3.2.1 Metode Pendekatan
Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang dimaksud dengan pertimbangan sebagian besar wilayah Pantai Jikumerasa Namlea Kabupaten Buru, Provinsi Maluku merupakan Kawasan yang memilki potensi pariwisata yang dominan adalah pesisir pantai dan karakteristik keagamaan dan sosial budayanya, metoda pendekatan yang paling tepat yaitu partisipatif, sosial-budaya, dan metoda pengembangan pesisir pantai. Dimana hasil kemampuan lahan akan digunakan sebagai dasar penentuan lokasi yang sesuai untuk pengembangan kegiatan pariwisata. Gunn (1994), dalam menetapkan area terbaik yang sesuai untuk pengembangan rekreasi dilakukan pengukuran dan memetakan 3 (tiga) set faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor fisik, fasilitas yang tersedia, serta keadaan alam dan budaya dari suatu wilayah. Prosesnya meliputi beberapa langkah awal yaitu mengukur subkomponen yang berkaitan dengan lokasi dimana fungsi atraksi, nilai dari sebuah peubah dihitung. Kemudian dilakukan overlay peta sehingga dapat dilihat area dengan kategori tertinggi dari semua komponen yang selanjutnya dapat ditetapkan untuk dikembangkan.
Pendekatan analisis perencanaan dapat dengan metode Product’s Analysis Sequence for Outdoor Leisure Planning (PASOLP) yang diungkapkan oleh Lawson dan Boud-Bovy (1997) diacu dalam Gunn (1994) terdapat empat proses, yaitu :
1. Investigasi dan analisis sains : dimana dilakukan pembandingan laju wisata utama
(yang ada dan yang potensial) dengan atraksi dan sumberdaya, struktur negara, politik dan prioritasnya dianalisis.
2. Identifikasi sasaran pengembangan : segmen pasar diteliti, produk wisata yang ada dibandingkan dengan segmen pasar, atraksi tujuan wisata diteliti, kelayakan (termasuk dampak sosial ekonomi dan lingkungan dari pengembangan baru) diteliti, dan diidentifikasi pengembangan yang diprioritaskan.
3. Membuat rencana fisik : dibuat 3 (tiga) studi mengenai kebutuhan akan fasilitas baru, perkiraan dampak, dan tujuan yang dipilih, berdasarkan hasil dari tahap ke-2, disusun kesimpulan dan saran untuk perencanaan.
4. Dampak : dilakukan perkiraan atau perhitungan dampak sosial ekonomi dan
lingkungan dari pengembangan yang diusulkan
Adapun langkah pengerjaan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Melakukan Analisis Kemampuan Lahan dengan menilai faktor fisik untuk
menghasilkan kelas kemampuan lahan bagi pengembangan kegiatan pariwisata. Metode analisis yang digunakan adalah analisis kemampuan penyerapan visual (Visual Absorption Capability) atau disebut VAC dengan cara overlay peta faktorfaktor fisik. Pertimbangan menggunakan metode ini adalah kemampuannya melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor yang menjadi pembatas utama untuk penggunaan dan pengembangan kegiatan wisata dengan tetap terpeliharanya kualitas visual yang ada (Elsner et. al 1978 dalam Kamal Yusuf, 2001).
2. Analisis dan pengembangan sumberdaya wisata, dengan cara : mengidentifikasi,
menginventarisasikan dan mengklasifikasikan potensi sumberdaya wisata alam dan potensi sumberdaya wisata budaya. Menilai kendala atau danger signal dalam pengembangan masing-masing potensi wisata. Output berupa klasifikasi sumberdaya wisata serta lokasinya dengan kendalanya, yang kemudian dihasilkan peta kesesuaian pengembangan kegiatan wisata alam dan peta kesesuaian pengembangan kegiatan wisata budaya.
3. Menilai tingkat kemudahan pencapaian dengan menggunakan indeks kemudahan
Output berupa daftar indeks kemudahan pencapaian kesetiap lokasi yang akan dijadikan pusat pelayan wisata (center of service).
4. Pemilihan lokasi pusat pelayanan (center of service) yang berupa gerbang pintu masuk wisata, desa wisata, desa pusat pelayanan wisata atau juga tempat pemberhentian. Pemilihan lokasi didasarkan pada hasil analisis kemampuan lahan, analisis dan pengembangan sumberdaya wisata dan analisis aksesibilitas.
5. Menganalisis permintaan pariwisata, dengan cara melihat pola pergerakan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara, memperkirakan target kunjungan wisatawan serta perkiraan pasar wisata.
6. Mencari cara untuk mengantisipasi dan mengatasi bencana alam melalui metode
analisis kajian literatur.
7. Menentukan peluang investasi pariwisata (investment opportunity) dengan melihat
peluang usaha yang paling berpotensi untuk dikembangkan.
8. Pembahasan dan arahan berdasarkan syariat Islam tentang kesenian dan kebudayaan
masyarakat.
Pada akhirnya segala informasi dan hasil analisis diatas akan dijadikan input dalam Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Pantai Jikumerasa Namlea Kabupaten Buru, Provinsi Maluku yang berupa konsep, strategi dan kebijakan Pengembangan Pariwisata Daerah Pantai Kabupaten Buru, Provinsi Maluku.
3.2.2 Metode Pendekatan Perumusan Konsep
Metode pendekatan terhadap perumusan konsep yang digunakan dalam Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Pantai Jikumerasa Namlea Kabupaten Buru, Provinsi Maluku :
1. Identifikasi isu-isu permasalahan mengenai kajian sektor pariwisata di Kawasa nPantai Jikumerasa. Dimana dirasakan belum adanya konsep yang jelas mengenai pengembangan sektor pariwisata.
2. Mengumpulkan data dan fakta kondisi eksisting sektor pariwisata Kawasan Pantai
Jikumerasa (telaah pustaka) yang menunjang, bahasan ini menggunakan metode deskriptif kualitatif guna melihat kondisi internal maupun eksternal dari sektor pariwisata yang ada di sekitar Namlea dan Kabupaten Buru.
3. Identifikasi kebijakan pengembangan sektor pariwisata meliputi kebijakan makro dan mikro, terdiri atas kebijakan pemerintah daerah Provinsi Maluku dan Kabupaten Buru serta kebijakan penataan ruang
4. Identifikasi kaitan sektor pariwisata yang ada di wilayah perencanaan meliputi kegiatan pariwisata, wisata fisik, wisata sosialbudaya, wisata ekonomi.
5. Melakuan evaluasi dan analisis daya dukung suatu lahan yang didasarkan kepada
hubungan fungsional antara kualitas dan kemampuan lahan dengan kemungkinan pengembangan kegiatan pariwisata, serta mengevaluasi dan menganalisis sektorsektor yang terkait dengan sektor pariwisata.
6. Sebelum merumuskan konsep pengembangan pariwisata, terlebih dahulu membuat
dasar-dasar pertimbangan yang harus diperhatikan didalam merumuskan suatu konsep, didapat setelah melihat kebijakan, potensi dan kendala serta hasil analisis.
7. Berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, maka dibuat suatu rekomendasi yang
berupa perumusan rencana pengembangan pariwisata. Dimana untuk menunjang dan mencapai tujuan dari rencana pengembangan pariwisata, dibuat suatu rekomendasi lanjutan berupa strategi dan kebijakan pengembangan pariwisata yang dapat dijadikan pedoman untuk pelaksanaan secara langsung dilapangan.
Untuk lebih jelasnya mengenai Kerangka Pemikiran Pembuatan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Pantai Jikumerasa Namlea Kabupaten Buru, Provinsi Maluku dapat dilihat pada Gambar 3.1