• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

PETA ADMINISTRASI KEC MALUK

PETA ADMINISTRASI KEC. MALUK KAB. SUMBAWA BARAT

Desa Maluk Desa Mantun Desa Pasir Putih Desa Bukit Damai Kec. Sekongkang Kec. Jereweh Kec. Sekongkang PTNNT

39

Kependudukan

Jumlah dan Komposisi Penduduk

Jumlah penduduk Desa Benete pada tahun 2013 adalah 2.095 jiwa atau 17,33 persen dari total penduduk Kecamatan Maluk, dengan rincian masing- masing 1.002 jiwa atau 47,8 persen orang laki dan 1.095 jiwa atau 52,2 persen) perempuan dengan sex ratio 91,7 atau jumlah penduduk perempuan masih lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Rumah tangga di Desa Benete berjumlah 504 KK dengan anggota rata-rata 4 orang setiap KK. Jumlah KK terbanyak terdapat di Dusun Nangkalanung yaitu 200 KK, Dusun Singa 130 KK, Dusun Tatar 91 KK dan Dusun Jereweh 88 KK. Mayoritas warga Desa Benete beragama Islam. Sebaran penduduk pada setiap dusun diinformasikan sebagai berikut (Gambar 1).

Gambar 7 Jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin dan jumlah kepala keluarga per dusun

Sumber: Data yang diolah dari Buku Induk Penduduk Desa Benete tahun 2012

Sebaran penduduk yang merata memberikan keuntungan, terkait dengan ketersediaan tenaga kerja dan permasalahan demografi lainnya. Sebaran penduduk Desa Benete yang terbesar di Dusun Nangkalanung sebesar 42,77 persen, Dusun Tatar sebesar 22,10 persen, Dusun Singa sebesar 18,66 persen dan Dusun Jereweh 16,47 persen. Penduduk Desa Benete terpusat di Dusun Nangkalanung. Terpusatnya jumlah penduduk pada suatu wilayah, karena beberapa alasan, yaitu sebagai pusat aktivitas pemerintahan atau kegiatan ekonomi.

Penduduk di Desa Benete tergolong multi etnik dan budaya. Kondisi ini diharapkan sebagai potensi, dimana sub budaya mempunyai kebiasaan dan cara hidup yang saling memberikan pengaruh positif antara satu sub dengan sub lainnya. Konteks multikultural di suatu wilayah juga sebagai potensi negatif, tetapi tergantung bagaimana pemerintah, tokoh masyarakat menjalankannya. Satu sub budaya dengan budaya lainnya harus menjalankan nilai-nilai luhur, sehingga memunculkan penguatan, bukan gap sosial, ekonomi dan budaya. Sub budaya

yang ada di Desa Benete terdiri atas beragam sub budaya (Jawa, Bali, Lombok, Bima, Kalimantan dan Sulawesi), secara empiris dinyatakan oleh informan bahwa tidak pernah terjadi gesekan antar etnik di Desa Benete.

Komposisi penduduk Desa Benete tahun 2012 menurut umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4 berikut:

Tabel 4 Penduduk Desa Benete berdasarkan umur dan jenis kelamin

No. Golongan Umur Laki Perempuan Jumlah (%)

1 0–4 15 22 37 1,77 2 5–9 120 118 238 11,36 3 10–14 124 90 214 10,21 4 15–19 75 79 154 7,35 5 20–24 78 87 165 7,88 6 25–29 100 114 214 10,21 7 30–34 93 117 210 10,02 8 35–39 97 118 215 10,26 9 40–44 101 119 220 10,50 10 45–49 49 60 109 5,20 11 50–54 46 53 99 4,73 12 55–59 39 27 66 3,15 13 60 – 64 24 24 48 2,29 14 65–69 12 32 44 2,10 15 70–74 14 20 34 1,62 16 75+ 15 13 28 1,34 TOTAL 1002 1093 2095 100

Sumber : Data yang diolah dari Buku Induk Penduduk Desa Benete tahun 2012.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), komposisi penduduk menurut kelompok umur terdiri dari penduduk berusia muda (0-14 tahun), usia produktif (15-64 tahun) dan usia tua ( > 65 tahun). Berdasarkan data kependudukan Desa Benete pada tahun 2012, diketahui bahwa penduduk tergolong berusia muda sebanyak 489 jiwa atau 23 persen, usia produktif sebanyak 1500 jiwa atau 72 persen dan usia tua 106 jiwa atau 5 persen.

Angka ketergantungan (dependency ratio) merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Angka dependency ratio adalah perbandingan jumlah penduduk berumur 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas dengan penduduk berumur 15-64 tahun. Semakin tinggi angka dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif untuk membiayai hidup penduduk belum produktif dan tidak produktif lagi. Berdasarkan data penduduk Benete pada tabel 1 diatas maka rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk Desa Benete adalah sebesar 40 persen. Artinya bahwa setiap 100 orang berusia produktif menanggung penduduk yang berusia belum dan tidak produktif sebanyak 40 orang.

Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar akan mampu menjadi potensi pembangunan Desa apabila dapat dibina dengan baik. Peningkatan mutu

41

angkatan kerja dicerminkan dengan adanya peningkatan kualitas pendidikan dan keterampilan terutama bagi penduduk yang masuk pada kategori usia produktif.

Aspek demografi di Desa Benete menjadi informasi penting, bahwa terdapat jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki, dengan total masing-masing sebesar 47,83 persen laki-laki dan 52,17 persen penduduk perempuan. Persentase penduduk usia angkatan kerja juga lebih banyak penduduk perempuan. Kondisi empiris ini akan sangat tergantung pada pola pencarian nafkah di setiap rumah tangga. Rumah tangga dengan tanggung jawab pencarian nafkah hanya pada kaum laki-laki atau bapak, maka kondisi demografi tersebut sebagai permasalahan yang serius.

Setiap aspek komunitas perlu menjadi perhatian dalam pemberdayaan masyarakat, termasuk melalui peran BUM Desa sebagai modal sosial. Potensi perempuan harus diberdayakan, melalui pelibatan dalam kegiatan usaha BUM Desa dan kegiatan ekonomi produktif lainnya. Konsep kerja yang dapat ditawarkan adalah pekerjaan yang mengacu pada keterampilan perempuan dan dapat dikerjakan di rumah, sehingga fungsi mengatur rumah tangga tidak terabaikan.

Pertumbuhan Penduduk

Penduduk mempunyai permasalahan yang kompleks, diantaranya adalah kemampuan dalam pengendaliannya. Jumlah penduduk pada suatu wilayah dapat mengalami perubahan, sebagai akibat jumlah kelahiran, kematian dan perpindahan (masuk atau keluar). Jumlah penduduk di Desa Benete mengalami pertumbuhan dengan rata-rata 3,37 persen per tahun. Informasinya pada Tabel 5. Tabel 5 Pertumbuhan jumlah penduduk Desa Benete

Tahun Jumlah Penduduk (orang) Pertumbuhan ( %)

2006 1808 2007 1857 2,71 2008/09 1896 2,10 2010 1704 -10,13 2011 1987 16,61 2012 2097 5,54 Rata-rata 3,37

Sumber: Maluk Dalam Angka 2006-2012

Pertumbuhan penduduk Desa Benete cukup fluktuatif, memberikan indikasi bahwa pertumbuhan bukan hanya akibat kelahiran dan kematian. Pada tahun 2010 terjadi pengurangan jumlah penduduk, sebesar 10,13 persen sedangkan pada tahun 2011 terjadi peningkatan yang tinggi, sebesar 16,61 persen. Pertambahan jumlah penduduk yang di Desa Benete lebih banyak disebabkan oleh faktor migrasi oleh pencari kerja dari luar daerah yang memilih menetap di Desa Benete.

Kepadatan Geografis dan Agraris

Luas wilayah Desa Benete pada tahun 2013 adalah 60,87 km2. dengan tingkat kepadatan georafis rendah yaitu 33,14 jiwa/km2 atau kategori berpenduduk jarang. Wilayah yang luas memberikan keleluasaan penduduk untuk memiliki lahan yang cukup untuk usaha pertanian, perkebunan, peternakan dan usaha ekonomi produktif lainnya. Asumsi penting dalam kondisi ini adalah pemilikan lahan pertanian dan perkebunan merata, tidak ada permasalahan sosial budaya yang menyebabkan pemilikan lahan berada pada kelompok masyarakat tertentu. Kepadatan penduduk Desa Benete tergolong terjarang jika dibandingkan dengan Desa lain di Kecamatan Maluk. Informasi terkait luas wilayah, kepadatan penduduk per Km2 dan jumlah penduduk di Kecamatan Maluk tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Luas wilayah, kepadatan penduduk per Km2 dan jumlah penduduk di Kecamatan Maluk tahun 2012.

Nama Desa Luas Wilayah (km) Kepadatan penduduk per km2 Jumlah Penduduk Jiwa Rumah Tangga Maluk 9,64 296 2.838 781 Mantun 5,86 371 2.174 718 Benete 60,87 34 2.095 504 Bukit Damai 6,72 355 2.385 695 Pasir Putih 9,35 269 2.515 844 Jumlah 92,42 130 11.957 3.542

Sumber : Kecamatan dalam Angka tahun 2012

Dari luas wilayah 60,87 km2, peruntukan untuk lahan pertanian seluas 200 ha, dengan kriteria 75 ha berupa lahan pertanian dengan irigasi teknis dan 125 ha lahan pertanian tadah hujan. Peruntukan lainnya adalah 378 ha lahan kebun, 480 ha ladang, 37 ha untuk fungsi lain serta 84 ha tidak difungsikan. Informasi penggunaan lahan di Desa Benete, sebagai berikut (Gambar 2).

Gambar 8 Luas lahan menurut penggunaan di Desa Benete Tahun 2013 Sumber : Profil Desa Benete tahun 2013

200

979

46

Sawah (Ha) Bukan Sawah (Ha) Non Pertanian (Ha) Luas Lahan

43

Kondisi lahan yang ada merupakan potensi ekonomi bagi warga, tergantung pada etos kerja masyarakat untuk memanfaatkannya. Pembangunan sarana prasarana sesuai dengan potensi wilayah perlu didukung oleh program pemerintah, seperti pembangunan bendungan dan irigasi teknis berdampak pada produktivitas di sektor pertanian.

Pendidikan Penduduk Desa Benete

Kemampuan dalam pengembangan ekonomi secara mandiri dari masyarakat ataupun kemampuan dalam menggerakan stimulan dari faktor eskternal tergantung pada tingkat pendidikan masyarakat. Tingkat pendidikan masyarakat dapat juga menjadi stratifikasi sosial, karena pendidikan relevan dengan kemampuan memecahkan masalah diri dan masyarakat. Penduduk Komunitas Benete masih didominasi dengan pendidikan wajib sembilan tahun (wajar sembilan tahun). Informasi tingkat pendidikan anggota komunitas Benete, sebagai berikut (Tabel 7).

Tabel 7 Tingkat pendidikan masyarakat Benete Tahun 2013

No. Pendidikan Jumlah Persentase ( %)

Laki-laki Perempuan Total

1. Sekolah Dasar (SD) 157 200 357 26,84 2. Sekolah Menengah

Pertama (SMP)

700 200 900 67,67

3. Sekolah Menengah Atas (SMA)

10 20 30 2,26

4. Diploma (D3) 10 7 17 1,28

5. Sarjana (S1) 5 21 26 1,95

Jumlah 882 448 1.330 100,00

Sumber: Profile Desa Benete 2013

Masyarakat yang mempunyai potensi, relevan dengan pendidikan tinggi, yaitu lulusan perguruan tinggi. Pendidikan tamat SMA belum dapat dinyatakan tinggi, karena masih pada kriteria menengah serta ada beberapa konsep yang telah menjadikannya sebagai pendidikan wajib dua belas tahun. Masyarakat Benete yang berpendidikan D3 dan S1 tergolong cukup kecil, masing-masing sebanyak 1,28 persen dan 1,95 persen. Fakta empiris tingkat pendidikan masyarakat ini perlu mendapatkan perhatian agar dapat menjadi potensi, bukan sebaliknya menjadi penghambat dalam merealisasi ragam pemberdayaan yang masuk dan dimunculkan di komunitas tersebut.

Kondisi Infrastruktur Dasar dan Sarana Prasarana Desa Sarana Jalan

Kondisi infrastruktur jalan pada tahun 2014 di Desa Benete umunya berupa jalan aspal/hotmix dan pengerasan. Jalan hotmix adalah status jalan

propinsi maupun jalan kabupaten yang melintasi Desa Benete. Panjang ruas jalan

hotmix mencapai 2 km. Jalan yang telah diperkeras yaitu sebagian besar melintasi pemukiman sepanjang 1,5 km, sedangkan ruas jalan yang berada dipinggiran Desa umumnya jalan tanah atau jalan pertanian yang panjangnya mencapai 1 Km.

Keberadaan sarana jalan di Desa Benete tidak muncul sebagai penghambat masyarakat dalam melakukan aktivitas ekonomi, baik untuk mendapatkan pelayanan publik, perolehan faktor produksi dan pemasaran hasil produksi. Kondisi tersebut sepanjang tahun, baik di musim hujan ataupun musim kemarau.

Sarana Air Bersih dan MCK

Sarana air bersih masyarakat bersumber dari sumur pompa, sumur gali dan leding. Sedangkan untuk sarana sanitasi sebagian besar masyarakat sudah memiliki jamban/WC sendiri. Untuk lebih jelas gambaran sarana air bersih dan sanitasi yang dimiliki oleh masyarakat Benete dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 9 Ketersediaan sarana air bersih dan sanitasi di Desa Benete tahun 2013 Sumber: Profile Desa Benete 2013

Sarana air bersih dan pendukungnya, seperti MCK merupakan kebutuhan utama warga. Sebagian besar rumah tangga di Desa Benete telah memiliki fasilitas MCK. Kesadaran atas cara hidup bersih dan sehat sudah menjadi budaya baru bagi warga, terutama setelah memiliki sarana MCK sendiri dirumah masing- masing.

Kelembagaan Ekonomi

Kelembagaan merupakan suatu perangkat aturan yang mengatur atau mengikat dan dipatuhi oleh masyarakat. Aturan-aturan tersebut menentukan tata cara kerjasama dan koordinasi anggota masyarakat dalam pemanfaatan sumber daya serta membantu mereka dalam menentukan hak serta kewajiban masing- masing (Haryami dan Kikuchi 1982). Kelembagaan pedesaan dapat berupa kelembagaan penguasaan tanah, kelembagaan hubungan kerja dan kelembagaan perkreditan. 98 184 345 0 0 627 0 0 0 200 400 600 800 Sumur Pompa

Sumur Gali Air Leding Sungai Mata Air WC Sendiri WC Umum Tdk punya

WC

45

Menurut data laporan Profil Desa Benete tahun 2013, kelembagaan ekonomi dan kelompok usaha produktif yang ada di komunitas Desa Benete pada tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Lembaga ekonomi yang ada di Desa Benete Tahun 2013

No. Kelembagaan Ekonomi Jumlah Satuan

1. Koperasi dan toko/kios a) Koperasi simpan pinjam b) Toko / kios

c) Tempat jual pulsa HP

1 8 4 unit unit unit 2. Industri kecil dan menengah

a) Industri makan / rumah makan b) Industri material bahan bangunan c) Pengilingan Padi

d) Industri pengolahan kayu

9 4 2 1 unit unit unit unit 3. Usaha jasa pengangkutan

a) Pemilik angkutan Desa/perkotaan b) Ojek kendaraan roda dua

7 30

unit unit 4. Usaha dan jasa perdagangan toko/kios

a) Usaha peternakan b) Usaha perikanan c) Usaha perkebunan 1 2 1 unit unit unit 5. Usaha hiburan dan olah raga

a) Usaha jasa hiburan / group music b) Tempat penyewaan VCD dan Play station c) Gedung olah raga Footsal

d) Gedung olah raga Bulu tangkis dan Basket

1 3 1 1 unit unit unit unit 6. Usaha jasa keterampilan

a) Tukang kayu b) Tukang batu c) Tukang jahit/bordir d) Service elektronik e) Bengkel/montir f) Tukang gali sumur g) Tukang pijat/urut h) Tukang cukur

i) Tukang service perahu

5 12 14 1 4 3 2 1 2 orang orang orang orang orang orang orang orang orang 7. Usaha jasa penginapan

a) Rumah kontrakan / kos 7 unit

Sumber: Laporan Profil Desa Benete tahun 2013

Selain lembaga ekonomi yang disebutkan dalam Tabel 8, pada tahun 2005 Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) pernah ada di Desa Benete. Lembaga ini dibentuk oleh masyarakat dan pembiayaan dari PTNNT. Untuk penguatan kelembagaan, PTNNT bekerjasama dengan Yayasan Pengembangan Pertanian Terpadu (YPPT). Penguatan permodalan dilakukan melalui mekanisme

networking, dimana KSM dihubungkan dengan lembaga keuangan/Bank yang telah beroperasi di Kecamatan Maluk. Imlementasi dari program tersebut adalah, KSM dihubungkan dengan Bank BRI, dimana peran PTNNT adalah penjamin pinjaman masyarakat di Bank. Proses selanjutnya adalah, pihak Bank membuat nota kesepakatan antara dengan PTNNT dan pengelola KSM. Besaran bungan

kredit ditentukan yaitu sebesar ± 1 persen per bulan. Masyarakat yang ingin mengakses dana tersebut harus menjadi anggota Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan harus mendapatkan rekomendasi dari Kepala Desa. Program tersebut tidak dapat berlembang, disebabkan alasan kredit macet karena anggota tidak mengembalikan kreditnya dan KSM tidak dapat memenuhi kewajiban pengembalian kredit ke Bank. Keberadaan 4 (empat) KSM yang pernah terbentuk di Desa Benete ini tidak lagi beraktifitas sejak tahun 2010 yang laluLembaga keuangan yang lain yang pernah ada di Desa Benete yaitu Koperasi Simpan Pinjam dengan dana awal diambil dari bantuan program PNPM mandiri tahun 2008. Menurut informasi dari pengurus PNPM (bapak SLM) “.... walaupun secara lembaga formal sudah tidak ada tetapi program masih berjalan di masyarakat”.

Jaringan Bisnis

Di desa Benete telah ada beberapa warga yang menjadi pengusaha. Untuk memenuhi permintaan konsumen, mereka telah mampu membangun jaringan bisnis dengan pengusaha luar seperti Lombok, Bali dan Jawa. Kerjasama dengan pengusaha luar untuk mendapatkan modal, material dan keterampilan dalam menjalankan usahanya.

Keberadan PTNNT dan serta pengaruh dari interaksi dengan pendatang membuka wawasan beberapa warga beralih profesi dari petani atau peternak menjadi pengusaha. Pada umumnya mereka sebagai kontraktor dan suplier pada proyek PT NNT yang tergabung dalam Local Business Inisiative (LBI) yaitu sebuah prakarsa bisnis yang memberikan kesempatan akses atau menjadi mitra bisnis PT NNT. Pengusaha yang tergabung sebagai anggota LBI mendapat pembinaan berupa pelatihan kewirausahaan; keuangan; perpajakan; managemen usaha; e-bisnis, dan jaringan kemitraan.

Keberadaan dermaga umum di Desa Benete memberikan manfaat kepada pengusaha lokal untuk mendatangkan barang dari luar daerah dengan harga relatif murah. Mereka menggunakan jasa angkutan laut mengangkut bahan bangunan dan kebutuhan pokok dari Pulau Jawa. Akses langsung antar pulau melalui transportasi laut membuat harga material bangunan relatif murah. Manfaat lain dari keberadaan dermaga umum tersebut yaitu memberikan peluang kerja bagi masyarakat setempat menjadi buruh angkut di pelabuhan. Beroperasinya dermaga Benete juga dapat menjadi lahan pengembangan usaha BUM Desa sebagaimana disampaikan oleh Kepala Syahbandar Dermaga Benete, pak IL;

“Jika pelabuhan ini sudah berjalan dengan maksimal, ada banyak potensi usaha yang dapat dikelola melalui BUM Desa. Misalnya, BUM Desa bisa memfasilitasi Tenaga Bongkar Muat (TBM) untuk para buruh, akomodir penduduk lokal yang mau menjadi buruh. BUM Desa menginisiasi pembentukan koperasi ekspedisi Laut. Ini bisa berupa menyiapkan tenaga transportasi, baik truk dan lain sebagainya. Kemudian BUM Desa bisa juga mengelola lahan parkir di sekitar pantai selain usaha menjual air bersih dan

air layak minum (fresh water) ke kapal-kapal yang bongkar muat di dermaga

47

Mata Pencaharian Utama

Penetrasi dan proses industrialisasi yang terjadi di daerah berdekatan dengan kegiatan industri pertambangan telah membawa dampak ikutan antara lain terdiferensiasinya mata pencaharian masyarakat dari yang semula hanya mengandalkan sektor pertanian (alam) semata, bergeser ke sektor lain di luar pertanian karena peluang mendapatkan penghasilan (income) dari sektor lain tersebut semakin terbuka dan menjanjikan, yaitu usaha dagang, usaha jasa, kontraktor dan menjadi karyawan swasta di sektor pertambangan. Selain itu sebagai dampak dari otonomi daerah dan pemekaran wilayah yaitu terbentuk Kabupaten Sumbawa Barat yang diikuti pembentukan Kecamatan Maluk dan pemekaran desa baru telah memberikan kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk menjadi pegawai pemerintah. Pekerjaan adalah kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa bagi diri sendiri atau orang lain. Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi seseorang. Pekerjaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan imbalan atau upah berupa barang dan jasa (Soekanto 1990).

Usaha Pertanian

Struktur perekonomian masyarakat telah mengalami transformasi yang demikian cepat dari struktur perekonomian yang berbasis pertanian ke struktur perekonomian yang berbasiskan industri, jasa, dan perdagangan. Meskipun peluang usaha di bidang lain terbuka lebar, namun sampai saat ini usaha pertanian tetap memegang peranan penting sebagai sumber mata pencaharian utama. Pembangunan infrastruktur pertanian menjadi prioritas program dari Pemda KSB maupun PTNNT, dengan pertimbangan bahwa sektor pertanian sangat penting artinya dalam menopang kehidupan ekonomi masyarakat baik pada masa tambang maupun pasca tambang nantinya.

Usaha Dagang

Usaha dalam bidang perdagangan merupakan kegiatan ekonomi yang paling pesat perkembangannya dibandingkan jenis usaha lain yang dilakukan oleh masyarakat. Usaha dagang ini meliputi usaha kios, usaha warung dan pedagang pakaian. Jenis usaha baru dilakukan oleh masyarakat, seperti usaha dagang kepeluan bahan pokok, toko alat-alat listrik, material bangunan, penjualan spare part dan minyak pelumas skendaraan bermotor, kios sarana produksi pertanian dan toko ATK (stationary).

Usaha Jasa

Usaha paling beragam yang dilakukan oleh masyarakat adalah usaha jasa. Usaha jasa yang tumbuh dan berkembang meliputi jasa pada bidang transportasi (ojek), jasa pertukangan, jasa perbengkelan, jasa jahit, jasa tukang urut, jasa TV kabel, jasa penyewaan hand traktor, jasa foto copy, jasa penyewaan rumah atau kos-kosan, dan bahkan jasa penangkapan ternak. Usaha di bidang jasa tidak semata-mata mengandalkan modal material atau uang semata tapi diperlukan modal keterampilan, pengalaman, dan keahlian.

Karyawan Swasta

Karyawan swasta yang dimaksud adalah tenaga yang bekerja pada perusahaan tambang PT NNT dan perusahaan sub-kontraktor yang memperoleh gaji tetap setiap bulan. Jumlah rumah tangga yang memiliki anggota bekerja menjadi karyawan yang dimaksud relatif banyak dan memiliki kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi di Desa Benete .

Pegawai Pemerintah

Setelah terbentuk Kabupaten Sumbawa Barat yang diikuti oleh pemekaran wilayah kecamatan dan Desa, maka jumlah masyarakat yang menjadi pegawai pemerintah (sebagai PNS maupun tenaga honorer) semakin meningkat. Ada yang menjadi guru, staf administrasi sekolah, staf administrasi Kantor Cabang Dinas Dikpora, staf kecamatan, dan staf Desa.

Gambar 10 Grafik pekerjaan utama kepala keluarga di Desa Benete tahun 2012 Sumber: Demografi Desa Benete 2012

Berdasarkan pekerjaan utama Kepala keluarga yaitu bekerja pada sektor pertambangan/penggalian sebanyak 98 orang atau 31,00 persen, diikuti oleh sektor pertanian 89 orang atau 29,00 persen, perikanan/nelayan 43 orang atau 14,00 persen, sektor angkutan 26 orang atau 8,00 persen, jasa perorangan 21 orang atau 7,00 persen dan sektor perdagangan 13 orang atau 4,00 persen. Berikut gambaran mata pencaharian utama masing-masing kepala keluarga di Desa Benete, dapat dilihat pada Gambar 4.

Profil Pemerintahan Desa Benete Aparatur Pemerintah Desa Benete

Pemerintah Desa Benete mempunyai peran pada proses pendirian dan menentukan pilihan usaha BUM Desa. Aparat Desa Benete terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris, Kepala Seksi dan staf administrasi. Kepala Desa dalam menjalankan fungsinya dibantu oleh 4 (empat) orang Kepala Dusun, seluruh

31% 29% 8% 4% 14% 5% 7% 2% Pertambangan Pertanian Anggkutan Perdagangan Perikanan Jasa Pemerintah Jasa perorangan Tidak bekerja

49

jabatan dalam struktur organisasi Pemerintah Desa pada tahun 2014 telah terisi sesuai dengan kebutuhan. Tingkat pendidikan aparatur Desa Benete digambarkan pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat Pendidikan Aparatur Desa Benete Tahun 2014

No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1. Sekolah Dasar (SD) 3 21,43

2. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 14,29

3. Sekolah Menengah Atas (SMA) 7 50,00

4. Sarjana (S1) 2 14,28

Total 14 100,00

Sumber: Profile Desa Benete 2013

Tabel 7 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan aparatur Desa Benete rata-rata berpendidikan dasar yaitu tamat SD dan SMP 35,72 persen. Sedangkan 64,28 persen adalah berpendidikan menengah keatas.

Jumlah keanggotaan BPD adalah 9 (sembilan) orang terdiri dari: ketua, wakil ketua, sekretaris dan anggota. Fungsi BPD, sebagai penampung, penyalur aspirasi masyarakat dan pengawasan kinerja kepala Desa serta memberikan persetujuan terhadap pelaksanaan peraturan Desa. Sembilan orang personel BPD Benete, seluruhnya berpendidikan SMA kecuali wakil ketua berpendidikan tamatan S1 (sarjana).

Keuangan Desa Benete

Kondisi keuangan desa akan berimplikasi pada pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, jika digunakan untuk belanja pembangunan, dengan asumsi kriteria pembangunan tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Pengaturan keuangan daerah otonom, ternyata relatif sama dengan pengaturan keuangan otonomi desa. Belanja dibagi menjadi dua, yaitu belanja langsung dan belanja tidak langsung. Dalam belanja langsung dan tidak langsung ada belanja pegawai. Belanja pegawai dapat dipastikan bersifat konsumtif, hanya untuk kepentingan pegawai semata, bukan untuk pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

Informasi keuangan dan arah belanja Desa Benete perlu mendapatkan perhatian, karena akan muncul sebagai salah variabel dalam identifikasi kondisi internal BUM Desa. Selanjutnya akan menjadi dasar dalam menentukan strategi pemberdayaan masyarakat. Gambaran keadaan alokasi RAPBDes Desa Benete tahun 2013 dan 2014 ditunjukkan dalam Gambar 5.

Informasi keuangan Desa Benete dapat diperoleh pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (PADes). Kemandirian keuangan desa dapat dilihat dari PADes, sama dengan konsep penelitian keuangan daerah otonom. Pada tahun 2013, kontribusi PADes terhadap total pendapatan sebesar 5,29 persen.

Pada tahun 2014, dalam RAPBDes kontribusi dari PADes terhadap Total Pendapatan sebesar 3,43 persen. Kriteria kemandirian keuangan pada dua tahun

Dokumen terkait