2008. Angka kemiskinan tahun 2008 ini, adalah angka kemiskinan terendah, baik besaran maupun prosentasenya, selama 10 tahun terakhir. Tren penurunan angka kemiskinan ini juga terjadi, walaupun

Rp 19,3 Trilyun

Alokasi Anggaran Kesehatan Tahun 2009

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyampaikan pidato RAPBN 2009

(5)

kita menggunakan criteria angka kemiskinan dari Bank Dunia.

Pemerintahan SBY juga dapat menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi diatas 6% selama tujuh triwulan berturut-turut. Bahkan produk domestik bruto non-migas tumbuh mendekati 7% pada tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi meningkat dari 5,5% pada 2006 menjadi 6,3% pada 2007.

Tingkat pertumbuhan ini dicapai ditengah tekanan melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia dan melonjaknya harga pangan dan energi,” kata SBY. Pada semester I 2008, pemerintah tetap bisa menjaga momentum perekonomian dengan tingkat pertumbuhan mencapai 6,4%. Ini merupakan laju pertumbuhan tertinggi setelah krisis ekonomi pada 1998.

Dengan serangkaian reformasi ekonomi, seperti perbaikan iklim investasi dan amandemen Undang-Undang Perpajakan , SBY yakin, momentum ini akan terus berlanjut. “Insya Allah dalam waktu dekat, laju pertumbuhan ekonomi kita akan kembali pada prestasi yang pernah kita alami selama 30 tahun sebelum krisis ekonomi,” ia menambahkan.

Tiga Prioritas

Kegembiraan itu makin menjadi-jadi lantaran dalam hal pangan, Indonesia relatif lebih baik dibandingkan dengan banyak negara lain. SBY bahkan melaporkan, pada tahun ini Indonesia bakal berswasembada beras. “Ini adalah untuk pertama kalinya sejak masa orde baru, produksi beras nasional lebih tinggi daripada konsumsi beras kita,” katanya. Demikian pula dari sisi harga, beras di dalam negeri lebih murah ketimbang harga internasional.

Percepatan pembangunan ekonomi memberikan dampak positif, baik pada percepatan penurunan tingkat pengangguran terbuka maupun angka kemiskinan. Tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2006 mencapai 10,5% dan pada Februari 2008 turun menjadi 8,5%. Tingkat kemiskinan yang menggunakan kriteria Bank Dunia menurun 17,7% (2006) menjadi 15,4% pada Maret 2008. Angka ini terendah, baik besaran maupun persentasenya, selama 10 tahun terakhir.

Terasa ada ketegangan yang menyelimuti ruangan Sidang DPR/ MPR ketika SBY menyampaikan Nota Keuangan dan Rancangan Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2009. Semua anggota Dewan, jajaran Menteri Kabinet Indonesia Bersatu dan para tamu undangan menyimak dengan serius.

“Kalau presidennya berkeringat begini, berarti serius,” kata SBY mencairkan suasana. Ia pun berhasil, kesunyian ruang rapat paripurna Senayan “meledak” seketika. Hadirin

tertawa riuh.

Gurauan itu dilontarkan sesaat setelah Presiden SBY mengucapkan sebuah janji besar “alokasi anggaran pendidikan tahun depan menjadi 20 persen dari total anggaran“. Pemerintah terus melanjutkan tekadnya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tantangan ke depan masih sangat besar. ”Untuk itu, sebagai rangkaian pembangunan jangka menengah 2004-2009, pemerintah telah menetapkan tema pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009, yaitu”Peningkatan Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan,” ujar Presiden.

Tema itu, diterjemahkan ke dalam tiga prioritas pembangunan nasional. Pertama, peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan pedesaan. Kedua, percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energi. Ketiga, peningkatan upaya anti korupsi,

(6)

reformasi birokrasi, pemantapan demokrasi, pertahanan keamanan dalam negeri.

Dengan prioritas itu, papar Presiden. kebijakan alokasi anggaran belanja pemerintah pusat pada tahun 2009 diarahkan untuk mendukung kegiatan ekonomi nasional dalam memacu pertumbuhan (pro growth), menciptakan dan memperluas lapangan pekerjaan (pro job), serta mengurangi kemiskinan (pro poor). Dalam tahun anggaran 2009 Pemerintah bertekad untuk memenuhi amanat konstitusi dalam pengalokasian anggaran pendidikan sebesar 20 persen, meskipun dalam kondisi anggaran yang masih sangat terbatas. Dalam rangka memenuhi Keputusan Mahkamah Konstitusi tanggal 13 Agustus 2008, tentang alokasi dana pendidikan, maka postur RAPBN 2009 dilakukan perubahan dan pemutakhiran. Anggaran pendidikan meningkat hampir dua kali lipat dari Rp78,5 trilyun pada 2005 menjadi Rp.154,2 trilyun pada 2008. Tahun 2009, pemerintah memenuhi anggaran pendidikan 20% dari APBN, sebagaimana diamanatkan konstitusi.

SBY mengaku prihatin lantaran masih ada keluarga Indonesia yang tidak mampu menyekolahkan anaknya. Untuk mengatasi masalah ini, kata SBY, pemerintah memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada keluarga miskin. BLT bersyarat ini, dikenal juga sebagai Program Keluarga Harapan (PKH), dilaksanakan di 73 kabupaten/kota. Ke depan, program ini diperluas karena berpotensi memutus mata rantai kemiskinan antargenerasi. Selain PKH, pemerintah menyediakan beasiswa untuk lebih

dari satu juta siswa SD/MI, lebih dari 600.000 siswa SMP/MTs, 900.000 siswa SMA/SMK/MA, dan lebih dari 200.000 mahasiswa. “Sebagian besar siswa dan meahasiswa tersebut berasal dari keluarga tidak mampu,” ujarnya. Pemerintah juga terus memperhatikan perbaikan kesejahteraan dan kualitas kompetensi guru, antara lain dengan menaikan gaji mereka. Pada 2004, penghasilan guru golongan terendah Rp 842,6 ribu per bulan, dan pada 2008 mencapai Rp1,854 juta.

Di bidang kesehatan, anggaran fungsi kesehatan pun meningkat tajam, hampir tiga kali lipat dari Rp 5,8 trilyun pada 2005 menjadi sekitar Rp 16 trilyun pada 2008. Sebagian besar tambahan anggaran itu dipakai untuk menggulirkan pelayanan kesehatan di Puskesmas, Posyandu, atau Program Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin dan Kurang Mampu (Jamkesmas).

Program Jamkesmas melayani 76,4 juta jiwa. Untuk lebih meningkatkan keterjangkauan masyarakat

terhadap obat, Pemerintah juga menurunkan harga obat generik secara subsstansial, terus menerus dari tahun ke tahun agar harga obat terjangkau oleh masyarakat.

Pemerintah juga melakukan revitalisasi program Keluarga Berencana (KB) yang sempat terbengkalai setelah krisis yang lalu. Selama tiga tahun terakhir, sudah terlihat pencapaian positif program KB. Dari 4,2 juta peserta KB baru pada tahun 2005, menjadi 5,7 juta peserta pada tahun 2007. ”Program KB harus terus kita giatkan dan kita tingkatkan, untuk menjaga agar kecenderungan laju pertumbuhan penduduk semakin rendah,” kata Presiden.

Dalam rangka memperbaiki kinerja birokrasi dan peningkatan kualitas pelayanan publik, dalam RAPBN 2009 Pemerintah mengalokasikan anggaran belanja pegawai sebesar Rp 143,8 triliun atau naik sekitar Rp 20,2 triliun (16,4 persen) dari perkiraan tahun 2008. Kenaikan anggaran tersebut antara lain, untuk memperbaiki penghasilan aparatur negara dan pensiunan

(7)

LAPORAN UTAMA

melalui kenaikan gaji pokok dan pensiun pokok rata-rata 15 persen, pemberian gaji dan pensiun bulan ke 13 serta perbaikan sistem pembayaran pensiun.

Menurut Presiden, selama empat tahun masa pemerintahan, pendapatan PNS golongan terendah telah ditingkatkan 2,5 kali dari Rp 674 ribu per bulan pada tahun 2004 menjadi Rp 1,721 juta pada tahun 2009. Sedangkan tambahan alokasi anggaran pendidikan sebesar Rp 46,1 triliun yang diusulkan untuk memenuhi amanat konstitusi, digunakan antara lain untuk meningkatkan penghasilan guru dan peneliti. Dengan demikian pendapatan guru golongan terendah dapat dinaikkan di atas Rp 2 juta.

RAPBN 2009

Setelah menyampaikan berbagai keberhasilan itu, SBY menyampaikan RAPBN 2009. Pendapatan negara dan hibah direncanakan sebesar

Rp 1.022 trilyun, meningkat 127,6 trilyun (14,3%) dibandingkan dengan APBN perubahan 2008. Belanja negara mencapai 1.122 trilyun atau naik Rp.132,7 trilyun (13,4%) dibandingkan dengan APBN-P 2008. Dengan besaran itu, kata SBY, “Maka, untuk pertama kali sejak Indonesia merdeka, pendapatan negara serta belanja negara dapat mencapai angka diatas Rp 1.000 trilyun.” Berdasarkan prioritas RKP 2009 dan mempertimbangkan tugas pokok dan fungsi Kementerian Negara/ Lembaga dalam RAPBN tahun 2009, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) direncanakan memperoleh anggaran Rp 52,0 triliun. Alokasi ini belum mencakup tambahan anggaran pendidikan sebesar Rp 46,1 yang akan diusulkan pada Nota Keuangan Tambahan. Departemen Pekerjaan Umum Rp 35, 7 triliun, Departemen Pertahanan Rp 35 triliun, Kepolisian Negara RI Rp 25,7 triliun, Departemen Agama Rp

20,7 triliun, Departemen Kesehatan 19,3 triliun, dan Departemen Perhubungan Rp 16,1 triliun.

Andreas H. Pareira, anggota DPR dari PDI Perjuangan, menilai pidato kenegeraan presiden SBY itu dimanfaatkan sebagai ajang kampanye. “SBY memanfaatkan pidato kenegaraan untuk kampanye, bukan menyampaikan pertanggungjawaban sebagai eksekutif,” katanya. “Mestinya presiden menyampaikan keberhasilan, ketidakberhasilan, dan tantangan pembangunan secara berimbang.”

(8)
(9)

Strategi Nasional Hepatitis C, yaitu memasukkan penyakit hepatitis dalam daftar penyakit yang wajib dilaporkan.

Pencegahan, pengobatan dan surveilans merupakan 3 kunci utama dalam strategi penanganan hepatitis C. “Kita harus terus melakukan peningkatan dalam ketiga area tersebut apabila kita

ingin mengurangi penyebaran hepatitis C, mengurangi beban yang terkait dengan penyakit ini dan meningkatkan pemahaman kita tentang virus dan faktor-faktor resikonya di negara kita,” tegas dr. Indriono Tantoro dalam acara peluncuran Program Tahap II pndataan Hepatitic C, di Jakarta (11/9).

S

etelah sukses dengan p r o g r a m p e n d a t a a n penyakit Hepatitis C Tahap I di 11 propinsi bulan Oktober 2007, kini kembali dilaksanakan program Tahap II yang melibatkan 10 propinsi di Indonesia. Program Tahap II ini berlangsung mulai tanggal 1 Oktober 2008 - 31 Maret 2009 meliputi propinsi Kepulauan Riau, Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sumatera Barat, Banten, DI Yogyakarta, dan NTB.

Sebelumnya, program Tahap I dilaksanakan di Propinsi DKI Jakarta, Sumatera Utara (Medan), Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bandung), Jawa Tengah (Semarang), Jawa Timur (Surabaya), Sulawesi Selatan (Makasar), Sulawesi Utara (Manado), Bali (Denpasar) dan Kalimantan Barat (Pontianak) serta Papua (Jayapura).

Pada Tahap I, tingkat partisipasi dari unit-unit yang terlibat pelaporan sangat tinggi (96%), melampaui target yang biasa ditentukan untuk ukuran keberhasilan pelaksanaan program (80%). Keberhasilan pelaksanaan Tahap I ini menegaskan komitmen pemerintah Indonesia u n t u k m e n g u r a n g i t i n g k a t penyebaran dan masalah sosial yang disebabkan oleh penyakit menular baik bagi orang yang terinfeksi Hepatitis C maupun orang lain di sekitarnya.

Tahun 2006, Indonesia menjadi yang terdepan di tingkat regional dalam strategi penanganan hepatitis C dengan mengembangkan

DILUNCURKAN

Program Pendataan Penyakit Hepatitis C Tahap II

Data WHO menyebutkan sekitar 7 juta orang Indonesia diduga

mengidap virus hepatitis C dan diperkirakan terdapat ribuan

infeksi baru muncul setiap tahunnya. Sekitar 90% dari orang

yang mengidap hepatitis C tidak sadar bahwa dirinya telah

terinfeksi sampai gejala-gejalanya muncul bertahun-tahun

kemudian.

Dengan adanya terobosan terbaru dalam penatalaksanaan

hepatitis C saat ini, terbukti telah meningkatkan kesempatan

pasien untuk sembuh. Bahkan saat ini dalam 3 bulan terapi,

sudah dapat memprediksi pencapaian kesembuhan pasien

dengan memeriksa HCV RNA (early virological response).

(10)

Dr. I ndr iono mengingatk an pentingnya peran komunitas medis dalam memonitor dan melaporkan penyakit hepatitis C. Siapa saja yang terlibat dalam sistem pelaporan harus berperan secara aktif untuk memastikan bahwa setiap kasus dilaporkan tepat waktu dan dengan data yang berkualitas.

”Kita yang terlibat dalam sistem layanan kesehatan, bertanggung jawab atas kelancaran pelaksanaan program ini. Paramedis dan dokter harus benar-benar paham mengenai penyakit ini dan secara proaktif merekomendasikan para pasien yang berisiko untuk menjalani tes dan mendapatkan pengobatan yang tepat guna,” lanjutnya.

Program Pendataan Penyakit H e p a t i t i s C d a l a m r a n g k a Pengembangan Sistem Surveilans di Indonesia merupakan program kemitraan pemerintah swasta yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen PP & PL) Depkes dan PT. Roche Indonesia.

Presiden Direktur PT. R oche Dr. Ait_Allah Mejri, kembali menegask an komitmen PT. Roche dalam mencapai tujuan bersama meningkatkan kesehatan

Penyakit Hepatitis C merupakan masalah kesehatan masyarakat

dunia yang amat serius dan menjadi wabah global. Penyakit ini

dapat ditularkan melalui kontak dengan darah seseorang yang

telah terinfeksi.

“Beberapa cara yang memungkinkan orang terinfeksi yaitu

transfusi darah, pemakaian berulang-ulang jarum atau alat medis

yang tidak steril, saling tukar suntikan oleh pengguna narkoba,

tindik dan tato dengan peralatan yang tidak steril,” Selain itu,

penularan dapat secara seksual dan perinatal dapat pula terjadi

namun jarang. Sedangkan risiko tular ibu ke anak relatif rendah,

hanya 5 %. Virus Hepatitis C ini tidak ditularkan melalui bersin,

memeluk, batuk, makanan, air, dan menggunakan peralatan

makanan atau kontak biasa. Cara pencegahan agar tidak terinfeksi

virus hepatitis C ini, antara lain dengan memastikan bahwa telah

melakukan tindakan pencegahan yang standar pada penggunaan

jarum suntik.

masyarakat Indonesia. “Program ini merupakan suatu kerangka koordinasi yang terintegrasi untuk mengatasi hepatitis C di Indonesia,” jelasnya.

Program ini bertujuan untuk m e n d a p a t k a n g a m b a r a n epidemiologi dan permasalahan penyakit hepatitis C melalui pelaporan dari unit-unit yang terlibat. Selanjutnyam laporan ini akan menjadi salah satu dasar pembentukanmkebijakan pengendalian penyakir hepatitis C di Indonesia di tingkat Pusat. Oleh sebab itu partisipasi aktif, kerjasama

yang baik serta kedisiplinan, baik dari setiap unit pelapor maupun pihak terkait lainnya dalam mengirimkan data secara akurat dan tepat waktu, yaitu antara tanggal 1 – 10 setiap bulannya sangat diharapkan.

Selain itu, program ini juga berperan untuk meningkatkan partisipasi Pemerintah Daerah baik di tingkat propinsi, kabupaten, dan kotamadya dalam upaya pencegahan penularan penyakit hepatitis C sekaligus melanjutkan keberlangsungan p r o g r a m . M e l i h a t b e g i t u pentingnya tujuan program ini untuk peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, m a k a d i h a r a p k a n s e t i a p Pemerintah Daerah yang terlibat dapat memberikan perhatian khusus terhadap kelancaran pelaksanaannya.

“Kami yakin, dengan dukungan politik yang kuat dan SDM yang berkualitas, program ini akan berjalan dengan baik.” ujar Presiden Direktur PT.Roche Indonesia, Dr. Ait Allah Mejri. Program yang akan didanai oleh Roche selama setahun mendatang merupakan bentuk tanggung jawab sosial PT. Roche Indonesia (Corporate Social Responsibility = CSR) kepada masyarakat. (gi)

(11)

RI - AS Sepakati Mekanisme Baru

Virus Sharing

M

e n t e r i K e s e h a t a n S i t i Fa d i l a h S u p a r i menyambut baik hasil perundingan yang berlangsung pada Sabtu (26/7) dan Minggu(27/7) lalu. Dalam perundingan itu, pemerintah Australia menjadi mediator kedua belah pihak. Menkes mengatakan perundingan yang berlangsung di Hotel Marriott Sydney itu berjalan lancar dan kondusif sehingga memunculkan optimisme pada lahirnya mekanisme baru WHO yang akan dideklarasikan November ini. “Mudah-mudahan untuk ke depan, WHO bisa benar-benar menjadi organisasi global yang melindungi umat manusia dari bencana kesehatan,” ujar Menkes. Sementara itu, Mantan Wakil Tetap RI untuk PBB Jenewa, yang juga penasIhat khusus Departemen Kesehatan, Makarim Wibisono, dalam pertemuan itu mengatakan kedua pihak mencapai banyak kemajuan yang akan memengaruhi

kesepakatan dalam pertemuan antar pemerintah (Inter Governmental Meeting) di Jenewa November 2008.

Dalam perundingan dengan delegasi AS yang dipimpin William Steiger itu, Indonesia memasukkan dua prinsip baru dalam sistem pembagian sampel virus WHO yang ingin dibangun. Kedua prinsip tersebut adalah WHO influenza network dan proir informed consent.

Dengan demikian, jelas Willian, diharapkan lahir satu sistem baru yang adil, transparan dan setara di WHO sehingga semua pihak menjadi bagian sistem dengan perlakuan setara. “Terwujudnya sistem baru yang berkadilan itu akan menjadi peristiwa bersejarah dalam kerja sama internasional yang berhasil memasukkan kepentingan negara-negara berkembang,” kata William. Konsul Jenderal RI di Sydney S u d a r y o m o H a r t o s u d a r m o m e n a m b a h k a n , s u a s a n a perundingan dua hari itu sangat positif, akomodatif, dan kooperatif sehingga memunculkan optimisme pada tercapainya kesepakatan tentang sistem dan mekanisme baru viru s sharing dan benefit sharing yang berkeadilan di WHO.

“Kita menyampaikan terima kasih kepada pemerintah Australia yang telah memfasilitasi perundingan ini,” kata Sudaryomo. Terkait dengan isu tersebut, pertemuan menteri kesehatan negara-negara anggota Gerakan Non Blok kesatu dalam sidang World Health Assembly (WHA) ke-61 Mei lalu juga mendukung usul deklarasi Responsible Virus Sharing And Benefits Sharing yang diajukan Indonesia.

Sebelumnya, Indonesia pernah m e n g h e n t i k a n p e n g i r i m a n sampel virus flu burung (H5N1) strain Indonesia karena WHO

membolehkan pihak mana pun mengakses sampel virus tersebut tanpa perlu meminta izin negara pemilik virus. Beberapa pihak bahkan menggunakannya untuk kepentingan komersial tanpa memberi manfaat apa pun bagi Indonesia.

Konferensi Regional

D i te m p at te r p i s a h , M e nte r i Koordinator Kesejahteraan Rakyat Aburizal Bakrie membuka konferensi regional tentang Revitalisasi Pelayanan Kesehatan Dasar/PKD (Revitalizing Primary Health Care/ PHC) tingkat Asia Tenggara, di Jakarta (6/8). Konferensi yang berlangsung selama 2 hari ini dihadiri 200 peserta dari 11 negara anggota wilayah SEARO (Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Democratic People Republic of Korea, India, Maldives, Myanmar, Nepal, Sri Lanka, Thailand and Timor Leste) termasuk LSM dari masing-masing negara, pejabat dari sektor terkait, serta 25 anggota South-East Asia Public Health Education Institutions Network (SEAPHEIN). Hadir pula perwakilan Badan-badan PBB seperti UNICEF, UNDP, World Bank dan donor bilateral (AusAID, GTZ, JICA, USAID, dll).

Menkes Siti Fadilah Supari dalam s a m b u t a n n y a m e n y a t a k a n , Indonesia telah melaksanakan upaya PKD sebelum Deklarasi Alma Ata dicetuskan di Rusia tahun 1978 melalui Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Program PKMD merupakan kerja sama lintas sektor yang melibatkan Departemen Kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Departemen Pendidikan, dan Pemerintah Daerah.

Menurut Menkes, berkaitan dengan Deklarasi Alma Ata, Indonesia telah membuat Pos Pelayanan Terpadu

Perundingan dua hari antara delegasi Indonesia dan Amerika Serikat (AS) di Sydney, Australia, membuka jalan

bagi terwujudnya mekanisme baru pembagian sampel virus dan manfaatnya (virus and benefit sharing). Sebuah

momentum bersejarah yang menandai hubungan yang lebih adil, transparan, dan setara negara-negara

anggota Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

(12)

(Posyandu) yang telah dikenal baik di dunia internasional. Posyandu memberdayakan empat prinsip PKD yaitu partisipasi masyarakat, kolaborasi multisektor, penggunaan teknologi yang tepat, serta cakupan yang luas.

Rata-rata tiap desa di Indonesia, jelas Menkes, memiliki lima Posyandu termasuk di pelosok daerah. Menkes memandang, tema Revitalisasi PKD sangat relevan dengan tantangan pembangunan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan MDG. Sampai tahun 1998, jelas Siti Fadilah, Posyandu telah berkontribusi secara signifikan dalam peningkatan akses dan cakupan pelayanan kesehatan. Proses desentralisasi pada 2000 telah menempatkan suatu tantangan tersendiri dalam PKD di Indonesia dan revitalisasi Posyandu dilakukan tahun 2001. “Kami menikmati hasil baik dari Posyandu. Sejak dulu kita sudah punya Puskesmas dan di tiap desa ada lima Posyandu. Sekarang ini kita juga punya yang lebih primer lagi, Desa Siaga,” katanya.

Puskesmas, Posyandu dan Desa Siaga, menurut Menkes, merupakan perwujudan dari empat prinsip pendekatan pelayanan kesehatan dasar yakni partisipasi masyarakat, kolaborasi lintas sektor, pendayagunaan teknologi dan bercakupan luas.

Lebih lanjut ia menjelaskan pula bahwa untuk mengoptimalkan fungsi Puskesmas dan Posyandu yang sempat melemah pasca-desentralisasi, pemerintah sudah melakukan revitalisasi. “Proses revitalisasi sedang berjalan. Kita akan mengubah konsep Puskesmas yang lama. Puskesmas tidak lagi difokuskan untuk kegiatan lapangan, tapi untuk kuratif juga karena masyarakat butuh pelayanan kuratif,” katanya.

Ia menambahkan, pembentukan Desa Siaga pun masih berjalan. Saat ini sudah ada 34.703 Desa Siaga–desa yang memiliki satu Pos Kesehatan Desa dengan satu tenaga kesehatan dan dua kader kesehatan–di seluruh Indonesia.

Menteri Kesehatan mengatakan, pada prinsipnya, desa yang sudah bisa menjadi Desa Siaga akan mampu

mendeteksi masalah kesehatan di wilayahnya serta melakukan tindakan-tindakan yang dianggap perlu untuk menanganinya.

Pada 2005, Departemen Kesehatan telah meluncurkan program pemberdayaan masyarakat yang disebut Desa Siaga. Desa Siaga adalah desa yang siaga akan berbagai masalah kesehatan, termasuk wabah penyakit di suatu desa dan wilayah terpencil lainnya. “Dengan mengimplementasikan Desa Siaga, kami siap mencapai suatu komunitas yang mampu menolong komunitasnya sendiri dalam menangani masalah kesehatan. Skema ini adalah suatu bagian dari Strategi Utama Depkes yaitu Memberdayakan Masyarakat untuk Hidup Sehat”, papar Menkes. Menkes menambahkan, ada empat prinsip dasar Desa Siaga. Pertama, Desa Siaga adalah “tempat pertemuan” antara pelayanan kesehatan dan program kesehatan yang diselenggarakan pemerintah dan partisipasi masyarakat. Kedua, Desa Siaga memiliki konsep kesiapsiagaan dan kewaspadaan. Oleh karena itu untuk membuat suatu masyarakat yang siaga terhadap masalah kesehatan, harus ada informasi yang akurat dan cepat di masyarakat itu. Ketiga, respon yang cepat. Ketika ada suatu masalah kesehatan, komunitas setempat akan segera mengambil langkah yang diperlukan, jika langkah tidak cukup maka pelayanan kesehatan formal akan diinformasikan. Keempat, Desa Siaga adalah “kendaraan” bagi komunitas dan sistem kesehatan di sana untuk menjalankan program dan aktifitas setempat.

Untuk menjalankan empat prinsip di atas, menurut Siti Fadilah, Desa Siaga memerlukan elemen penting yaitu pendirian Pos Kesehatan D e s a , p e n e m p a t a n t e n a g a kesehatan, partisipasi masyarakat, dan peran aktif kader Desa Siaga. Pendekatan ini meningkatkan akses kepada masyarakat dalam menyediakan pelayanan kesehatan dan meningkatkan sistem rujukan kesehatan masyarak at dan pengobatan.

Pada 30 tahun lalu di Alma Ata, negara anggota yang setuju

mengadopsi PKD sebagai sebuah pendekatan dalam pembangunan kesehatan yang bertujuan Sehat Untuk Semua (Health For All) di tahun 2000. Konferensi Internasional ini melahirkan Deklarasi Alma-Ata yang menjadi acuan pembangunan kesehatan masyarakat. Deklarasi ini dipicu oleh ketimpangan status kesehatan antara berbagai daerah di suatu negara, serta antar negara. Mengingat pentingnya kesehatan bagi pembangunan sosial dan ekonomi, deklarasi ini menetapkan PHC atau sebagai pendekatan kunci untuk mencapai Kesehatan Bagi Semua.

(13)

A

traksi drum band anak di sela turunnya hujan rintik-rintik, menyambut kedatangan Menteri Kesehatan RI Dr dr Siti Fadilah Supari, Sp JP (K) di Desa Sehat Huidu, Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo, 12 Agustus 2008.

Kegiatan pada hari kedua kunjungan kerja Menkes ke Provinsi Gorontalo itu, diawali dengan penjelasan Bupati Gorontalo David Bobihoe Akib. Ia menyampaikan berbagai program yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Gorontalo di bidang kesehatan, di antaranya Program Desa Sehat Berbasis Dasa Wisma, sebagai bagian dari program mensukseskan gerakan Indonesia Sehat 2010.

M e n k e s d a l a m a r a h a n n y a menegaskan sangat menghargai segala upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Menurut Menkes hal itu merupakan suatu inovasi dan terobosan yang sangat baik dan perlu untuk dikembangkan. “Memang selaku pemerintah sangat dituntut untuk senantiasa melakukan terobosan dan inovasi karena muaranya adalah untuk meningkatkan taraf hidup bagi masyarakat yang dipimpinnya sebagai wujud pengabdian,” jelas Menkes.

Inovasi dan terobosan itu penting, karena persoalan dan tantangan yang dihadapi amat beragam dan dari waktu ke waktu terus berkembang. Program Desa Sehat di desa Huidu dan desa-desa lain

di Gorontalo menurut Menkes merupakan salah satu wujud inovasi dalam rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat desa.

Pada kesempatan itu Menkes Siti Fadilah Supari berdialog dengan masyarakat setempat, utamanya para ibu. Menkes mengharapkan kepada kaum perempuan yang ada di desa itu untuk senantiasa menjaga desanya masing-masing agar terhindar dari masuknya berbagai macam penyakit menular. Menkes juga berpesan agar masyarakat Desa Sehat Huidu senantiasa menjaga kesehatan mulai dari bayi, anak-anak, hingga orang dewasa, dan wanti-wanti agar jangan sampai ada ibu yang melahirkan tanpa dibantu oleh bidan.

“Pemerintah Dituntut Inovatif untuk

Tingkatkan Taraf Hidup Masyarakat”

Menkes, DR. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K) dan rombongan tiba di Bandara Jalaluddin Gorontalo, disambut Wakil Gubernur Gorontalo danKadinkes Provinsi Gorontalo

Tiga hari kunjungan Menkes ke Provinsi Gorontalo diisi dengan berbagai kegiatan

yang cukup padat. Di Universitas Negeri Gorontalo, Menkes memaparkan perjuangan

menegakkan keadilan dan kesetaraan dalam relasi antarbangsa di bidang kesehatan.

Selesai meninjau Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) di Desa Huidu, Menkes berkunjung ke Rumah Sakit Aloei Saboe, Kota Gorontalo, didampingi Gubernur Dr Ir Fadel Muhammad. Rombongan disambut Walikota Gorontalo Adhan Dambea dan Kepala Rumah Sakit Aloei Saboe, dr Nurindah Rahim. Pada kesempatan itu Menkes meninjau salah satu gedung perawatan, tepatnya Ruang G-1 Kebidanan. Menkes juga berdialog langsung dengan beberapa pasien yang sedang dalam perawatan.

(14)

kurangnya tenaga medis di RS Aloei Saboe. “Hambatan yang kami hadapi adalah kurangnya tenaga dokter spesialis,” ungkap Nurindah.

Menkes menyanggupi untuk membantu memecahkan masalah itu dengan menyediakan dokter spesialis yang diperlukan. “Yang pasti rumah sakit ini sudah cukup baik, sehingga pelayanan harus lebih ditingkatkan. Untuk tenaga dokter spesialis, kami siap membantu,” tegas Menkes.

Menkes juga berkunjung ke Rumah Sakit Umum MM Dunda. Di hadapan Menkes, Direktur Rumah sakit Umum MM Dunda dr. Zein Suweleh, Sp.THT menyampaikan konsep pengembangan rumah sakit, di antaranya pengembangan Mall Limboto sebagai perluasan rumah sakit.

Menkes menyatakan dukungannya atas rencana tersebut. Menkes menyarankan, hendaknya ada kerjasama antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk pembangunan gedung, sementara Depkes akan memberikan bantuan berupa peralatan penunjang medis. Sebagai awal, akan diberikan bantuan alat medis untuk Unit Gawat Darurat (UGD). “Segera buat pengajuan proposal, kami akan segera tindak lanjuti,” tegas Menkes. Rumah Sakit Umum MM Dunda merupakan tempat terakhir dari serangkaian acara kunjungan kerja Menkes di Provinsi Gorontalo. Kunjungan berlangsung selama tiga hari, 11 hingga 13 Agustus 2008.

Bedah Buku

Pa d a h a r i p e r t a m a , M e n t e r i Kesehatan Dr dr Siti Fadilah Supari, Sp JP (K), membuka Workshop dan Training Pendirian Desa Siaga yang berlangsung di Universitas Negeri Gorontalo (UNG), sekaligus menjadi pembicara pada bedah buku karya Menkes,“Saatnya Dunia Berubah, In the Spirit of Dignity, Transparency, and Equity”.

Pada bedah buku ini, Menkes kembali menegaskan pentingnya

menegakkan keadilan, ketran-sparanan, dan kesetaraan dalam relasi antar bangsa. “Apa yang telah kita perjuangkan di forum Sidang WHA (World Health Assembly) Jenewa, telah berhasil mereformasi WHO dalam mekanisme virus sharing yang kolonialistik dan kapitalistik menjadi mekanisme yang adil, transparan, dan setara. Hal ini pantas menjadi catatan sejarah, sehingga mendorong saya untuk menuliskannya dalam bentuk buku agar menjadi pelajaran penting bagi kita dan generasi mendatang,” tegas Menkes.

Menurut Menkes, ia melakukan tindakan itu secara sadar. Patokannya adalah Undang-Undang RI No. 37 tahun 1999 Tentang Hubungan Luar Negeri sebagai payung hukum. Perjuangan panjang yang melelahkan diteruskan melalui forum diplomasi sejak Januari 2007, dan akhirnya membuahkan hasil pada Inter-Govermental Meeting (IDM) tanggal 20 November 2007. Interim Statement pada sidang IGM tersebut adalah:

1. Mengakui bahwa mkanisme virus sharing yang berlaku selama ini adalah tidak adil, tidak transparan

Menkes, Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K), memberikan bantuan secara simbolis kepada salah satu penerima bantuan

(15)

dan tidak setara.

2. Akan membuat mekanisme baru yang adil, transparan dan setara. 3. Akan membentuk small working

group untuk mewujudkan hal poin ke dua.

4. A d a n y a g o o d w i l l u n t u k ketransparanan dalam virus sharing (Tracking system).

5. Dibentuknya suatu advisory board untuk mengawasi poin ke empat.

6. Segera mengirim virus dengan Material Transfer Agreement (MTA).

Berkaca pada perjuangan tersebut, Menkes berpesan, agar pada setiap kerjasama dengan pihak asing, hendaknya dipikirkan mengenai kesetaraan dalam perundingan, relevansi kerjasama tersebut untuk kepentingan bangsa, dan keuntungan apa yang diperoleh bagi masing-masing pihak.

Menkes Siti Fadilah Supari menggarisbawahi, bahwa buku “Saatnya Dunia Berubah” ditulis bukan untuk memusuhi bangsa mana pun, negara mana pun, atau badan dunia mana pun, termasuk Amerika Serikat, bahkan Israel atau WHO. “Tetapi dalam buku tersebut terdapat spirit

yang berkobar untuk

menuntut kesetaraan dalam hubungan antar bangsa. Tidak ada lagi eksploitasi dari bangsa yang kuat ke bangsa yang lemah, dan jangan ada lagi peraturan internasional yang berselubung misi-misi kemanusiaan padahal sebenarnya mengandung perampasan hak bahkan penindasan dari bangsa yang maju terhadap dunia ketiga,” tegas Menkes.

Paparan oleh Menkes mendapat tanggapan dari Prof Dr Ir. Nelson Pomalingo, M. Pd, Rektor Universitas Negeri Gorontalo, serta Drs. Sun Bik, M.Ec.Dev, Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab. Hadir dalam acara itu Jajaran Pemda Provinsi Gorontalo, Dinas Kesehatan, peserta workshop serta civitas academica UNG. Menkes mengakhiri kunjungannya di UNG dengan memukul palu tanda dibukanya Workshop dan Training Pendirian Desa Siaga di Gorontalo.

Kegiatan pada hari pertama dilanjutkan dengan Membuka Rapat Kerja Kesehatan Daerah Provinsi Gorontalo, Peresmian Kantor Politeknik Kesehatan Gorontalo, dan Peresmian Kantor Kesehatan Pelabuhan

Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp JP (K) didampingi Gubernur Gorontalo Dr. Ir Fadel Muhammad dan Kadinkes Provinsi Gorontalo dr H Suhardi M Nur, MM diterima Direktur RS Aloei Saboe, dr. Nurindah Rahim

Gorontalo. Tiga acara tersebut diadakan bersama di Ballroom Hotel Quality Gorontalo.

Acara diawali dengan laporan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo, dilanjutkan sambutan Gubernur, dan pengarahan Menkes sebagai puncak acara. Pada kesempatan itu pula Menkes memberikan bantuan berupa 2 unit Mobil Penanggulangan Krisis, masing-masing untuk Rumah sakit Tombulilato dan Rumah Sakit Tani Nelayan Kabupaten Bone Bolango.

(16)

H

ampir 50% ibu hamil di perkampungan Papua berisiko yang memerlukan pertolongan tenaga kesehatan profesional. Selain itu, kasus-kasus penyakit dalam kelompok ATM (HIV/Aids, Tuberkolosis dan Malaria) dan kasus gizi buruk tergolong tinggi dibanding dengan daerah lain. Itu sebabnya Menkes Dr. dr. Siti Fadilah Supari merancang program Save Papua. Tujuannya adalah menyelamatkan rakyat Papua dari ancaman kematian ibu melahirkan, kematian bayi, ancaman penyakit HIV/AIDS, TBC, Malaria, serta kasus gizi buruk. Program ini merupakan implementasi Undang-Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua dan Instruksi Presiden RI Nomor 5 tahun 2007 tentang Percepatan Pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Dalam Inpres No. 5 Tahun 2007, disebutkan pembangunan di Papua diprioritaskan pada lima bidang yaitu :

1. Pemantapan ketahanan pangan dan pengurangan kemiskinan. 2. Peningaktan kualitas

penyelenggaraan pendidikan. 3. Peningkatan kualitas pelayanan

kesehatan.

4. Peningkatan infra struktur dasar guna meningkatkan aksesibilitas di wilayah terpencil, pedalaman dan perbatasan Negara.

5. Perlakuan khusus (affirmative action) bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia putra-putri asli Papua

Untuk mengimplementasikanya, Menkes membentuk Tim dan menyusun kebijakan Save Papua atau Percepatan Pembangunan Bidang Kesehatan Tanah Papua (P2KTP) meliputi dua tahap yaitu rencana jangka pendek dan jangka panjang. Jangka Pendek

Intervensi jangka pendek, dibagi dalam dua kegiatan besar yaitu kegiatan Mobile Clinic dan Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan yang ada Kegiatan Tim Mobile Clinic dan kegiatan penguatan sistem pelayanan kesehatan yang ada merupakan upaya penguatan dari berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Tujuan dari intervensi ini adalah untuk segera mengatasi beberapa masalah kesehatan seperti masalah TBC,

malaria, HIV/AIDS, kesehatan ibu dan anak, serta penanggulangan masalah gizi.

Mobile Clinic

Sebagai satu upaya untuk menjangkau masyarakat di wilayah terpencil dan mempercepat upaya penanganan masalah kesehatan di Provinsi Papua dan Papua Barat seperti TBC, Malaria, HIV/AIDS, Kesehatan Ibu dan Anak, serta Gizi. Pelayanan ini merupakan kegiatan awal yang akan diikuti kegiatan pelayanan rutin oleh Puskesmas sebagai upaya tindak lanjut. Sambil membangun sistim pelayanan kesehatan yang diharapkan.

Pelayanan dengan menggunakan klinik bergerak (Mobile Clinic) dari kampung ke kampong. Pelayanan mencakup seluruh penduduk di kampong. Pelayanan diutamakan bersifat early diagnosis dan promp treatment (termasuk bila ditemukan kasus atau penyakit lainnya).

Lingkup pelayanan : Penyakit menular (HIV/AIDS, TBC, Malaria,dan Imunisasi), Kesehatan Ibu dan Anak, Gizi, dan Promosi Kesehatan

Tim mobile clinic diupayakan dari tenaga local terdiri dari : 1 Dokter, 1 Bidan, 1 Perawat, 1 Laboran, 1 Gizi/ survainance atau Petugas kesehatan lainnya.

Tim mobile clinik dilengkapi dengan Alat dan bahan yang dibutuhkan berupa : Alat dan reagen Laboratorium (HIV/AIDS, TBC dan Malaria), Obat program, Peralatan pemeriksaan KIA, Peraltan pemeriksaan Gizi, Obat dan bahan ( habis pakai, kontak/makanan pendamping ASI).

Cara kerja tim mobile clinic, yaitu setiap kampung dikunjungi dua kali dalam tiga bulan sesuai dengan rute yang telah ditetapkan. Kegiatannya berupa penemuan kasus yang dilakukan dengan 3 kali rapid test HIV/AIDS, rapid test TB, Active case finding malaria, KIA meliputi : pelayanan Antenatal, persalinan, Nifas, Neonatal, pemeriksaan bayi dan Balita dan pemeriksaan kesehatan lainnya. Selain itu juga dilakukan tatalaksana kasus yang ditemukan, promosi (KIE & Konseling) dan kasus-kasus yang tidak bida ditangani dilakukan rujukan Sebelum melakukan tugas, tenaga mobile clinic memperoleh pelatihan dilakukan secara regional di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan materi dasar : Dasar-dasar Survival, Penanganan Kasus Gawat Darurat, Penanganan Penyakit Menular

(HIV/AIDS, TBC, Malaria, Frambusia), Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi, Balita, Tatalaksana Kasus Gizi, Promosi Kesehatan dan Kerja sama tim.

Dalam pelaksanaannya, setiap Kabupaten/ kota dibentuk 2 tim mobile clinic. Tugasnya adalah kunjungan ke kampung selama kurang lebih 3 hari tiap kampung, memberikan paket pelayanan kesehatandan promosi kesehatan, transfer pelayanan dan rujukan ke Puskesmas dan RS. Putaran (siklus): Setelah paket pelayanan di kampung (15 hari) selesai, tim kembali ke Base Camp 5 hari (istirahat, mengisi perbekalan dan melengkapi administrasi dan laporan). Setiap kampung dikunjungi 2 kali/ 3 bulan. Penguatan Sistem yang ada

Penguatan sistim pelayanan yang ada diarahkan untuk memperkuat Puskesmas dan Rumah Sakit sebagai sarana rujukan serta membina kader untuk mendukung kelanjutan program tersebut. Rumah sakit dan puskesmas menerima dan merawat dengan baik pasien rujukan yang ditemukan oleh tem mobile clinic maupun pasien yang secara aktif datang langsung, baik kasus HIV/AIDS, TBC, Malaria maupun Kesehtan ibu, KesehatanAnak dan Gizi.

Rencana Jangka Panjang

• Pengiriman tugas belajar putra daerah terbaik untuk mengikuti pendidikan dokter, keperawatan dan tenaga kesehatan lainnya sesuai kebutuhan.

• Pengiriman tugas belajar melalui program pendidikan spesialis berbasis kompetensi, yaitu pengiriman tugas belajar dokter putra daerah yang telah bekerja, baru selesai pendidikan/ yang akan diangkat menjadi PNS, dokter pasca PTT, PNS yang telah bekerja di Kawasan Timur Indonesia (KTI) dan bersedia bekerja di KTI setelah menjalani pendidikan.

• Mengembangkan RSUD di Kawasan Timur Indonesia sebagai Rumah Sakit Afiliasi/ Satelit Pendidikan serta pengembangan kompetensi SDM RSUD secara berkesinambungan sesuai kemampuan dan kebutuhan. • Pemberdayaan Masyarakat.

• PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) (Smd)

(17)

Menkes Prioritaskan Tingkat

Kesehatan Masyarakat Papua

U

n t u k m e n y u k s e s k a n - program itu, pemerintah melalui Depkes menga-lokasikan anggaran sebesar Rp700 miliar. “Situasi Papua sangat khusus, tidak bisa hanya dengan pelayanan standar seperti di Jawa. Pelayanan kesehatan masyarakat harus bisa mencapai kelompok- kelompok masyarakat yang terpencar-pencar dan terpencil di seluruh Papua. Semua desa di Papua harus menjadi desa siaga,” ujar Siti, beberapa waktu lalu.

Siti menambahkan, program Save Papua P2KTP sudah digelar mulai

Juli 2008. Dana dan SDM semua sudah ada. Menkes menjelaskan itu usai bertemu dengan sejumlah bupati dan pejabat Pemda Papua, di Kantor Depkes Jakarta. “Pelaksanaan program kali ini akan lebih memfokuskan pada upaya pemetaan (maping) kondisi sebaran penyakit di daerah ujung timur nusantara itu. Kalau semua data telah terpetakan, baru langkah pengobatan dapat segera dilakukan”, tambah Menkes. Beberapa masalah kesehatan yang terjadi di Papua, jelas Menteri dari Partai Amanat Nasional (PAN) ini di antaranya meningkatnya prevalensi

HIV/AIDS (ketiga tertinggi di Indonesia), meningkatnya jumlah kasus malaria dan TB serta penyakit menular lainnya. Angka-angka yang dilaporkan saat ini belum mencerminkan seluruh kasus yang sesungguhnya terjadi di lapangan, mengingat kasus yang dilaporkan adalah kasus yang terjangkau oleh sarana pelayanan.

Keberadaan Mobile Clinic (MC), jelas Menkes, nantinya akan dilengkapi peralatan kesehatan sesuai keperluan. Termasuk juga tenaga dokter, bidan, perawat, tenaga laboratorium dan petugas lainnya, ditambah satu dokter Brigade Siaga Bencana sebagai pendamping. Sementara alat dan bahan yang dibutuhkan dalam mobile clinic adalah alat dan reagen laboratorium untuk HIV/AIDS, Malaria dan TB, obat program, peralatan pemeriksaan Kesehatan Ibu Anak (KIA), peralatan pemeriksaan gizi, serta obat dan bahan habis termasuk MP-ASI. Dengan Mobile Clinic , jelas Menkes, pemerintah berupaya menangani masalah kesehatan masyarakat di Tanah Papua bisa menjangkau sampai di wilayah terpencil. “Artinya, melalui MC ini, pemerintah berusaha mendobrak wilayah demografi alam Papua yang sulit,” jelas Siti.

Selain alasan sulitnya alam dan

Pertemuan Menkes Dr. Siti Fadilah Supari dengan para Bupati Papua

Masalah kesehatan di Tanah Papua mendapat

(18)

transportasi, menurut Bupati Merauke Johanes Gluba Gebze, wilayahnya juga kekurangan tenaga kesehatan terampil, baik bidan, dokter, maupun dokter spesialis. “Pemda Merauke sudah berusaha menjalin kerja sama dengan beberapa Fakultas Kedokteran untuk penyediaan dokter, memberikan insentif cukup besar kepada dokter, dan tenaga kesehatan yang bersedia ditugasi di wilayahnya serta memberikan beasiswa bagi dokter yang ingin melanjutkan pendidikan spesialisasi,” jelasnya.

Tetapi, menurut Johanes, masalah ini belum juga bisa diselesaikan. Johanes juga mengatakan, kadang-kadang ia terpaksa menempuh cara yang sedikit “licik” untuk menarik para dokter supaya mau tetap tinggal dan bekerja di wilayahnya. “Kami suruh anak-anak perempuan kami mencari suami dokter supaya mereka mau tinggal dan bekerja di tempat kami. Lumayan, itu cukup berhasil, sekarang sudah dapat tiga dokter,” katanya sambil tertawa.

Perhatian Presiden

Program P2KTP juga mendapat perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Saat rapat terbatas (Ratas) bidang kesehatan di kantor Depkes (20/2), presiden menggarisbawahi program khusus ini sebagai bagian dari program pemerintah. Bahkan payung hukum berupa Instruksi Presiden telah dikeluarkan. Isinya menyangkut kesejahteraan di Tanah Papua, antara lain kesehatan, pendidikan, pangan, infrastruktur dasar dan pemberdayaan putra daerah. “ Tujuan program ini untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum, dan untuk meningkatkan efektivitas

pemberantasan penyakit menular, seperti malaria, TB, dan juga HIV AIDS. Program ini intensif dan terpadu, sudah kita susun mekanisme dan langkah-langkah operasionalnya. Ini sudah dibahas bersama, disusun bersama dengan Pemerintah Daerah, anggarannya pun tidak sedikit”, ungkap SBY saat itu.

Saat ini penderita HIV/AIDS di Papua memasuki kondisi yang mengkhawatirkan. Penderitanya tidak hanya pada mereka yang memiliki perilaku seksual berisiko tinggi atau pemakai injection drug user (IDU). Tetapi, penyakit itu telah memasuki wilayah ibu rumah tangga dan anak balita.

Sampai dengan 31 Maret 2007, sebagaimana dilaporkan Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP & PL), total kasus AIDS di Papua per 100.000 penduduk adalah 1.122 kasus, 227 diantaranya meninggal. Rata-rata kasus (case rate=CR) mencapai 60.93 jauh lebih tinggi dari CR Nasional (3.96). Sementara hasil estimasi populasi rawan tertular HIV

di Papua mencapai 22.220. Hanya sebagian kecil dari estimasi kasus HIV ditemukan di kelompok rawan seperti pengguna napza suntik, wanita penjaja sex (WPS), pelanggan WPS, dan waria. Sementara sebagian besar (21.110) ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) adalah bagian dari masyarakat umum. Tragisnya lagi, 56 balita telah terinfeksi penyakit ini.

Tangani Kolera

Pemerintah serius tangani kejadian luar biasa (KLB) Diare-Kolera di Papua. Tim penanggulangan KLB telah diturunkan untuk melakukan investigasi epidemiologi dan surveilans, memberikan pelayanan kesehatan di Puskesmas, mengambil sampel untuk pemeriksaan laboratorium, mengirimkan logistik, serta melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Secara kumulatif korban meninggal akibat Diare-Kolera sejak April – awal Agustus 2008 berjumlah 105 orang. Sebelumnya korban meninggal dilaporkan sebanyak 94 orang. Tambahan 11 kasus hari ini (10 kasus lama tetapi terlambat dilaporkan

(19)

dan 1 kasus baru) merupakan update tanggal 9 Agustus 2008 yang diterima Pusat Komunikasi Publik dari Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP &PL) Depkes.

Sejak April hingga Juli 2008 telah terjadi KLB Diare-Kolera di 2 kabupaten, yaitu di Kab. Nabire Distrik Kammu dan Distrik Kammu Utara serta di Kab. Paniai Distrik Obano dan Distrik Yatamo, Provinsi Papua.

KLB Diare-Kolera di Kabupaten Nabire mengakibatkan 666 sakit, 97 orang diantaranya meninggal dunia. Korban meninggal paling banyak di Distrik Kammu, yaitu mencapai 66 orang. Sampai tanggal 28 Juli 2008, KLB masih berlangsung, terutama menyerang Desa Igebutu dan Desa Boobutu di Distrik Kammu.

Sementara di Kabupaten Paniai berjumlah 52 kasus, 8 orang diantaranya meninggal. Kasus terbanyak ditemukan di Distrik Obano, yaitu mencapai 46 kasus. Kasus terakhir ditemukan tanggal 13 Juli 2008 dan tidak ditemukan lagi kasus baru hingga kini.

Pengambilan sampel usap dubur (rectal swab) yang dilakukan baik dari penderita maupun keluarga yang kontak dengan penderita, menunjukkan positif terinfeksi vibrio cholera tipe Ogawa.

Tingginya angka kematian ini disebabkan keterlambatan saat

berobat karena masyarakat beranggapan jika masih bisa beraktifitas maka dianggap belum sakit. Selain itu juga terlambat mencapai sarana kesehatan karena jauhnya jarak tempuh dan hanya dapat dicapai dengan jalan kaki selama 4 jam. Penyebab lain adalah terlambat penangaan karena Puskesmas Pembantu dan bidan desa tidak dapat melakukan infus. Untuk memantau situasi Dinkes Kab. Nabire, Dinkes Propinsi Papua dan Pusat Penanggulangan Krisis Depkes masih melakukan pemantauan dan pengamatan. Upaya lain yang dilakukan adalah memberikan pelayanan kesehatan, melakukan pengobatan massal yang berpusat di Desa Ekamadina, menempatkan tenaga dokter di Desa Bomomani dan Modio. Selain itu tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat juga mengupayakan pembatasan sementara waktu bagi warga setempat yang akan mengunjungi Nabire terutama ke Distrik Monemani. (*)

Menkes Dr. Siti Fadilah Supari sedang memberikan PMT anak-anak di Papua

Mari lakukan gaya

hidup sehat

1. Makan-makanan bergizi

seimbang, tinggi serat dan

rendah lemak

2. Lakukan aktivitas fisik

minimal 30 menit setiap hari

3. Jaga kebersihan diri dan

lingkungan

4. Hindari rokok, minuman

beralkohol dan napza

(20)

Tingkat Pusat/Provinsi/ Kabupaten/ Kota serta penugasan kepada PT Askes (Persero) untuk manajemen kepesertaan.

Tentang kepesertaan Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan memaparkan bahwa, sesuai dengan perjanjian Kerja Sama Depkes RI dengan PT Askes (Persero) nomor 213/Menkes/PKS/III/2008 dan nomor 41/KTR/0308 Tentang Manajemen Kepesertaan dalam Penyelenggaraan Program Jamkesmas 2008, maka penatalaksanaan kepesertaan Jamkesmas 2008 menjadi tanggung Jawab PT Askes (Persero). Hingga 5 September 2008, sebanyak 465 dari 471 kabupaten/kota atau 98,73% telah menetapkan peserta Jamkesmas. Yang belum menetapkan kepesertaan Jamkesmas Sebanyak 6

KAMI BERBAKTI UNTUK JAMKESMAS

paket pelayanan belum memadahi dan penyelenggaraan yang tidak menanggung risiko.

Departemen Kesehatan, lanjut dr. H. Chalik Masulili, MSc, pada tahun 2008 melakukan perubahan pengelolaan program Askeskin melalui Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas). Hal tersebut dilaksanakan atas dasar pertimbangan pengendalian biaya pelayanan kesehatan, peningkatan mutu, transparansi dan akuntabel. Perubahan yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator, penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK), penggunaan paket tarif Jamkesmas, adanya verifikator independen disetiap rumah sakit. Disamping itu dibentuknya Tim Pengelola dan Tim Koordinasi di

D

alam wawancara dengan “Mediakom”, Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan Depkes RI menjelaskan bahwa, Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin dilaksanakan sejak tahun 2005. Program ini telah memberikan pencapaian yang bermakna, antara lain terjadinya peningkatan cakupan dan akses pelayanan kesehatan masyarakat miskin maupun pendanaanya. Namun demikian masih ditemukan beberapa permasalahan yang perlu memperoleh perhatian segera antara lain, pendataan sasaran yang belum tuntas, peran ganda penyelenggara sebagai pengelola dan pembayar. Disamping itu rumah sakit belum melakukan kendali mutu pelayanan dan kendali biaya, verifikasi tidak berjalan secara optimal, dana

Dr. H. Abdul Chalik Masulili, MSc

Kepala Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan

Ikan Sepat Ikan gabus dan Ikan Lele

Makin cepat makin bagus dan tidak bertele-tele

Ikan Sepat, Ikan selayar, Ikan sotong , Ikan baronang

cepat dibayar jangan dipotong, hatinya senang

Pulau Kapuk Jauh di tengah, mengambil peti berisi emas

Mata ngantuk badanpun lelah, kami berbakti untuk Jamkesmas

(dr. H. Abdul Chalik Masulili, MSc)

(21)

Kabupaten/Kota di Provinsi DKI. Dalam kesempatan itu dr H. Chalik Masulili, MSc memaparkan bahwa, saat ini penerbitan kartu Peserta Jamkesmas telah mencapai 71.019.497 atau (94,41%). Sedangkan pendistribusian kartu ke peserta mencapai 70.060.672 kartu (98.07%). Ditegaskan bahwa, sasaran program Jamkesmas tahun 2008, menjamin pelayanan kesehatan bagi 76,4 juta jiwa masyarakat miskin dan tidak mampu di seluruh Indonesia berdasarkan data BPS tahun 2006, tidak termasuk yang sudah memiliki jaminan kesehatan lainnya.

dr. H. Chalik Masulili, MSc, menegaskan bahwa, Tim Koordinasi dan Tim Pengelola Jamkesmas, Para verifikator di semua rumah sakit, anggaran untuk manajemen operasional sudah dipersiapkan. “Para verifikator sudah dilatih sudah berada disetiap rumah sakit. Petugas Klaim Rumah Sakit dan Tim-tim Pengelola Provinsi, Kabupaten sudah dilatih. Infrastruktur SDM sudah dilaksanakan, Biaya Operasional untuk Tim Pengelola Jamkesmas Pusat sudah keluar,” tegas dr Chalik.

sakit dalam penyelenggaraan jamkesmas.

Pelatihan petugas administrasi klaim rumah sakit dilaksanakan dalam rangka persiapan PPK II untuk melaksanakan proses administrasi klaim rumah sakit berdasarkan INA-DRG. Pelatihan dilaksanakan dalam dua angkatan yang dibagi dalam regional dan yang penyelenggaraannya dilakukan pada tanggal yang sama yaitu pada 18-24 Agustus 2008. Angkatan pertama berasal dari regional Semarang (132 orang), Surabaya (164 orang) dan Makassar (160 orang), yang kedua dari Regional Medan (134 orang), Bogor (146 orang) dan Bandung (125).

Dr. H. Chalik Masulili juga mengemukakan bahwa, pendanaan Program Jamkesmas 2008 bersumber dari APBN sektor kesehatan berasal dari dana bantuan sosial sebesar 4,6 Trilyun. Dana disalurkan langsung dari KPPN ke rekening masing-masing PPK. Dana untuk rumah sakit, BP4, BKMM, BKIM disalurkan melalui BRI sedangkanPuskesmas melalui PT Pos Indonesia. Dana awal telah disalurkan ke 852 RS, BP4, BKMM dan BKIM dengan total biaya sebesar Rp. 533,6 Miliar pada Februari 2008. Penyaluran dana tahap kedua disalurkan pada Juni sebesar Rp 725,5 Miliar ke 883 PPK. Untuk pelayanan kesehatan di Puskesmas telah disalurkan ke rekening Puskesmas di seluruh Indonesia pada Juli 2008.

Dikemukakan juga bahwa, pelatihan untuk pelatih atau Training Of Trainer (TOT) Verifikator diselenggarakan dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga pelatih yang akan melatih calon tenaga pelaksana verifikasi program Jamkesmas 2008. Peserta TOT terdiri dari Pusat Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan, Inspektorat Mengenai Sosialisasi Kepala Pusat

Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan menjelaskan bahwa, sudah dilakukan di tingkat Pusat, Provinsi maupun Kabupaten/Kota. “Kita sudah panggil semua Gubernur, Bupati, wali Kota, Direktur dan Kepala Dinas Kesehatan. Sebelumnya sudah beberapa kali untuk para Bupati, selanjutnya kita turun kelapangan-lapangan sesuai dengan kebutuhan mereka, baik itu pada Rapat Kerkesda, maupun sosialisasi yang diminta oleh para Bupati,” jelas dr. Chalik.

Selanjutnya dr. H. Chalik Masulili mengemukakan bahwa, kegiatan yang sudah dilaksanakan untuk mendukung Pelayanan kesehatan Jamkesmas diantaranya, koordinasi dengan Distributor Haemodialisis (HD) set tingkat nasional guna penetapan standar biaya HD. Disamping itu, Penyusunan petunjuk teknis pelayanan dasar dan pertolongan persalinan di Puskesmas dan Jaringannya. Kegiatan penunjang pelayanan kesehatan Jamkesmas lain yang dilaksanakan yaitu, pelatihan petugas administrasi klaim rumah

(22)

& Kesehatan Masyarakat Depkes terkait dengan pendanaan dan administrasi klaim antara lain : • Pembayaran hutang Askeskin

tahun 2007;

• Penyusunan kurikulum dan Modul pelatihan verifikator; • rekrutmen verifikator;

• Penyusunan petunjuk teknis pelaksanaan verifikasi program jaminan kesehatan;

• penyusunan software verifikasi rumah sakit.

Pusat Pembiayaan & Kesehatan Masyarakat Depkes melaksanakan

kegiatan yang terkait dengan pengorganisasian dan manajemen Jamkesmas, meliputi :

• Penerbitan regulasi Program Jamkesmas;

• Pemantapan tim pengelola daerah dalam pelaksanaan Jamkesmas 2008;

• Penyusunan software paket tarif Jamkesmas 2008;

• Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2008;

• Diseminasi kebijakan dan pedoman pelaksanaan Jamkesmas 2008 kepada

stakeholders pusat;

• Sosialisasi program Jamkesmas kepada stakeholders;

• Fasilitasi Program jamkesmas 2008.

dr. H. Chalik Masulili, MSc, Kepala Pusat Pembiayaan & Kesehatan Masyarakat diakhir wawancara dengan “Mediakom” mengungkapkan hambatan yang terjadi di lapangan diantaranya, penyalahgunaan peserta, kendali mutu dan kendali biaya di rumah sakit dan masalah Resourcis dari pengelola sendiri. “Sekarang ini, kita belum punya kelengkapan yang memadai, orangnya pun baru dilatih kemarin,” jelas dr. Chalik. (isti) Jenderal, Unit Desentralisasi, Ditjen

Bina Pelayanan Medik, Ditjen Bina Kesehatan masyarakat, Ditjen Bina Pelayanan Kefarmasian & Alat Kesehatan, BPP-SDM dan unit kerja terkait di lingkungan Departemen Kesehatan RI. TOT dilaksanakan dalam dua tahap masing-masing pada 27 Februari -1 Maret 2008 dan 3 Maret – 6 Maret 2008.

Pelatihan tenaga pelaksana verifikasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tenaga pelaksana verifikasi guna melakukan verifikasi dengan menggunakan software

k laim Jamkesmas. Pelatihan dilaksanakan dalam dua tahap masing-masing pada Juli 2008 dan Agustus 2008. Peserta pada tahap pertama antara lain dari Semarang, Padang, bandung, Makassar. Untu tahap kedua para peserta dari Denpasar, Surabaya, Bogor dan Medan. Adapun jumlah para peserta yang mengikuti pelatiahan tersebut sebanyak 1.545 orang. Selanjutnya para verifikator tersebut ditempatkan di rumah sakit untuk melaksanakan tugas memverifikasi klaim program Jamkesmas.

Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Pusat Pembiayaan

Suasana di depan Loket Maskin (Masyarakat Miskin) pada pelayanan Jamkesmas di RSUD Dr. Sutomo Surabaya

(23)

K

ejadian bencana dan kedaruratan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan baik dalam hal frekuensi maupun intensitasnya. Hampir setiap bencana itu menimbulkan dampak pada masyarakat, baik pada aspek kesehatan maupun aspek lainnya. Permasalahan kesehatan yang muncul akibat bencana, antara lain korban meninggal, cedera, kerusakan infrastruktur, gangguan pada sarana dan prasarana layanan masyarakat, dan tidak jarang pula diikuti dengan pengungsian.

Setiap permasalahan itu menuntut upaya penanggulangan yang cepat, tepat dan benar dengan mengupayakan peran serta aktif berbagai sektor terkait serta masyarakat. Pemerintah Indonesia sudah menjadikan upaya kesiapsiagaan bencana sebagai prioritas nasional dengan dikeluarkannya Rencana Aksi Nasionai untuk Penurunan Risiko Bencana dan Undang-Undang Kesiapsiagaan Bencana di awal tahun 2007. Namun, kapasitas kesiapsiagaan dan tanggap darurat nasionai masih memerlukan dukungan seluruh elemen masyarakat diantaranya komponen pemuda. Pemuda siaga peduli bencana terdiri dari mahasiswa Poltekkes, Pramuka, Pencinta alam, dan komponen pemuda lainnya yang dibentuk untuk mendukung upaya kesehatan dalam penanggulangan bencana terutama dalam fase tanggap darurat.

Berbagai upaya yang telah dilakukan pada mnsa tanggap darurat krisis kesehatan akibat gempa seperti pelayanan kesehatan dasar di pengungsian dengan mendirikan posko kesehatan 24 jam, pendirian

rumah sakit iapangan dan p u s k e s l i n g , mobilisasi tim reaksi cepat (TRC) dan tim traurfiatik k o n s e l i n g , pencegahan dan p e n g e n d a l i a n p e n y a k i t , p e n g a w a s a n dan perbaikan s a n i t a s i , p e n a n g a n a n gizi darurat, p e n g e l o l a a n logistik dan p e r b e k a l a n

kesehatan, serta menjalin kemitraan dengan lintas sektor, LSM, NGO clan instansi yang terkait.

Pemuda siaga peduli bencana menjadi salah satu bagian tim kesehatan pertama yang dimobilisasi seiama masa tanggap dammit, berfungsi sebagai tim pendukung upaya kesehatan setempat dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduk yang terkena bencana. Kecepajan dan ketepatan sangat diperlukan guna mencegah muncuinya masaiah kesehatan lanjutan. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan penan sektor kesehatan daiam mengikutsertakan peranserta aktif masyarakat dalam upaya penanggulangan bencana yang dilaksanakan secara cepat dan tepat sasaran perlu pembentukan Pemuda Siaga Peduli Bencana.

Pengertian

Pemuda Siaga Peduii Bencana (DASI PENA) adalah suatu wadah komponen pemuda yang dibentuk untuk mendukung upaya kesehatan dalam penanggulangan bencana di

PEMUDA SIAGA PEDULI BENCANA

( DASIPENA )

setiap daerah.

Pengorganisasian

Organisasi Pemuda Siaga Peduli Bencana adalah sebagai berikut:

Tingkat Pusat

Tim Pengarah

Ketua : Sekretaris Jenderal Depkes Wakil : Kepala Badan PPSDM Anggota :

1. Kepala Pusat Penanggulangan Krisis

2. Kepala Pusat Pendidikan Tenaga Kesehan

3. Kepala Biro Kepegawaian Tim Koordinator

Ketua : Kepala Bidang Tanggap Darurat, PPK

Sekretaris :

Kepala Bagian Tata Usaha, PPK Anggota :

1. Kepala Bidang Program dan Sumber Daya, Pusdiknakes 2. Kepala Bidang Pengembangan

Kurikulum, Pusdiknakes

3. Kepala Bidang Kendali Mutu, Pusdiknakes

4. Kepala Bagian Program dan Informasi, Pusdiknakes

5. Kepala Bagian Pengembangan Pegawai, Ropeg

(24)

6. Kepala Bidang Pencegahan, Mitigasi, dan Kesiapsiagaan, PPK 7. Kepala Bidang Pemantauan dan

Informasi, PPK

Tingkat Provinsi

Tim Pengarah :

1. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 2. Direktur Rumah Sakit

3. Direktur Poltekkes

Koordinator :

Penanggungjawab Unit Penanggu-langan Krisis Dinkes Provinsi

Sekretaris :

Wakil Direktur Bidang Kemaha-siswaan Poltekkes

Anggota :

1. Mahasiswa Poltekkes

2. Wakil Organisasi Kepemudaan

Tingkat Kabupaten

Tim Pengarah :

1. Kepala Dinkes Kabupaten 2. Direktur RS Kabupaten

3. Kepala Institusi Pendidikan Kesehatan

Anggota :

1. Mahasiswa Institusi Pendidikan Kesehatan yang telah dilatih 2. Saka Bhakti Husada (SBH)

Pramuka yang telah dilatih 3. Wakil Organisasi Kepemudaan

yang telah dilatih

TUGAS

A. Pra Bencana

1. Menyiapkan kelengkapan apa-bila sewaktu-waktu diperlu-kan dalam penanggulangan bencana.

2. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan penlaku dalam penanggulangan bencana.

3. Meningkatkan pengetahuan keterampilan, sikap, dan perilaku dalam pertoiongan awal pada korban bencana,

4. Menyediakan informasi

kesiapsiagaan dan

penanggulangan kesehatan akibat bencana dan krisis kesehatan lainnya.

5. Memperkuat kerja sama antar-pemuda dalam penancjgulangan bencana.

B. Saat dan Pasca Bencana

1. Membantu dinas kesehatan dalam upaya penanggulangan krisis kesehatan akibat bencana. 2. Membantu melakukan evakuasi

dan pertoiongan awal korban bencana,

3. Membantu pelayanan kesehatan darurat (pelayanan gawat darurat medik, pelayanan rujukan, surveiians, air bersih dan sanitasi, pelayanan kesehatan darurat,

kesehatan jiwa, gizi darurat, dll). 4. Membantu melakukan

pemantauan dan evaluasi kesehatan saat dan pascabencana.

Mekanisme dan tatalaksana peng-gerakan

A Pra Bencana

1. Depkes dalam hal ini PPK:

Mengkoordinasikan pembinaan untuk meningkatkan kapasitas DASI PENA di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

2. Dinas Kesehatan Prcvinsi/ Kabupaten/Kota:

a. Menyusun perencanaan kegiatan DASI PENA.

b. Mengusulkan rencana kebutuhan pelatihan untuk anggota DASI PENA.

c. Melaksanakan pelatihan untuk anggota DASI PENA.

B. Saat Bencana darr Pasca Bencana 1. Dinas Kesehatan dapat

menggerakkan DAS! PENA ke wiiayah yang terkena bencana sesuai kebutuhan.

2. Dinas Kesehatan membentuk jejaring lintas-sektor (mis., dengan Dinas Sosial, Dinas Kebakaran, Kepolisian dan TNI) unluk momfasilitasi penggerakan DAS1 PENA saat bencana.

3. Dinas Kesehatan melakukan pemantauan dan evgluasi penggerakan DASI PENA dalam penanggulangan bencana. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan di lapangan, DASl PENA tetap berada dibawah kendali operasional Kepala Dinas Kesehatan setempat yang terkena bencana.

Sumber daya A. Keanggotaan

Anggota DASl PENA berasal dari mahasiswa Poltekkes, Pramuka, Pecinta Alam, dsb, yang tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. B. Pembiayaan

Pembiayaan operasional Pemuda Siaga Peduli Bencana dibebankan pada dana APBN, APBD, dan sumber-sumber lain yang tidak mengikat.

Gambar

gambaran bahwa
Gambaran ini

Referensi

Dokumen terkait

Puskesmas Wedung II Kabupaten Demak belum memberikan papan informasi terkait biaya layanan rawat inap, informasi penanganan pengaduan serta informasi mengenai

Untuk itu, semakin tinggi konsentrasi siklodekstrin pada susu kedelai akan memberikan kemampuan yang lebih besar dalam membentuk suatu kompleks dengan kompenen

NO nama_skema nama_ketua judul Fakultas 1 Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi Widodo S.Si, M.Si, Ph.D Identifikasi Biomarker untuk Deteksi Dini Terjadinya Serangan Jantung

Dari data yang diperoleh untuk melihat hubungan antara penyesuaian diri anak di sekolah dengan prestasi belajar berdasarkan usia didapatkan hasil bahwa subjek yang berusia 12

Upaya membalas perbuatan buruk dari orang lain dengan balasan yang lebih banyak juga merupakan bentuk amal perbuatan yang sangat amat buruk yang merupakan

Dengan memanfaatkan Simple Network Management Protocol (SNMP) dapat dihasilkan suatu mekanisme untuk mendapatkan informasi tentang lalu lintas (traffic) data sebuah

1) Kecendrungan perilaku kepemimpinan kepala sekolah di SMP Widya Suara Sukawati berada dalam kategori baik dengan rata-rata skor mencapai 116,52. 2) Kecendrungan

badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat adalah pengertian Farmasi Industri berdasarkanb. Surat Keputusan