• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

3 METODE KAJIAN

Lokasi dan Waktu Kajian

Kajian ini dilakukan di Desa Benete Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Kajian telah dilakanakan sejak bulan Januari – Desember 2014 dan tersusun dalam jadwal kajian.

Pendekatan Kajian

Kajian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif (mixed method)

dimaksudkan agar kedua metode ini dapat saling melengkapi dalam menemukan jawaban atas permasalahan kajian. Pendekatan kuantitatif dilakukan untuk analisis data yang bersifat numerik dan kuantifikasi agar mempermudah pengukuran, sementara pendekatan kualitatif fokus pada penggalian informasi yang bersifat pendalaman dalam melihat persoalan yang tidak terukur.

Kanuk dan Schiffman (2008) memberikan penegasan bahwa perlu bagi periset perusahaan untuk mengkombinasikan penelitian kuatitatif dan kualitatif. Dua desain penelitian ini mempunyai keunggulan masing-masing, yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam merumuskan strategi dan keputusan organisasi. Hasil riset kualitatif digunakan untuk kajian gagasan baru dan pengembangan, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk proyeksi, pembuatan model dan lainnya. Desain khusus penelitian kualitatif ini akan diperkaya dengan peran peneliti sebagai partisipan. Manfaat akhir dari pengaplikasian kedua pendekatan ini akan berujung pada penemuan strategi pengelolaan BUM Desa untuk pemberdayaan masyarakat di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat. Oleh karena itu, unit analisis dalam kajian ini adalah kelembagaan BUM Desa, dimana didalam kelembagaan terdapat pengelola, pelanggan dan pihak-pihak lain (stakeholder) yang terkait dengan keberadaan BUM Desa Benete.

Teknik Pengumpulan Data

Pada kajian kualitatif, pengumpulan data tidak dipandu oleh teori, tetapi dipandu oleh fakta-fakta yang ditemukan pada saat kajian di lapangan (Sugiyono 2011). Pada kajian ini menggunakan beberapa tehnik agar diperoleh data yang valid dan mampu memberikan gambaran sebenarnya dari kondisi yang ada. Tehnik yang digunakan meliputi wawancara mendalam (indepth interview), focus group discussion (FGD), pengamatan partisipatif dan pengumpulan dokumentasi. Pengumpulan data terdiri atas data-data dasar, seperti: jumlah penduduk, jumlah pelanggan, jumlah pengurus BUM Desa, data kondisi sarana dan prasarana Desa dan BUM Desa, data PADes Benete, laporan keuangan BUM Desa dan data lain yang berkaitan dengan kajian ini didapatkan melalui:

a) Telaah Pustaka: Sebelum mencari data primer, peneliti terlebih dahulu menelaah data sekunder dalam bentuk telaah pustaka atau studi dokumen. Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan berbagai jenis data dan informasi pendukung mengenai topik kajian. Data-data

tersebut didapat dari dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang dimiliki oleh masing-masing stakeholder serta sumber-sumber lainnya yang dapat memberikan informasi mengenai strategi pengelolaan/ penguatan BUM Desa dalam pemberdayaan masyarakat.

b) Teknik Non-Survei: Setelah telaah pustaka atau studi dokumen sudah dilakukan, selanjutnya dilakukan kajian lapangan melalui kegiatan non-survei. Hal ini ditujukan untuk mengumpulkan data dan informasi terkait peran, pengaruh dan kepentingan stakeholder dalam pembentukan dan pengelolaan BUM Desa Benete. Wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah digunakan untuk mengkaji faktor internal dan eksternal serta kinerja BUM Desa Desa Benete. Selanjutnya untuk menguji validasi data, peneliti melakukan tehnik triangulasi dimana memadukan informasi dari beragam informan yang mengetahui tematik dalam kajian ini.

Data kualitatif yang dihasilkan selama kajian dapat dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu:

a) Data hasil pengamatan: tulisan dari hasil interpretasi penulis dalam bentuk deskripsi mengenai situasi, kejadian/peristiwa, orang-orang, interaksi dan perilaku yang diamati secara langsung di lapangan, yang disajikan dalam bentuk catatan lapang saat penulis melakukan pengamatan dan wawancara.

b) Data hasil pembicaraan: kutipan langsung dari pernyataan orang-orang yang menjadi subjek kajian. Kutipan ditulis sebagaimana yang disampaikan informan mengenai pengalaman, sikap, keyakinan dan pandangan/pemikiran mereka dalam kesempatan wawancara dengan peneliti, maupun pada saat diskusi kelompok terarah berlangsung. c) Data tertulis: petikan atau keseluruhan bagian dari dokumen yang

berkaitan tema kajian. Bahan tertulis lain yang dijadikan sebagai referensi penulisan kajian ini adalah buku-buku dan artikel terkait, serta berita dari media massa elektronik terutama internet.

Pemilihan Informan

Informan dipilih secara sengaja (purposive), yaitu individu yang memiliki kompetensi dan mengetahui bagaimana proses pembentukan dan pemilihan usaha, operasional, pengaruh dan kepentingan stakeholder terhadap pembentukan dan pengembangan BUM Desa, kondisi internal dan eksternal, serta aspek lain dari keberadaan BUM Desa Benete. Peneliti sangat terbantu karena adanya hubungan yang kedekatan dengan para aktor yang terlibat dalam BUM Desa Benete disamping peneliti adalah bagian dari komunitas tempat kajian ini dilakukan.

Melalui pendekatan pendahuluan, ditetapkan bahwa informan yang dipilih berdasarkan jabatan atau pengaruh mereka terhadap lingkungan atau institusi tempat mereka menjabat diantaranya yaitu: (1) Manager atau staf Specialist Social

Responsibility Departement PTNNT; (2) Kepala Badan Pemberdayaan

Masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat; (3) Kepala Desa Benete periode 2004- 2009; (4) Kepala Desa Benete periode 2013-2019; (5) Sekretaris Kecamatan Maluk; (6) Ketua BPD Desa Benete; (7) Pengurus BUM Desa periode 2003-2005; (8) pengelola Pelabuhan Benete; (9) tokoh masyarakat dan pihak terkait lainnya.

29

Adapun tehnik pengambilan data tematik kajian dan informan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Teknik pengambilan data.

No. Tematik Data yg dibutuhkan

Tehnik Pengambilan

Data

Informan/ responden 1. Analisi peran, pengaruh

dan kepentingan

stakeholder dalam pembentukan dan operasional BUM Desa pada level desa dan PTNNT. Pemetaan peran, kepentingan dan pengaruh stakeholder. Wawancara mendalam, FGD Kepala Desa, pengurus BUM Desa sebelumnya, pihak Dept. SR PTNNT.

2. Analsis kondisi internal yang mempengaruhi kinerja BUM Desa Benete. - Kondisi SDM - Kelembagaan - Kondisi produksi - Kondisi keuangan - Kondisi pemasaran - Sarana prasarana Wawancara mendalam, dokumentasi, observasi, survey dan FGD Pengelola BUM Desa dan masyarakat/ pelanggan.

3. Analsis kondisi eksternal yang mempengaruhi kinerja BUM Desa Benete.

- Regulasi yangt erkaitan dengan BUM Desa

- Budaya: aspek nilai- nilai berkaitan dengan BUM Desa, Kebiasaan warga dalam bekerjasama bidang sosial dan ekonomi, - Jaringan operasional BUM Desa. Wawancara mendalam, studi dokumen Pengelola BUM Desa dan masyarakat/ pelanggan. 4. Merumuskan strategi pengelolaan BUM Desa Benete dalam

mewujudkan pemberdayaan

masyarakat berkelanjutan di Desa Benete.

Analisis matrik SWOT, pendekatan strategi 5C dan penerapan bonding, bridging dan creating strategy. FGD Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua LPM, masyarakat/ pelanggan, pengurus BUM Desa dan pihak Dept. SR PTNNT.

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data terkait pengelolaan dan keterlibatan para aktor dalam pembentukan dan operasional BUM Desa Benete dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai data jenuh. Pengolahan dan analisis data dengan pendekatan kualitatif mengacu pada kerja yang diberikan Miles dan Huberman (1984) dalam Sugiyono (2011). Data yang didapatkan dari pendekatan

kualitatif diolah melalui tiga jalur analisis, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan (Gambar 5).

Gambar 5 Komponen dalam analisis data (interactive model)

Sumber: Sugiyono (2011)

Adapun penjelasan dari tahapan dalam analisis data kualitatif dengn

interactive model, adalah sebagai berikut: 1) Pengumpulan data

Kegiatan pengumpulan data dalam kajian ini lebih banyak dilakukan melalui wawancara secara kelompok. Peneliti akan banyak memposisikan diri sebagai pemadu/moderator wawancara dalam suatu pertemuan yang bersifat partisipatif.

2) Reduksi data

Reduksi data diartikan sebagai proses pencatatan data secara teliti dan rinci. Proses reduksi data mempunyai arti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan hal-hal penting dicari tema dan pola. Reduksi ditujukan untuk menajamkan, menggolongkan, mengeliminasi yang tidak diperlukan serta mengorganisir data untuk memperoleh kesimpulan akhir sebagai temuan kajian. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk mengumpulkan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

3) Penyajian data

Data yang telah direduksi kemudian disajikan dengan penyusunan sekumpulan informasi sehingga memungkinkan untuk penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Melalui penyajian data maka akan mempermudah dalam memahami apa yang terjadi serta dapat merencanakan langkah berikutnya berdasarkan pemahaman atas informasi yang telah didapatkan. Penyajian data dilakukan dalam bentuk tabel, gambar, serta berbagai kutipan penjelasan dari subyek kajian.

Pengumpulan Data

Data Collection Penyajian Data

Reduksi Data Data Reduction

Penarikan Kesimpulan Conclusions; Drawing/verifying

31

4) Penarikan kesimpulan

Melakukan verifikasi atas kesimpulan yang telah didapatkan selama proses pengumpulan data dengan tetap meninjau data-data yang telah dikumpulkan sebelumnya. Verifikasi data bertujuan untuk memastikan bahwa data yang dibutuhkan sudah lengkap, sehingga penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan tepat berdasarkan data-data yang sudah terkumpul. Kesimpulan dalam kajian kualitatif merupakan temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

Metode Kuantitatif

Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengkaji kondisi internal dan mendapatkan informasi terkait penilaian pelanggan. Untuk kondisi internal, yang menjadi responden dalam kajian ini adalah pengelola BUM Desa. Penilaian partisipasi pelanggan yang menjadi respondennya adalah pelanggan atau masyarakat yang mengetahui keberadaan BUM Desa. Selanjutnya informasi yang diperoleh diubah dalam penskoran yang menunjukkan intensitas variabel dengan menggunakan skala Likert.

Pemilihan Responden

Responden dalam penelitian ini adalah pengelola BUM Desa dan masyarakat/pelanggan yaitu penerima manfaat dan mengetahui keberadaan BUM Desa. Penentuan responden dilakukan dengan menggunakan sample random sampling. Besaran sampel yang digunakan sebanyak 10% dari jumlah pelanggan atau warga penerima manfaat dari unit-unit usaha BUM Desa. Populasi dalam penelitian ini adalah pelanggan BUM Desa baik yang masih aktif maupun tidak aktif dan masih berdomisili di Desa Benete.

Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan metode survey terhadap responden untuk mendapatkan data terkait penilaian pelanggan/masyarakat terhadap kinerja BUM Desa. Instrumen penelitian digunakan adalah kuesioner. Data kuantitatif hasil penyebaran kuesioner di lapangan dilakukan editing, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Data yang didapatkan dilakukan editing, untuk mengecek kelengkapan pengisian kuesioner selanjutnya dilakukan pengolahan dengan mengunakan tabel frekwensi dan tabulasi silang.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji hubungan-hubungan antar berbagai faktor yang mempengaruhi pengembangan kelembagaan BUM Desa Benete. Data-data sekunder yang digunakan terutama dari dokumen Maluk Dalam Angka Tahun 2007-2013 dan Informasi dari Profil Desa Benete tahun 2012-2013, laporan BUM Desa dan data lain yang relevan. Hasil kajian hubungan tersebut kemudian dilakukan interpretasi dan generalisasi, terhadap faktor-faktor yang berhubungan, kemudian dipetakan dan dianalisis.

Analisis Matriks SWOT

Hasil analisis lingkungan kelembagaan kemudian dikelompokkan ke dalam faktor internal dan eksternal, yang kemudian dilanjutkan dengan analisis SWOT. Dalam matriks SWOT alternatif formulasi strategi dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan. Perbandingan berpasangan adalah suatu teknik membandingkan suatu komponen dengan komponen lain dalam satu kategori yang sama. Matriks SWOT membantu dalam melakukan perbandingan berpasangan antara faktor-faktor kekuatan, peluang kelemahan, dan ancaman, seperti terlihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Matriks Analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan (S) 1. ... 2. ... 3. ... Kelemahan (W) 1. ... 2. ... 3. ... Peluang (O) 1. ... 2. ... 3. ... Strategi SO 1. ... 2. ... 3. ... Strategi WO 1. ... 2. ... 3. ... Ancaman (T) 1. ... 2. ... 3. ... Strategi ST 1. ... 2. ... 3. ... Strategi WT 1. ... 2. ... 3. ... Sumber: Rangkuty (2001).

Melalui analisis SWOT dapat dikembangkan menjadi beberapa rumusan strategi, dengan alternatif sebagai berikut:

1. Strategi SO (Strength – Opportunity), yaitu dengan menggunakan kekuatan internal yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal, dalam upaya mengembangankan kelembagaan BUM Desa untuk meningkatkan pendapatan dan berkontribusi bagi pemasukan PADes Desa Benete.

2. Strategi ST (Strength – Threats), yaitu dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk mengatasi ancaman potensial, yang dapat menghambat pengembangan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

3. Strategi WO (Weaknesses – Opportunities), yaitu dengan memanfaatkan peluang yang muncul, untuk mengatasi kelemahan dalam rangka mengembangkan kelembagaan BUM Desa dalam mewujudkan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

4. Strategi WT (Weaknesses - Threats), yaitu upaya mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal dalam rangka mempertahankan kelembagaan BUM Desa sebagai pengerak kegiatan pemberdayaan masyarakat berkelanjutan.

33

Perancangan Strategi dan Program Aksi Metode Perancangan

Rancangan strategi adalah sebuah temuan sehingga belum dapat diprediksi secara otomatis apa bentuk kebijakan (strategi fungsional) termasuk rencana aksi sebagai out put dari kajian ini. Kegiatan perancangan dilakukan dalam forum FGD untuk pengumpulan data sebagai masukan dalam analisis faktor internal dan eksternal yang akan digunakan dalam analisis SWOT. Metode ini dipilih karena: (1) dapat memperoleh informasi-informasi penting yang terkait dengan permasalahan dan tujuan kajian; (2) menstimulasi ide-ide dan konsep baru; (3) mendiagnosis permasalahan; (4) menetapkan produk, program, pelayanan, dan bentuk kelembagaan; (5) menafsirkan hasil-hasil evaluasi secara lebih baik, dan; (6) mempelajari perilaku dan keinginan masyarakat.

Data terkait komunitas yang menjadi analisis faktor eksternal adalah sebagai berikut: (1) jumlah penduduk; (2) luas wilayah; (3) jaringan komunikasi antar dusun; (4) prasarana dan sarana perhubungan dan komunikasi; (5) pemasaran produk komunitas; (6) kelembagaan sosial; (7) kelembagaan produksi; (8) prasarana dan sarana pemerintahan komunitas; (9) sosial budaya yaitu suasana yang memberikan kemungkinan adanya kerukunan hidup beragama dan kerukunan hidup bermasyarakat dalam hubungannya dengan adat istiadat; (10) pola nafkah masyarakat dan prasarananya.

Komponen dalam analisis faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) sebagai berikut:

Identifikasi Faktor Internal Strength (Kekuatan)

Strength dalam hal ini diartikan sebagai kekuatan atau hal positif yang menonjol dari perusahaan/produk yang dapat dijadikan sebagai competitive advantage (keunggulan bersaing). Misalnya: memiliki tenaga kerja yang cukup terampil, berpengalaman, dan berdedikasi tinggi pada pekerjaan, memiliki kemampuan memberikan kesejahteraan kepada masyarakat dan jaringan distribusi yang luas.

Weakness (Kelemahan)

Kebalikan dari Strength, Weakness merupakan kekurangan atau hal-hal yang tidak/belum dimiliki perusahaan untuk bersaing di pasar. Misalnya: brand

nama tidak terkenal, reputasi yang kurang baik di mata konsumen, biaya produksi relatif mahal, menggunakan alat produksi dengan teknologi lama, biaya produksi langsung atau tidak langsung cukup tinggi dan harga yang kurang kompetitif.

Identifikasi Faktor Eksternal Opportunity (Peluang)

Opportunity dianggap sebagai bagian dari lingkungan eksternal perusahaan yang dapat menjadi potensi untuk meningkatkan profit, market share

atau pertumbuhan. Beberapa contoh peluang antara lain: kondisi perekonomian yang membaik sehingga meningkatkan daya beli masyarakat, adanya permintaan atau kebutuhan tertentu yang selama ini belum dilayani oleh produk/perusahaan lain, teknologi baru yang memungkinkan produksi/distribusi menjadi lebih efisien atau dapat meningkatkan kualitas produk/jasa, peraturan pemerintah yang mendukung usaha, masih berpeluang mendapatkan sumber biaya dari pemerintah dan swasta, tingkat permintaan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari BUM Desa.

Threat (Ancaman)

Threat adalah kebalikan dari Opportunity, yang merupakan halangan atau ancaman bagi perusahan dalam memperluas pasar atau mendapatkan profit. Misalnya: rendahnya tingkat kesadaran masyarakat untuk membayar tagihan tepat waktu, munculnya produk substitusi/pengganti, konsumen mengurangi daya konsumsinya, peraturan pemerintah, trend atau perubahan sosial yang kurang menguntungkan bagi perusahaan.

Partisipan Perancangan

Penentuan partisipan dalam kegiatan perancangan dipilih secara sengaja berdasarkan peran dan keterlibatannya dalam pengelolaan BUM Desa. Partisipan dalam perancangan rumusan strategi pengelolaan BUM Desa dalam pemberdayaan masayarakat di Desa Benete Kabupaten Sumbawa Barat terdiri dari: (1) dari pengelola BUM Desa; (2) unsur perusahaan (PTNNT); (3) dari unsur Pemda KSB; (4) dari unsur pengurus BUM Desa; dan (5) unsur pemerintah Desa dan Kecamatan.

Proses Perancangan

Kegiatan perancangan dilakukan dalam sebuah forum diskusi terbatas (FGD) dengan melibatkan partisipan perancang. Dalam penentuan strategi sebagai dasar rancangan kebijakan dan program aksi akan dilakukan melalui tiga tahapan analisis yang saling berkaitan, yaitu: (1) tahap pengumpulan data, (2) tahap analisis, dan (3) tahap pengambilan keputusan strategis.

A). Tahap Pengumpulan Data

Kegiatan yang dilakukan dalam proses pengumpulan data/informasi adalah sebagai berikut:

1) Analisis faktor-faktor internal

Analisis faktor-faktor internal mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Mengidentifikasikan faktor-faktor kunci yang merupakan kekuatan dan kelemahan organisasi dengan membuat check list

daftar pertanyaan

35

2) Analisis faktor-faktor eksternal

Analisis faktor-faktor eksternal mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Mengenali kekuatan kunci faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja pengelolaan BUM Desa.

b) Mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor tersebut

c) Apabila dianggap perlu, membuat proyeksi mengenai perkembangan faktor-faktor tersebut selama periode perencanaan

d) Mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal tersebut yang secara strategis merupakan peluang dan ancaman terhadap pelaksanaan manajemen pengelolaan BUM Desa.

e) Secara umum, kekuatan kunci faktor-faktor eksternal yang berpengaruh adalah: (1) kekuatan perekonomian makro regional, (2) kekuatan politik, pemerintahan, hukum dan kelembagaan, (3) kekuatan geografi, demografi, sosial, budaya dan lingkungan.

B). TahapAnalisis

Hasil analisis faktor internal dan eksternal dimasukkan ke dalam matrik SWOT dan selanjutnya dapat dikembangkan menjadi beberapa rumusan strategi, dengan alternatif sebagai berikut: (1) Strategi S-O

(Strength – Opportunity); (2) Strategi S-T (Strength – Threats); (3) Strategi W-O (Weaknesses – Opportunities); (4) Strategi W-T

(Weaknesses – Threats). Selanjutnya temuan strategi dari analisis SWOT digunakan dalam menyusun program dan rencana aksi dengan menyesuaikan pendekatan strategi akumulasi kapital sosial (Woolcock, 2001) yaitu, terapan bonding strategy, bridging strategy dan creating strategy.

4 GAMBARAN UMUM LOKASI KAJIAN

Gambaran umum lokasi kajian menjelaskan hubungan profil komunitas dengan keberadaan BUM Desa sebagai instrumen pemberdayaan masyarakat desa. Pembangunan desa bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan (pasal 78 UU No. 6 tahun 2014). Keberadaan BUM Desa diharapkan memberi manfaat sosial dan komersial serta menjadi upaya pengembangan komunitas (community based development). Adanya orientasi tersebut, maka usaha yang dikembangkan BUM Desa harus mengarah pada pengembangan potensi desa, pemenuhan kebutuhan masyarakat dan penciptaan kemandirian serta berdampak pada sejahteraan masyarakat desa yang lebih merata.

Penggalian potensi yang ada di komunitas, serta lingkungan yang lebih luas berhubungan dengan analisis peluang dan hambatan serta pemilihan usaha BUM Desa. Kondisi tersebut merupakan bagian dari faktor eksternal yang berimplikasi terhadap pengembangan BUM Desa. Kajian profil komunitas juga menjadi informasi sangat mendasar dalam kerja pemberdayaan masyarakat. Faktor-faktor yang mendapatkan perhatian dalam kajian ini adalah lokasi komunitas (meliputi wilayah administratif dihubungkan dengan kecamatan dan kabupaten, topografi dan potensi wilayah), karakteristik penduduk (informasi terkait dengan penduduk berdasarkan umur, jenis kelamin, mata pencaharian, pendidikan dan angkatan kerja), aktivitas penduduk (terkait dengan kegiatan ekonomi), analisis migrasi (faktor sebagai penarik kedatangan dan faktor yang menyebabkan penduduk keluar dari komunitas) serta pertumbuhan penduduk.

Profil Komunitas Desa Benete

Secara administratif Desa Benete berada di Kecamatan Maluk Kabupaten Sumbawa Barat. Jarak ke ibukota Kabupaten sekitar 34 Km. Akses jalan sudah cukup baik dengan jarak tempuh kurang lebih 40 menit jika menggunakan kendaraan bermotor. Desa Benete merupakan pusat administrasi dari Kecamatan Maluk. Terdapat lima Desa yang menjadi bagian dari Kecamatan Maluk yaitu Desa Benete, Desa Bukit Damai, Desa Maluk, Desa Mantun dan Desa Pasir Putih. Desa Benete sebelum tahun 2004, merupakan bagian dari wilayah Desa Belo Kecamatan Jereweh. Penduduk Desa Benete merupakan pendatang. Kedatangan penduduk ke Benete dilatarbelakangi oleh bencana tsunami di wilayah pantai Selatan pada sekitar tahun 1977. Kejadian tersebut mengakibatkan sebagian besar penduduk kehilangan tempat tinggal dan rusaknya lahan pertanian. Pemerintah Daerah Kabupaten Sumbawa berinisiatif memindahkan warga ke lembah Benete. Perpindahan penduduk saat itu disebut dengan transmigrasi spontan. Selain alasan kejadian Tsunami, wabah penyakit malaria dan kesulitan transportasi warga di daerah pedalaman juga menjadi pertimbangan utama dalam menentukan kebijakan transmigrasi lokal. Pada tahap awal, pemerintah telah membangun rumah panggung komunal sebanyak 47 rumah di Dusun Tatar, 12

Dokumen terkait