• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah : 1. Analisis Validitas

Analisis validitas dilakukan dengan cara menganalisis seluruh aspek yang dinilai oleh masing-masing validator terhadap video pembelajaran yang dikembangkan. Analisis ini disajikan dalam bentuk tabel, agar dapat mengetahui persentase kevalidan, dengan menggunakan rumus :

82

Untuk menentukan tingkat kevalidan produk (video pembelajaran dengan menggunakan metode Flip Learning) digunakan kriteria seperti tabel di bawah ini : (Riduwan, p.89)

Tabel 3.16. Kategori Validitas Video Pembelajaran pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

No Interval Katergori

1. 0% - 20% Tidak valid

2. 21% - 40% Kurang valid

3. 41% - 60% Cukup valid

4. 61% - 80% Valid

5. 81% - 100% Sangat valid

2. Analisis Praktikalitas

Analisis praktikalitas dilakukan dengan pengisian angket oleh peserta didik yag telah mencoba penggunaan produk ( video pembelajaran). Angket dianalisa dengan menggunakan rumus (ridwan,p.89):

Hasil yang diperoleh di interpretasikan dengan menggunakan kriteria (Riduwan,p.89) berikut:

Tabel 3.17. Kategori Praktikalitas Video Pembelajaran pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

No Interval Katergori

1. 0% - 20% Tidak praktis

2. 21% - 40% Kurang praktis

3. 41% - 60% Cukup praktis

4. 61% - 80% Praktis

5. 81% - 100% Sangat praktis

3. Analisis Efektivitas

Analisis efektivitas dilakukan dengan dua cara yaitu menghitung rata – rata tes hasil belajar peserta didik dan menghitung data respon positif peserta didik.

a. Angket Respon Peserta didik

Data angket respon peserta didik diperoleh setelah peserta didik mengisi lembar angket respon positif , yang ditunjukkan dengan hasil angket yang diberikan. Berikut adalah tabel kategori angket respon positif peserta didik.

Tabel 3.18. Kategori Respon Peserta Didik terhadap Video Pembelajaran Matematika pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

No Interval Katergori

1. > 85 % Sangat Positif

2. Positif

3. Kurang Positif

4. Tidak Positif

Respon peserta didik dikatakan positif apabila persentase setiap indikator berada dalam kategori senang, baru, berminat lebih besar atau sama dengan 70% ( Herlina, 2003:48).

b. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Analisis data penelitian yang dilakukan untuk menghitung sejauh mana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan video pembelajaran pada materi statistika dilakukan dengan menggunakan perhitungan gain ternormalisasi.

Menurut Lestari (2015, p.234) gain ternormalisasi pada penelitian ini disimbolkan dengan N-gain. N-gain ini diperkenalkan oleh Hake dan secara sederhana merupakan gain absolut dibagi dengan gain maksimum yang mungkin (ideal).

Gain ternomalisasi diformulasikan dalam bentuk seperti berikut:

84

Keterangan : SMI = Skor Maksimum Ideal

Pencarian gain ternormalisasi dapat membagi peserta didik menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok rendah, sedang, dan tinggi. Pembagian kelompok ini didasarkan pada perolehan hasil skor pretest-postest peserta didik dalam bentuk gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 3.19. Kategori Pengelompokan N-Gain

Nilai N-Gain Kriteria

N-gain Tinggi

Sedang

N-gain Rendah

85 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Tahap Define (Pendefinisian)

Tahap define (pendefinisian) bertujuan untuk menentukan masalah dasar yang dibutuhkan dalam mengembangkan video pembelajaran matematika sehingga bisa menjadi alternatif media pembelajaran matematika. Berikut uraian hasil analisis tahap define tersebut:

a. Hasil wawancara dengan guru bidang studi Matematika SMPN 6 Kapur IX

Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran matematika kelas VII SMPN 6 Kapur IX. Ketika melakukan wawancara dengan guru matematika sekolah tersebut, guru menjelaskan beberapa kendala yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Diantaranya, Pertama peserta didik kurang bersemangat mengikuti proses pembelajaran khususnya matematika. Peserta didik kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran terlihat kurangnya antusias peserta didik dalam proses pembelajaran. Peserta didik hanya mengikuti alurnya pembelajaran yang dipandu oleh guru, peserta didik terlihat kurang aktif dalam pembelajaran. Kedua, peserta didik lebih cenderung bermain android dari pada memperhatikan guru menerangkan materi didepan kelas. Pada saat melakukan obeservasi, peneliti melihat beberapa orang peserta didik tidak memperhatikan guru menjelaskan, ketika guru menjelaskan materi pembelajaran terdapat peserta didik yang sedang bermain Hp di bagian belakang kelas. Kendala selanjutnya yaitu peserta didik tidak mampu menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan guru tersebut. Guru menjelaskan bahwa peserta didik kesulitan menyelesaikan soal-soal yang berbeda dengan contoh soal, sebagian besar peserta didik hanya mampu menjawab soal yang sama persis seperti contoh soal. Akibatnya, guru harus menyesuaikan

86

contoh soal dengan soal-soal yang ada di buku paket ataupun LKPD yang diberikan. Selain kendala yang bersumber dari peserta didik, peneliti juga menemukan kendala yang bersumber dari guru itu sendiri yakni guru tersebut sangat jarang sekali menggunakan media pembelajaran, adapun media pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah media wajib yang biasa digunakan seperti spidol, papan tulis, penggaris, dll. Ketika peneliti menanyakan kepada guru alasan kenapa guru tersebut sangat jarang menggunakan media pendukung yang berbeda dari media yang biasa digunakan, guru tersebut menjelaskan salah satu alsannya tidak menggunakan media adalah guru tersebut menganggap dalam pembelajaran matematika lebih mudah dengan menjelaskan materi langsung kepada peserta didik dari pada menggunakan media. Akibatnya, pada saat melaksanakan proses belajar mengajar guru juga minim menggunakan metode yang bervariasi, guru lebih dominan menggunakan cara belajar yang konvensional, dimana peserta didik masih belum terlibar aktif dalam pembelajaran.

Selain itu, pada saat melakukan obeservasi awal peneliti memberikan salah satu soal pemecahan masalah matematis kepada peserta didik. Peneliti meminta peserta didik untuk menjawab soal pemecahan masalah matematis yang peneliti bagikan. Berdasarkan jawaban peserta didik terhadap soal pemecahan masalah matematis tersebut, peneliti melihat bahwa sebagian besar peserta didik belum mampu menjawab soal tersebut secara benar. Peneliti melihat berdasarkan jawaban peserta didik tersebut, sebagian peserta didik mampu memahami permasalahan, namun tidak untuk menjawab pertanyaan dengan benar. Hal itu dapat dilihat pada gambar 1 halaman 5 dan gambar 2 halaman 6. Berdasarkan hal tersebut dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik masih kurang. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dilihat ketika peserta didik mampu

menyelesaikan beberapa indikator pemecahan masalah namun tidak untuk semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut.

Berdasarkan penjelasan yang diberikan guru bahwa peserta didik terkendala pada saat menjawab soal-soal yang berbeda dengan contoh soal tersebut, peneliti melihat kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Untuk melihat kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik tersebut, pada saat melakukan obeservasi awal, peneliti memberikan satu soal pemecahan masalah kepada peserta didik dan meminta peserta didik untuk menjawab soal pemecahan masalah tersebut. Setelah memberikan soal pemecahan masalah tersebut, peneliti melihat jawaban yang dibuat oleh peserta didik. Berdasarkan jawaban yang dibuat oleh peserta didik tersebut, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah peserta didik masih rendah. Dimana, peserta didik belum mampu memenuhi beberapa indikator kemampuan pemecahan masalah matematis.

Selanjutnya, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan guru matematika tersebut diperoleh bahwa kendala yang menyebabkan peserta didik kurang memahami pembelajaran matematika adalah kurangnya media pembelajaran dan metode yang digunakan guru. Berdasarkan keadaan yang peneliti lihat langsung, media pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya sarana dan prasarana yang disediakan oleh pihak sekolah saja, yaitu berupa papan tulis, spidol, dll. Media pembelajaran yang digunakan oleh guru belum melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran serta belum membantu peserta didik untuk membangun pengetahuannya sendiri untuk memahami materi pembelajaran. Media yang digunakan selama proses pembelajaran belum mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Hal itu dapat dilihat dari penggunaan media konvensional yang merupakan media wajib yang

88

biasa digunakan dalam proses pembelajaran. Adapun media pendukung lainnya yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dan media yang dapat melibatkan peserta didik secar aktif belum digunakan dalam proses pembelajaran khususnya matematika.

Selain itu, guru juga masih menggunakan metode pembelajaran konvensional yang bersifat satu arah, dimana guru menjelaskan pembelajaran di depan kelas, diikuti dengan pemberian contoh soal, kemudian dilanjutkan peserta didik mengerjakan latihan yang ada di papan tulis. Penggunaan metode konvensional oleh guru tersebut memberikan pengaruh yang kurang baik kepada peserta didik, yakni sebagian besar peserta didik merasa bosan dan terlalu kaku dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini terlihat ketika peneliti melakukan wawancara dengan peserta didik, dimana mereka mengatakan bahwa cara belajar yang mereka inginkan adalah cara belajar yang santai, tidak membosankan, serta melibatkan hal-hal yang mereka sukai.

Selanjutnya peserta didik juga menyebutkan kalau mereka juga suka mencari materi menggunakan android, mereka cenderung membuka android ketimbang membaca buku paket/ LKPD masing-masing.

b. Hasil analisis silabus dan RPP pembelajaran matematika SMPN 6 Kapur IX

Analisis difokuskan pada silabus mata pelajaran matematika dengan materi Statistika, untuk materi penyajian data terdiri dari 2 Kompetensi Dasar, yaitu:

1) Menganalisis hubungan antara data dengan cara penyajiannya (tabel, diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran) 2) Menyajikan dan menafsirkan data dalam bentuk tabel, diagram

batang, diagram garis, dan diagram lingkaran

Kompetensi dasar tersebut dijabarkan menjadi 9 indikator.

Untuk itu video pembelajaran matematika dengan metode flip

learning dirancang sesuai dengan indikator pembelajaran yang ada.

Adapun indikator pembelajaran tersebut antara lain:

1) Peserta didik mampu mengumpulkan data hasil pengamatan 2) Peserta didik mampu mengolah data berdasarkan hasil

pengamatan

3) Peserta didik mampu menyajikan data kedalam bentuk tabel 4) Peserta didik mampu menyajikan data kedalam bentuk diagram

batang

5) Peserta didik mampu menyajikan data kedalam bentuk diagram garis

6) Peserta didik mampu menyajikan data kedalam bentuk diagram lingkaran

7) Peserta didik mampu membaca data dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran

8) Peserta didik mampu menafsirkan data dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran

9) Peserta didik mampu menyelesaikan masalah yang terkait dengan penyajian data dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram garis, dan diagram lingkaran.

Berdasarkan RPP yang dipakai guru SMPN 6 Kapur IX bahwa kegiatan pembelajaran yang telah direncanakan sudah bersifat student centered dan menggunakan metode yang sudah bagus, namun dalam penerapannya guru tersebut masih menggunakan metode ceramah.

Oleh karena itu terdapat ketidaksesuaian antara RPP dengan penerapan di lapangan. Silabus dan juga RPP merupakan acuan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

c. Hasil Analisis Sumber Belajar Matematika yang digunakan Guru Matematika SMPN 6 Kapur IX

Sumber belajar yang biasa digunakan guru matematika kelas VII SMPN 6 Kapur IX yaitu buku Matematika SMP dan MTs Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Kelas

90

VII dan LKPD yang diberikan guru. Berdasarkan analisis terhadap buku sumber yang digunakan guru di dalam pembelajaran terdapat beberapa kekurangan diantaranya:

1) Sumber belajar yang digunakan guru tidak memuat tujuan pembelajaran yang ditujukan untuk peserta didik

2) Tampilan sumber belajar kurang menarik perhatian peserta didik, sehingga peserta didik kurang berminat dan termotivasi untuk belajar

3) Sumber belajar yang digunakan tidak mendorong peserta didik belajar aktif dan belum dapat dijadikan sebagai penunjang kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik

4) LKPD yang dijadikan sebagai buku sumber belum terdapat soal-soal yang mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik

5) Buku sumber yang digunakan belum menunjang peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis

6) Buku teks tidak tersedia sebanyak peserta didik.

d. Hasil Analisis Literatur Tentang Video Pembelajaran

Video pembelajaran merupakan salah satu media pembelajaran audio visual yang dapat membantu peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran. Video pembelajaran terdiri atas beberapa bagian yakni bagian pembukaan memuat: SK, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran. Bagian kegiatan inti memuat : video I yang membahas tentang menyajikan data dalam bentuk tabel, video II membahas tentag penyajian data dalam bentuk digram batang dan diagram garis, dan video III membahas tentang penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran. Bagian penutup memuat : kesimpulan, dan pemberian tugas yang ada di LKPD peserta didik.

Pembelajaran matematika di SMPN 6 Kapur IX belum pernah menggunakan video pembelajaran selama proses pembelajaran. Video pembelajaran merupakan hal baru yang digunakan sebagai media

pembelajaran. Media yang sering digunakan guru dalam proses pembelajaran matematika hanyalah media konvensional yang tidak mampu melibatkan peserta didik secara aktif.

e. Hasil Analisis Karakteristik Peserta Didik

Karakteristik peserta didik yang berbeda-beda di dalam suatu kelas menjadi salah satu penghambat dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karakteristik yang dimaksud disini adalah tingkah laku, gaya belajar, minat belajar dan kecepatan belajar. Analisis karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan peserta didik di dalam pembelajaran, sehingga video pembelajaran matematika yang dirancang tepat sasaran sesuai dengan tingkah laku peserta didik, gaya belajar, minat dan kecepatan belajar tingkat sekolah menengah pertama khususnya kelas VII.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran, dapat diambil kesimpulan bahwa karakteristik peserta didik kelas VII SMPN 6 Kapur IX dengan gaya belajar peserta didik masih terbiasa dengan metode konvensional dimana dalam proses pembelajaran guru lebih banyak memberi dan peserta didik hanya menerima dari guru.

Sebagian peserta didik bisa belajar dengan sangat baik hanya dengan cara melihat orang lain, guru, atau temannya melakukan kegiatan pembelajaran. Peserta didik tersebut menyukai cara penyajian informasi yang runtut. Selama pembelajaran, peserta didik tersebut suka menulis apa yang dikatakan pendidik/guru. Peserta didik yang memiliki gaya belajar visual ini berbeda dengan peserta didik yang memiliki gaya belajar auditori yang mengandalkan kemampuan mendengarnya. Sedangkan peserta didik yang memiliki gaya belajar kinestetik lebih suka belajar dengan cara terlibat langsung. Selain itu, tingkah laku dan minat peserta didik masih tergolong peralihan dari masa anak-anak menuju remaja menjadikan sumber belajar dan media pembelajaran harus menarik dan memotivasi peserta didik untuk belajar. Perbedaan kecepatan belajar juga menjadi karakteristik

92

peserta didik SMPN 6 Kapur IX, dimana peserta didik dalam satu kelas memiliki kecepatan belajar yang berbeda-beda, ada yang rendah, sedang, dan tinggi sehingga sumber belajar dan media pembelajaran harus sesuai dengan tingkat penguasaan peserta didik. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik kelas VII, menarik bagi peserta didik, sesuai dengan tingkat penguasaan peserta didik, mampu menjadikan peserta didik belajar mandiri.

Pada saat melakukan wawancara, peserta didik menyebutkan bahwa mereka bosan dengan buku sumber yang diberikan oleh guru tersebut. Selain menggunakan buku paket yang masih terbatas untuk setiap siswa, guru memberikan LKPD kepada masing-masing peserta didik. Peserta didik mengatakan bahwa LKPD yang diberikan guru kurang menarik, sehingga membuat peserta didik tersebut merasa bosan untuk membaca LKPD tersebut. Rasa bosan yang dirasakan peserta didik tersebut mengakibatkan mereka lebih cenderung meniru hasil kerja temannya yang sudah selesai. Akibat peserta didik meniru hasil kerja temannya, dapat berpengaruh kepada hasil belajar peserta didik tersebut. Selain itu ketika melakukan wawancara dengan peserta didik, mereka menyebutkan bahwa mereka menginginkan pembelajaran yang santai, tidak membosankan. Salah satu contoh pembelajaran yang tidak membosankan bagi peserta didik tersebut adalah dengan menggunakan android.

2. Hasil Tahap Perancangan (Design)

Video Pembelajaran Matematika dengan metode flip learning ini dirancang dan dikembangkan untuk materi Statistika khususnya penyajian data. Video pembelajaran ini dikembangkan sesuai dengan KI, KD dan Indikator pada materi penyajian data, video pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kurikulum 2013 yang ditetapkan di sekolah, materi yang dijelaskan pada video pembelajaran matematika yaitu penyajian data. Serta video pembelajaran dibuat dengan warna yang menarik dan bervariasi

untuk membantu pembelajaran, agar peserta didik tertarik untuk menonton video pembelajaran dan memahami materi penyajian data.

Berikut ini adalah uraian karakteristik video pembelajaran matematika yang dirancang :

1. Video pembelajaran matematika melalui metode flip learning dirancang sesuai dengan konteks peserta didik

2. Terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai

3. Video pembelajaran matematika yang dirancang mengandung kata-kata motivasi untuk peserta didik

4. Video pembelajaran matematika disajikan dengan beberapa bagian yakni, bagian pembukaan, kegiatan inti, dan bagian penutup

a. Bagian pembukaan video pembelajaran terdapat SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran. Selanjutnya, pada bagian pembukaan juga terdapat kata – kata motivasi yang bisa mendorong semangat peserta didik untuk memahami materi matematika khususnya Statistika

b. Bagian kegiatan inti di dalam video pembelajaran terdapat beberapa bagian video pembelajaran.

1) Video I membahas tentang cara menyajikan data kedalam bentuk tabel. Video I terdiri atas bagian pembukaan. Judul pembahasan, dimana judul pembahasan tersebut diringi oleh running teks. Selanjutnya, penyampaian materi pembelajaran beserta penjelasan contoh soal, didalam penyampaian materi terdapat running teks pada poin – poin penting, yang berfungsi sebagai penekanan atau penegasan point penting materi yang diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan contoh soal, pada saat menjelaskan contoh soal bagian yang merupakan indikator pemecahan masalah matematis peserta didik di iringi dengan running teks agar peserta didik tau mana yang bagian pemecahan masalah matematis tersebut.

94

Berikutnya, pemberian soal latihan untuk melatih penyelesaian masalah penyajian data dalam bentuk tabel.

2) Video II membahas tentang cara menyajikan data dalam bentuk diagram batang dan diagram garis. Video II mengandung bagian judul pembahasan. Sama halnya dengan video I, judul pembahasan ditambahkan running teks. Pada penjelasan materi beserta contoh soal, juga terdapat running teks yaitu pada bagian point penting materi dan bagian yang merupakan indikator pemecahan masalah. Selanjutnya pemberian soal-soal penyajian data dalam bentuk diagram batang dan diagram garis

3) Video III membahas tentang materi penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran. Video III memiliki bagian-bagian yaitu memiliki judul pembahasan yang diiringi running teks. , Penyampaian materi beserta contoh soal yang juga disertai oleh running teks. Selanjutnya pemberian soal penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran.

Setiap bagian video pembelajaran dilengkapi dengan LKPD yang harus dilengkapi oleh peserta didik. Dimana pada video I disertai dengan LKPD 1, begitu seterusnya sampai video III yang disertai oleh LKPD 3. Soal – soal tentang materi yang diberikan didalam video pembelajaran dari video I sampai sampai video III terdapat didalam LKPD yang diberikan.

c. Bagian penutup video pembelajaran terdapat kesimpulan dari materi pokok, dan pemberian tugas kepada peserta didik yang ada pada LKPD. Bagian penutup ini ditambahkan motivasi untuk peserta didik yang berguna agar peserta didik merasa terdorong dan semangat mempelajari matematika khususnya statistika

5. Pada bagian awal video pembelajaran matematika terdapat bagian pembukaan video seperti gambar berikut :

Gambar 4.1. Pembukaan Video Pembelajaran

Bagian awal video pembelajaran terdapat hal-hal yang menunjukan identitas pembuat video. Diantaranya, terdapat nama dan foto pembuat video tersebut.

6. Pada setiap bagian video pembelajaran matematika diawali dengan petunjuk penggunaan video pembelajaran matematika. Berikut contoh petunjuk penggunaan video :

Gambar 4.2. Contoh Petunjuk Penggunaan Video Pembelajaran 7. Pada setiap bagian Video terdapat tujuan pembelajaran yang akan

dicapai. Berikut diberikan contohnya:

Gambar 4.3. Contoh Tujuan Pembelajaran dalam Video

96

8. Contoh penyajian materi dalam video pembelajaran matematika:

Gambar 4.4. Contoh Penyajian Materi dalam Video

9. Setelah pemberian materi, dalam video pembelajaran terdapat contoh soal. Berikut salah satu contoh soal beserta penjelasan dalam video pembelajaran matematika:

Gambar 4.5. Contoh Soal dan Pembahasan

Pembahasan contoh soal dalam video pembelajaran dijelaskan dengan video langsung penyelesaian contoh soal oleh pembuat video.

10. Setiap bagian akhir video terdapat kesimpulan materi yang dibahas.

Berikut contoh kesimpulan materi dalam video pembelajaran :

Gambar 4.6. Kesimpulan Materi dalam Video

11. Bagian terakhir video terdapat kata penutup yang diselipkan kata-kata motivasi untuk peserta didik.

Gambar 4.7. Bagian Penutup Video dan Kata-Kata Motivasi 3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap ini bertujuan untuk menghasilkan produk yang sudah direvisi berdasarkan masukan pakar dan mengetahui tingkat kepraktisan serta efektifitas dari video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan metode flip learning. Tahap pengembangan video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan metode flip learning yang telah dirancang selanjutnya divalidasi oleh 3 orang validator yaitu dari 2 orang dosen matematika di IAIN Batusangkar diantaranya Ibu Vivi Ramdani, M.Si dan Bapak Amral, M.Pd. serta 1 orang guru matematika di SMPN 6 Kapur IX Ibu Yupasni Putri, S.Pd.

a. Hasil Validasi Video Pembelajaran Matematika

Untuk memperoleh video pembelajaran matematika yang valid peneliti menggunakan lembar validasi video. Hal ini dilakukan dengan memberikan lembar validasi kepada validator. Data hasil validasi video

98

pembelajaran matematika secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran III halaman 132. Secara garis besar dapat dilihat pada Tabel berikut :

pembelajaran matematika secara keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran III halaman 132. Secara garis besar dapat dilihat pada Tabel berikut :

Dokumen terkait