• Tidak ada hasil yang ditemukan

(BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR)

MERANCANG AKSI PANGGUNG KOTAWARINGIN TIMUR

DENGAN PERSPEKTIF KESEHATAN

pembangunan daerah. Upaya untuk mewujudkan kebersamaan harus tetap dikobarkan, walau pada saat ini dirasakan semakin tingginya rasa individualisme masyarakat dari pada kesetiakawanan sosial. Gambaran ini tampak pada pemilihan kepala daerah yang cenderung menggunakan isue-isue tentang kemampuan mewujudkan pelayanan serba gratis dari pada kemampuan untuk menghimpun seluruh kekuatan yang dimiliki untuk memperbaiki kualitas kehidupan. Untuk mewujudkan kebersamaan dalam melaksanakan upaya pembangunan di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kab.Kotim), perlu dirancang sebuah aksi panggung yang mampu manarik perhatian seluruh unsur tata pemerintahan. Aksi panggung yang mampu mengungkit partisipasi masyarakat dan partisipasi sektor swasta dalam mewujudkan pembangunan yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat Kab.Kotim yang berkeadilan. Aksi panggung yang sesuai dengan keadaan perkembangan keinginan masyarakat terkini dan bahkan mungkin masih tersembunyi (hidden). Aksi panggung baru yang dilakukan, dirasakan dan berdampak pada mereka.

Dari gambaran yang telah diuraikan diatas, dirasakan ada kemiripan antara upaya merancang aksi panggung sebuah acara TV dengan merancang aksi panggung pembangunan di Kab.Kotim sejak tahun 2000. Sejak tahun 2000 aksi panggung pembangunan Kab. Kotim dilakukan dengan melibatkan perspektif kesehatan. Pada saat itu, hampir seluruh pemerintahan daerah lebih mengarah pada perspektif ekonomi dan politik. Orientasi tatanan pembangunan diarahkan pada penggunaan kekuatan pemerintah untuk memperbaiki ekonomi masyarakat dan penguatan posisi pemerintah daerah dihadapan

publik. Keterlibatan perspektif kesehatan pada masa itu terasa asing dibenak sebagian elit masyarakat dan bahkan mengundang kontroversi. Penggunaan perspektif kesehatan dalam proses pembangunan di Kab. Kotim didasarkan pada kenyataan bahwa semua manusia memerlukan kesehatan, “kesehatan bukan segala-galanya, tetapi tanpa kesehatan segala-galanya tidak akan berarti apa-apa”. Memang diakui kebenaran kalimat yang menyatakan “siapa yang takut sakit akan kehilangan kesehatannya” . Penggunaan perspektif kesehatan bukan berarti menakut-nakuti masyarakat akan sebuah kesakitan, tetapi lebih pada upaya untuk mensyukuri salah satu kenikmatan berupa kesehatan dari Yang Maha Kuasa. Dengan pengertian itu maka diharapkan penggunaan perspektif kesehatan akan mampu menumbukan partisipasi aktif dari masyarakat karena semua masyarakat mebutuhkannya tanpa kecuali. Keyakinan ini diperkuat dengan pengalaman sendiri menderita sakit yang memerlukan penanganan khusus.

Kesehatan memberikan dampak pada setiap manusia tanpa pandang bulu. Mereka yang sedang sakit merasakan penderitaan. Keluarga

akan merasakan peningkatan beban ekonomi, tenaga dan waktu dalam merawat penderita. Pengusaha akan merasakan dampak penurunan produktif kerja manakala karyawan atau keluarganya mengalami suatu penyakit sehingga mangkir kerja. Tetangga atau teman disekitar penderita akan cemas manakala penyakit yang diiderita merupakan penyakit yang mempunyai potensi menular. Pertumbuhan ekonomi juga akan merasakan imbas dari derajat kesakitan dan kematian masyarakat. Stabilitas politik pemerintahan juga tidak dapat menghindar dari dampak tingginya angka kesakitan. Oleh karena itu, penggunaan perspektif kesehatan dalam proses pembangunan di Kab. Kotim akan memberikan faedah bagi seluruh masyarakat.

Kesehatan selain memberikan dampak, sebenarnya merupakan dampak dari aktifitas pembangunan sektor lain. Perubahan ekosistem akan memberikan gejala peningkatan kasus-kasus penyakit tertentu. Kebakaran lahan meningkatkan penyakit saluran pernafasan. Pengairan yang tidak sempurna memberikan kesempatan yang lebih luas bagi penyebaran demam berdarah. Peningkatan

angka diare daerah pantai yang terkait dengan penggundulan hutan sehingga berdampak pada naiknya air laut pada musim kemarau dan masyarakat kesulitan mendapat air bersih. Tingkat perluasan infrakstruktur jalan yang layak tidak seimbang dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor berdampak pada tingginya angka korban kecelakaan lalu lintas. Rendahnya tingkat pendidikan akan memberikan dampak pada kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatannya. Rendahnya tingkat ekonomi dan pengetahuan masyarakat akan menu gizi akan memberikan gambaran berupa tingginya angka gizi buruk. Penggunaan perspektif kesehatan akan memberikan suatu gambaran dampak yang bisa ditelusuri penyebab utamanya, sehingga dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan pembangunan di kab. Kotim.

Derajat kesehatan merupakan suatu kondisi yang ditentukan oleh keturunan, lingkungan, perilaku masyarakat dan kualitas pelayanan kesehatan. Kondisi ini identik dengan tingkat keberhasilan pembangunan yang ditentukan oleh tingkat sumber daya alam yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa, lingkungan pemerintahan baik regional, nasional maupun internasional, perilaku masyarakat dan dunia usaha serta kualitas pelayanan pemerintah. Bilamana pengaruh terbesar pada derajat kesehatan adalah perilaku dan lingkungan, maka pengaruh terbesar pada kesuksesan pembangunan di Kab. Kotim adalah perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan dan lingkungan pemerintahan (termasuk di dalamnya regulasi,politik, ekonomi, dll). Oleh karena itu, penggunaan perspektif kesehatan juga dapat menjadi arahan pola pikir dalam merancang aksi panggung Kab.kotim.

Prinsip berpikir seorang Dokter dalam proses menetapkan diagnose penyakit yang dialami pasien, juga merupakan hal yang menarik untuk dipertimbangkan dipergunakan sebagai kerangka pikir dalam melakukan pembangunan di Kab. Kotim. Dokter yang tidak mudah terkesima keadaan yang terlihat pada pasien, karena mungkin bukan menjadi masalah prioritas pasien, menjadi inspirasi dalam melihat permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pasien dengan jalan yang pincang, belum tentu masalah pincang menjadi prioritas sehingga dia datang ke Dokter. Apa yang terlihat tidak layak di masyarakat belum tentu merupakan masalah utama yang menjadi keluhan masyarakat. Perlu dilakukan penelusuran lebih mendalam dan langsung pada masyarakat demi memastikan ketepatan upaya penangan. Prinsip pikir seperti ini memang tepat untuk dipergunakan, apalagi bila mengingat masyarakat yang punya masalah sering kali tidak memiliki akses untuk menceriterakan kesulitannya dan yang teriak sangat keras mengatasnamakan masyarakat belum tentu mengutamakan kepentingan masyarakat.

Kerangka diagnose yang dimulai dengan wawancara keluhan secara lengkap, diikuti dengan pemeriksaan badan dan selanjutnya dijelaskan tentang kemungkinan penyakit yang diderita pasien. Bila diperlukan diberikan surat untuk pemeriksaan laboratorium, rongsen, dll demi memastikan penyakit yang diderita pasien dan selanjutnya dapat ditetapkan obat ataupun perlakuan yang harus diberikan kepada pasien. Upaya pembangunan seringkali tidak sesuai dengan apa yang diinginkan masyarakat agar dapat dimanfaatkan dan dinikmati secara optimal karena tidak sesuai dengan keinginan masyarakat. Kerangka pikir seperti ini sangat sesuai untuk dipergunakan dalam mengelola permasalahan

yang terjadi di masyarakat. Agar upaya pembangunan bisa dilaksanakan secara efektif dan efisien demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan kerangka pikir seperti mendiagnosa pasien. Forum musrenbang tingkat kecamatan sampai tingkat kabupaten sangat layak untuk dioptimalkan perannya dalam penyusunan perencanaan pembangunan disamping usulan teknis yang diajukan dinas-dinas ataupun unit kerja lainnya. Meskipun demikian terkadang juga diperlukan tindakan-tindakan tertentu untuk memastikan efiseinsi dan efektivitas pembangunan.

Sasaran pembangunan bidang kesehatan juga menjadi inspirasi dalam pelaksanaan pembangunan di Kab. Kotim. Upaya mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam bidang kesehatan, yang digambarkan dalam bentuk masyarakat mampu mengenali masalah kesehatannya, mampu mencari pertolongan dan mampu mengatasi akar penyebabnya timbulnya masalah kesehatan, dapat diidentikan dengan sasaran pembangunan Kab.Kotim. Pembangunan Kab. Kotim sangat tepat bila diarahkan untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri, mampu mengenali permasalahan yang sedang dialami, mampu mencari bantuan untuk menyelesaikan masalah dan mampu menjaga/merawat solusi pemecahan yang telah ada sehingga masalah tidak timbul kembali.

Strategi yang diambil oleh Departemen Kesehatan dalam melaksanakan pembangunan bidang kesehatan juga layak untuk dijadikan panduan dalam pembangunan di Kab.Kotim. Meskipun dalam kalimat ada perubahan terkait pergantian kepemimpinan Departemen Kesehatan, prinsip utama yang dapat ditangkap adalah meningkatkan kualitas manajemen kesehatan,

pemberdayaan masyarakat dan peningkatan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu. Strategi ini bila dianalogikan dalam pelaksanaan pemerintahan di Kab.Kotim, dapat berupa: peningkatan kualitas manajemen Pemerintah Daerah Kab.kotim, Peningkatan partisipasi masyarakat dan swasta dalam pembangunan dan peningkatan jangkauan masyarakat terhadap pelayanan kepemerintahan.Strategi ini sangat relevan dalam upaya mewujudkan pembangunan yang berdayaguna dan berhasilguna, dilakukan dengan semangat kebersamaan dan kemudahan seluruh masyarakat memanfaatkan pelayananan Pemerintah daerah, khususnya masyarakat miskin . Penerapan perspektif kesehatan dalam pembangunan di Kab. kotim memang tidak diterapkan secara tunggal,tetapi juga dengan menggunakan perspektif-perspektif lain, seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, dll. Penggunaan perspektif kesehatan juga dilakukan dalam bentuk kerangka maya pengelolaan pemerintahan dan pembangunan di Kab.Kotim. Hal ini dilakukan mengingat tidak mungkin meninggalkan tolok ukur pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan yang secara umum, apalagi setiap Departemen

dan Lembaga Tingi Negara menetapkan tolok ukur sendiri-sendiri yang berpengaruh pada alokasi anggaran Kab. Kotim. P R O S E S M E R A N C A N G AKSI P A N G G U N G KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR. Proses pembangunan Kab.Kotim dengan perspektif kesehatan diawali pada tahun 2000 dengan segala keterbatasan yang ada . Pada saat itu pelaksanaan otonomi daerah mulai diterapkan. Kab.Kotim memang sebelumnya merupakan pilot project pelaksanaan otonomi daerah tetapi sangat berlebihan manakala dikatakan telah betul-betul siap melaksanakan otonomi daerah. Keterbatasan ini semakin dirasakan dengan terjadinya bencana koflik etnis yang diawali dari Kab.Kotim. Kendala tidak hanya dialami dalam bidang kemampuan finansial saja tetapi lebih dari itu, kendala dalam sumber daya manusia, rasa kebersamaan masyarakat, sarana dan prasarana, dll juga harus dihadapi.

Dengan segala keterbatasan yang telah diuraikan diatas dan keterbatasan pengetahuan dibidang kesehatan, proses merancang pembangunan Kab.Kotim dengan perspektif kesehatan dimulai dengan menetapkan sektor kesehatan dijadikan prioritas bersama sektor pendidikan dan infrastruktur. Saat itu perhatian pembangunan diarahkan pada sektor kesehatan dengan harapan, pembangunan yang dilaksanakan dalam waktu singkat dapat dirasakan masyarakat sekaligus menjadikannya sebagai indikator kondisi nyata masyarakat.

Pilihan penekanan pembangunan sektor kesehatan pada tahun 2001 ditujukan pada perbaikan pelayanan RSUD Dr.Murjani Sampit. Pilihan ini dilakukan dengan alasan keluhan masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit sangat tinggi dan seluruh lapisan masyarakat membutuhkan keberadaannya karena rumah sakit satu-satunya di Kab.Kotim. Tingginya keluhan masyarakat lebih diakibatkan karena RSUD Dr.Murjani yang saat itu hanya memiliki 53 tempat tidur, dihadapkan pada kondisi yang serba terbatas. Terbatas sember daya manusianya (khususnya Dokter Spesialis), fasiltas tempat pelayanannya, fasilitas peralatan medis dan penunjangnya serta terbatas kemampuan pemeliharaannya, dll.

Pilihan memberikan perhatian lebih pada RSUD Dr.Murjani tidak dengan mudah memperoleh kesepahaman. Fokus pada rumah sakit dipersepsikan lebih mementingkan usaha pengobatan dari pada pencegahan, dimana usaha pengobatan akan lebih mahal dari usaha pencegahan. Dengan peningkatan anggaran kesehatan secara keseluruhan, meskipun peningkatan anggaran RSUD Dr.Murjani lebih besar, memberikan gambaran bahwa usaha di sektor kesehatan dapat dipahami sabagai upaya yang menyeluruh. Apalagi ditunjang dengan penjelasan, upaya kesehatan yang bersifat pengobatan digunakan sebagai titik awal untuk menjalankan solusi yang menyeluruh baik yang hanya melibatkan sektor kesehatan saja (kalau ada pasien yang menderita penyakit tertentu akan dilakukan tindakan pengobatan yang dilanjutkan dengan mencegah menyebarnya penyakit), maupun yang melibatkan sektor lain (misalnya ditemukan pasien kurang gizi, selain diobati juga dilakukan intervensi terhadap keadaan ekonomi keluarga pasien dan masyarakat di sekitarnya).

B

agaimana nih, apakah teman ikhlas jika teman kita memiliki aktifitas berlebih?. Atau apakah teman ikhlas jika memiliki benda kesayangan diberikan pada orang lain sekalipun belum kita kenal?. Ya ikhlas lah, ikhlas dong, Ikhlas kok, begitu kata-kata spontan meluncur di bibir teman kita saat temannya bertanya. Sungguhkah kata ikhlas cukup mengalir di bibir saja?. Atau kata ikhlas mengalir dibibir juga tersirat pula ikhlas di hati?. Begitulah memang bibir kadang tidak sejalan dengan hati. Ikhlas tidak ikhlas itu urusan hambaNya itu sendiri, urusan hati Allah SWT yang Maha Mengetahui. Simak di sini ada wacana tentang ikhlas.

Ikhlas adalah dasar utama yang menyebabkan semua amal ibadah kita diterima dengan baik oleh Allah SWT. Oleh karena itu syukur yang tidak didasari dengan ikhlas

akan menjadi tertawaan manusia saja. Mengukur ikhlas tidaknya seseorang, harus berpedoman kepada definisi agama dan jangan pernah menimbangnya sesuai selera, pendapat serta budaya mengenai keikhlasan. Apabila disederhanakan, keikhlasan adalah pekerjaan yang benar dan diniati hanya untuk Allah, meski dengan bentuk dan proses yang bervariasi.

Seperti apa buah ikhlas?. Hasil sebuah keikhlasan dapat dilihat di belakang, bukan di depan dan bukan di tengah. Karena di dalam Alquran disebutkan, ‘’Walillaahi ‘aqibatul umuur.’’ Milik Allah resultan dari semua fenomena. Allah hanya akan membuktikan sebuah ajaran-Nya pada akhir sebuah fenomena. Ikhlas adalah meniatkan ibadah seorang muslimah hanya untuk mengharap keridhoan dan wajah Allah semata dan tidak menjadikan sekutu bagi Allah dalam ibadah tersebut.

Syirik merusak kejernihan ibadah dan menghilangkan keikhlasan dan pahala. Ikhlas bukanlah hal yang mudah dilakukan. Ikhlas adalah membersihkan hati dari segala

kotoran, sedikit atau pun banyak sehingga tujuan ibadah adalah murni karena Allah.

Hampir tidak ada ibadah yang dilakukan seorang muslimah dapat benar-benar bersih dari harapan-harapan dunia, namun ini bukanlah alasan untuk tidak memperhatikan keikhlasan. Bahkan kita melihat bahwa orang yang ikhlas itu, apabila melihat ada orang yang lebih baik darinya dalam memikul tugas, ia mengundurkan diri dalam keadaan reda. Ia akan mengutamakan orang itu dari dirinya dalam keadaan taat dan bahagia karena ia mundur setapak ke belakang. Kebenaran, kebaikan dan kemuliaan hanya akan tegak dengan orang-orang yang ikhlas, yang berpegang teguh dengan prinsip, yang boleh mempengaruhi orang lain, bukan dipengaruhi. Penyakit-penyakit hati yang bercampur-baur dengan ikhlas dan merusak niat lebih

bahaya dari penyakit tubuh badan. Ikhlaslah dalam berbagi waktu dan uang karena hal itu adalah hal yang benar.

Ikhlas secara bahasa artinya murni, namun secara syariat ikhlas berarti mentauhidkan Allah dalam ketaatan. Artinya seorang yang beramal hanya menyerahkan wajahnya kepada Allah semata. Seorang yang ikhlas tidaklah mencari pujian atau tidak merasa ingin dilihat oleh manusia, karena ia meyakini bahwa ia sedang menyerahkan amalnya kepada Allah seolah-olah Allah berada dihadapannya, sebagaimana Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda tentang ihsan : “Hendaknya engkau beribabah kepada Allah

seolah-olah engkau melihat-Nya. Maka jika engkau tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu” (HR. Muslim). Lawan dari ikhlas adalah riya, yaitu melakukan suatu perbuatan bukan karena Allah. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah mewasiatkan kita dari penyakit ini : “Sesungguhnya yang kau khawatirkan atas diri kalian adalah syirik kecil, yaitu riya” (HR. Ahmad, Shahih).

Dari yang sedikit itu pun, sangat sedikit sekali amalan yang benar-benar ikhlas ditujukan hanya untuk Allah Ta’ala. Bahkan bisa jadi amalan kita selama ini dari kecil hingga sekarang tidak ada yang ikhlas sama sekali, maka apakah kita merasa aman dari azab Allah?. Niat adalah masalah yang paling dekat dengan manusia, namun untuk berniat saja terkadang susah atau bahkan sampai terlupa dan untuk ikhlas pun susah, bahkan jika seseorang merasa ikhlas maka sebenarnya ia belum ikhlas, maka menurut beliau kita seharusnya su’udzon pada diri kita sendiri, apakah kita sudah benar2 ikhlas.

“Amalan paling baik ialah yang paling ikhlas dan paling benar.”Orang bertanya kepada beliau: “Wahai Abu Ali, apakah yang dimaksudkan dengan yang paling ikhlas dan benar itu?” Beliau menjawab : “Sesungguhnya sesuatu amalan itu, jika ia ditunaikan secara ikhlas sahaja tetapi tidak menepati kebenaran, maka ia tidak akan diterima. Begitu juga jika ia menepati kebenaran tetapi jika tiada ikhlas, maka ia juga tidak diterima. Amalan yang diterima ialah yang ikhlas dan menepati kebenaran. Ikhlas adalah semata-mata karena Allah dan kebenaran adalah mengikut sunnah.” Dalam sebuah al-Hadits as-Syarif beliau bersabda, ‘’Ana madiinatul ilmi (sayalah kota segala ilmu). Ada satu pertanyaan yang Rasullullah tidak langsung menjawabnya. Apa gerangan pertanyaan itu sehingga Rasulullah harus meminta waktu, mengernyitkan kening dan memeras otak?. ‘’Wahai Baginda Rasul apa yang dimaksud dengan ikhlas?’’ tanya

seorang sahabatnya.

Setelah berdiam, Rasulullah memusatkan perhatian dan menyampaikan pertanyaan serupa kepada Malaikat Jibril As. ‘’Aku bertanya kepada Jibril As tentang ikhlas, apakah ikhlas itu?’’. Jibril bertanya kepada Tuhan Yang Maha Suci tentang ikhlas, apakah sebenarnya?. Allah SWT menjawab Jibril dengan berfirman, ‘’Suatu rahasia dari rahasia-KU yang Aku tempatkan di hati hamba-hamba-KU yang Ku-cintai.’’

Kalau gambaran ikhlas itu sebagaimana diajarkan Allah melalui Jibril yang disampaikan kepada Baginda Rasul tersebut, maka betapa banyaknya di antara kita yang tidak memilikinya. Sebab hanya hamba-hamba yang dicintai Allah saja yang dapat memiliki ‘’makhluk’’ ikhlas ini.

Begitu sulitnya menemukan sosok ikhlas di hati semua orang, sampai-sampai Baginda Rasul berhati-hati membuat definisi ikhlas. Oleh sebab itu, Rasul lantas memberi jaminan kepada umatnya yang punya sifat terhormat ini. Baginya, demikian Rasulullah, belenggu apapun tak akan berhasil, walau mampir sekali pun di hati seorang yang ikhlas (mukhlis). Seorang yang mukhlis akan selalu menerima dalam posisi apapun ikhlas karena kaya dan ikhlas pula karena fakir. Seseorang bisa ikhlas karena kaya dan bisa tidak ikhlas karena fakir. Bisa juga orang ikhlas dalam kefakiran tetapi tidak ikhlas dalam kekayaan. Keikhlasan amat tidak perlu ditampak-tampakkan karena semakin mengklaim dirinya ikhlas, kadar keikhlasannya menurun. Ibarat spiritus, begitu tutupnya dibuka, langsung menguap. Orang ikhlas, biar dibilang tidak ikhlas tidak akan membela diri, sebab kalau dia marah karena dikatakan tidak ikhlas, itu tanda-tanda ketidakikhlasan.

Rasulullah SAW menceritakan ada seseorang yang hanya karena menyingkirkan sepucuk duri dari tengah jalan, maka kepadanya diganjar dengan rahmat oleh Allah SWT, sehingga meraih surga. Kok bisa begitu? Ternyata pada saat dia memungut duri itu, hatinya teramat ikhlas. Dia tidak ingin duri itu mencederai para pengguna jalan. Jadi jangan dianggap remeh satu amal yang nampak kecil yang bisa kita lakukan sepanjang niatnya ikhlas.

Simak pula keikhlasan Ali bin Abi Thalib RA. Pada saat perang tanding satu lawan satu, Ali berhasil menempati posisi yang amat menentukan kemenangannya. Pedang lawan sudah terlepas dari tangannya. Ali sudah berhasil menindih tubuh musuhnya. Ditangannya telah memegang sebilah pisau yang teramat tajam. Tapi belum sempat Ali menghunjamkan pisau itu ke tubuh lawannya, si musyrik itu meludahi wajah Ali. Sebagai manusia biasa, tentu kita bisa merasakan emosi Ali. Wajar kalau kemarahannya kian memuncak. Tapi bagaimana sikap menantu Rasulullah itu? Pisau yang ada ditangannya malah ia campakan dan hal ini membuat musuhnya merasa aneh dan bertanya apa sebabnya. Ali bin Abi Thalib menjawab: “Aku khawatir, aku membunuh kamu karena emosi amarahku dan bukan karena jihad membela agama Allah”. Mendengar ungkapan Ali ini membuat lawannya mendapat hidayah dan mengucapkan dua kalimah syahadat. Masya Allah.

Keikhlasan dalam bekerja memang menjadi sorotan penting. Ulama terkenal Abi Qasimy al Qusyairi berkata: “Ikhlas adalah menjadikan tujuan taat satu-satunya hanyalah kepada Allah SWT. Dia ingin mendekatkan diri kepada Allah. Bukan untuk mendapat pujian”.

Lalu apa ciri karyawan yang tidak ikhlas itu? Ali bin Abi Thalib yang dikenal sebagai seorang ilmuan tersohor di zaman Rasulullah SAW itu memberikan empat cirinya. Kata beliau: “Malas jika tidak ada orang, giat jika di muka umum, bertambah amal jika dipuji dan menguranginya jika di cela”. Seorang bijak berkata: “Seharusnya seorang Karyawan itu mencontoh perilaku gembala kambing. Pengembala Kambing jika shalat siang hari ditengah-tengah kambingnya, sekali-kali tidak mengharap pujian dari kambing-kambingnya. Demikian pula seorang karyawan seharusnya tidak menghiraukan apakah dilihat atasan atau tidak”. Wallahualam.

Ikhlas mempunyai banyak tanda dan alamat yang banyak. Ia di dalam kehidupan orang yang ikhlas akhlak dan pandangannya kepada diri sendiri dan manusia. Di antara tanda dan alamat tersebut ialah :

1. Takutkan kemasyhuran dan sanjungan yang boleh membawa

fitnah kepada diri dan agama. 2. Orang yang ikhlas senatiasa

menganggap dirinya terhadap Allah SWT, lalai dalam melaksanakan ibadah, tidak dapat mengawal hati dan dimasuki oleh sifat megah dan takjub dengan diri sendiri.

3. Ia lebih suka melakukan amalan kebaikan secara tersembunyi dari amalan yang dipenuhi dengan iklan dan irama paluan kemasyhuran. 4. Sama sahaja di sisi beliau sebagai

pemimpin atau tentera, selagi mana kedua-duanya adalah berkhidmat dengan da’wahnya.

5. Tidak menghiraukan keridhoan manusia jika disebaliknya adalah kemurkaan Allah SWT. Sesungguhnya.

6. Hendaklah cinta dan benci, memberi dan menahan, reda dan