• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII SMP/MTs MELALUI METODE

FLIP LEARNING

SKRIPSI

Ditulis sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana (S-1) Jurusan Tadris Matematika

Oleh:

KARIMATUL LAILA NIM. 15300500027

JURUSAN TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

BATUSANGKAR 2019

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

(5)

i ABSTRAK

Karimatul Laila, NIM : 15300500027, Judul Skripsi:

“PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI STATISTIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PESERTA DIDIK KELAS VII SMP/MTS MELALUI METODE FLIP LEARNING”, Jurusan Tadris Matematika, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar, 2019.

Penelitian ini bertolak dari permasalahan yang teridentifikasi dalam pembelajaran matematika di sekolah adalah keterbatasan media pembelajaran yang mana guru hanya menggunakan media biasa seperti spidol, papan tulis, penggaris, dan bahan ajar. Penggunaan media pembelajaran yang terbatas seperti yang telah dijelaskan tersebut dapat mempengaruhi kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan video pembelajaran matematika pada materi statistika yang valid, praktis dan efektif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian pengembangan. Rancangan penelitian pengembangan ini terdiri dari 3 tahap yaitu pendefenisian (define), tahap perancangan(design) dan tahap pengembangan (develop). Tahap pendefenisian (define) dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan bentuk video pembelajaran matematika melalui metode flip learning yang akan dibuat.

Tahap perancangan (design) bertujuan untuk menyiapkan prototipe video pembelajaran. Terakhir tahap pengembangan (develop) yaitu tahap dimana peneliti mengembangkan video pembelajaran yang valid, praktis, dan efektif.

Subjek uji coba pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII SMPN 6 Kapur IX Kab. Lima Puluh Kota. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, sedangkan instrumen nontes yaitu angket respon peserta didik.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa video pembelajaran matematika yang dirancang telah valid dengan hasil validitas yang diperoleh adalah 80,65 %.

Kemudian video pembelajaran matematika telah praktis digunakan setelah di uji coba kepraktisannya pada 21 orang peserta didik kelas VII.2 SMPN 6 Kapur IX dengan hasil praktikalitas 73,4 %. Selain itu video pembelajaran matematika dengan menggunakan metode flip learning telah efektif digunakan terlihat pada angket respon peserta didik terhadap pembelajaran yakni peserta didik memberikan respon sangat positif dimana persentasenya pada setiap indikatornya

> 85%. Kemampuan pemecahan masalah peserta didik meningkat dengan kategori N-Gain sebesar 0,57 dengan kriteria sedang.

Keyword: video pembelajaran matematika, kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, metode flip learning.

(6)

ii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, Wr. Wb

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengembangan Video Pembelajaran Matematika pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sajana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan Tadris Matematika Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Batusangkar.

Dalam penulisan skripsi ini peneliti telah banyak mendapat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibunda Lely Kurnia S.Pd, M.Si selaku Pembimbing I, Ketua Jurusan, sekaligus Pembimbing Akademik (PA), yang telah berkenan mengorbankan waktu dan tenaga untuk membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian.

2. Ibu Nola Nari, S.Si, M.Pd selaku pembimbing II yang telah berkenan mengorbankan waktu dan tenaga untuk membimbing dengan penuh kesabaran, dan ketelitian.

3. Ibu Dr. Elda Herlina, M.Pd selaku dosen penguji I yang telah menguji dan memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Christina Khaidir, M.Pd selaku dosen penguji II yang telah menguji dan memberikan masukan-masukan yang berharga untuk penyusunan skripsi ini 5. Bapak Dr. H. Kasmuri Selamat, M.A selaku Rektor Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Batusangkar

6. Bapak Dr. Sirajul Munir, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar

(7)

iii

7. Ibu Vivi Ramdhani, M.Si , Bapak Amral, M.Si, dan Ibu Yupasni Putri, S.Pd selaku validator, atas bantuan dan arahannya.

8. Bapak Idrizal, S.Pd selaku Kepala UPTD SMPN 6 Kapur IX yang telah memberi izin untuk bisa melaksanakan penelitian di sekolah yang dipimpin.

9. Rekan-rekan mahasiswa Tadris Matematika IAIN Batusangkar yang telah berbagi semangatnya untuk sama-sama menyelesaikan skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu peneliti dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Batusangkar, 26 Agustus 2019 Peneliti

Karimatul Laila NIM . 15 300 500 027

(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman Judul

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 11

C. Batasan Masalah ... 11

D. Rumusan Masalah ... 12

E. Tujuan Pengembangan ... 12

F. Defenisi Operasional ... 13

G. Asumsi dan Fokus Pengembangan ... 17

H. Spesifikasi Produk ... 18

I. Manfaat Pengembangan ... 21

BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika ... 22

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 24

C. Media Pembelajaran ... 27

D. Video Pembelajaran ... 29

E. Metode Flip Learning ... 32

F. Materi Ajar ... 38

G. Pengembangan Video Pembelajaran Matematika ... 38

H. Validitas, Praktikalitas, dan Efektivitas ... 44

I. Penelitian yang Relevan ... 55

(9)

v BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... 59

B. Model Pengembangan ... 59

C. Prosedur Pengembangan ... 60

D. Subjek Uji Coba ... 69

E. Jenis Data ... 69

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 69

G. Teknik Analisis Data ... 81

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian ... 85

B. Pembahasan ... 106

C. Kendala dan Solusi ... 116

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120 LAMPIRAN

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Contoh Soal Pemecahan Masalah Matematis... 4

Tabel 1.2 Penyelesaian Soal Pemecahan Masalah Matematis Pada Observasi... 6

Tabel 2.1 Rubrik Skoring Soal Pemecahan Masalah Matematis... 26

Tabel 2.2 Prinsip Desain Pembelajaran Flip Learning... 36

Tabel 2.3 Pedoman Penskoran Angket Respon Peserta Didik... 53

Tabel 3.1 Validasi Video Pembelajaran Matematika Pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 65

Tabel 3.2 Praktikalitas Video Pembelajaran Matematika Pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 65

Tabel 3.3 Aspek Efektivitas Video Pembelajaran Matematika Pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 67

Tabel 3.4 Data hasil validasi Angket Respon Peserta Didik terhadap Video Pembelajaran Matematika (Praktikalitas)... 71

Tabel 3.5 Data hasil validasi Angket Respon Peserta Didik terhadap Video Pembelajaran Matematika (Efektivitas)... 71

Tabel 3.6 Hasil validasi RPP... 72

Tabel 3.7 Hasil validasi soal tes Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik... 73

Tabel 3.8 Pedoman penskoran angket respon peserta didik... 75

Tabel 3.9 Kriteria koefisien korelasi validitas instrumen... 76

Tabel 3.10 Hasil validitas butir soal setelah dilakukan uji coba... 77

(11)

vii

Tabel 3.11 Kriteria koefisien korelasi reliabelitas soal... 77 Tabel 3.12 Kriteria indeks kesukaran soal... 78 Tabel 3.13 Hasil Indeks Kesukaran Soal Setelah Dilakukan Uji

Coba... 79 Tabel 3.14 Hasil daya pembeda soal setelah dilakukan uji

coba... 80 Tabel 3.15 Klasifikasi Soal... 81 Tabel 3.16 Kategori validitas Video Pembelajaran Matematika Pada

Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII

SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 82 Tabel 3.17 Kategori Praktikalitas Video Pembelajaran Matematika Pada

Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII

SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 82 Tabel 3.18 Kategori respon peserta didik terhadap Video Pembelajaran

Matematika Pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip

Learning... 83 Tabel 3.19 Kategori Pengelompokan N-Gain... 84 Tabel 4.1 Hasil validasi Video Pembelajaran Matematika Pada Materi

Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs

melalui Metode Flip Learning... 98 Tabel 4.2 Hasil Revisi Video Pembelajaran Matematika Pada Materi

Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs

melalui Metode Flip Learning... 99 Tabel 4.3 Data Hasil Praktikalitas Video Pembelajaran Matematika

(12)

viii

Pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII

SMP/MTs melalui Metode Flip Learning... 101 Tabel 4.4 Pendapat Peserta Didik terhadap Komponen Kegiatan

Pembelajaran... 104 Tabel 4.5 Pendapat Peserta Didik terhadap Komponen Kegiatan

Pembelajaran... 104 Tabel 4.6 Minat Peserta Didik untuk Mengetahui Kegiatan

Pembelajaran Menggunakan Video Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Flip

Learning... 104 Tabel 4.7 Pendapat Peserta Didik terhadap Penggunaan Video

Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Metode Flip

Learning... 105 Tabel 4.8 Persentase Skor Rata-Rata Pretest dan Postest Kemampuan

pemecahan masalah matematis... 105

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lembar jawaban peserta didik A... 5

Gambar 1.2 Lembar jawaban peserta didik B... 6

Gambar 2.1 Bagan Tahap-tahap Pembuatan Video... 35

Gambar 2.2 Menu pada Aplikasi KineMaster... 43

Gambar 3.1 Prosedur/alur Pengembangan... 68

Gambar 4.1 Pembukaan Video Pembelajaran Matematika... 95

Gambar 4.2 Contoh petunjuk penggunaan video pembelajaran matematika... 95

Gambar 4.3 Contoh Tujuan Pembelajaran dalam Video... 95

Gambar 4.4 Contoh Penyajian Materi dalam Video... 96

Gambar 4.5 Contoh Soal dan Pembahasan... 96

Gambar 4.6 Kesimpulan materi dalam video... 97

Gambar 4.7 Bagian Penutup Video dan Kata – Kata Motivasi... 97

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Kisi-Kisi Lembar Validasi Video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning... 116 Lampiran II Lembar Validasi Video pembelajaran matematika pada

materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning... 117 Lampiran III Analisis Validitas Video pembelajaran matematika pada

materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning...……….………... 132 Lampiran IV Kisi-kisi Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan

Video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning...…... ….………... 136 Lampiran V Angket Respon Siswa Terhadap Penggunaan Video

pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning...……...……….………... 137 Lampiran VI Lembar Validasi Angket Respon Siswa Terhadap

Penggunaan Video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning …...………... 140 Lampiran VII Hasil Analisis Validitas Angket Respon Siswa.…... 146 Lampiran VIII Analisis Validitas Angket Respon Siswa terhadap Video

(15)

xi

pembelajaran matematika materi statistika ... 148

Lampiran IX Kisi-Kisi Angket Respon Positif Siswa……….... 150

Lampiran X Angket Respon Siswa………... 151

Lampiran XI Lembar Validasi Angket Respon Positif Siswa Terhadap Penggunaan Video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning...………... 152

Lampiran XII Analisis Validitas Angket Respon Positif Siswa Terhadap Penggunaan video pembelajaran matematika... 158

Lampiran XIII Kisi-Kisi Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 159

Lampiran XIV Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 160

Lampiran XV Lembar Validasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………... 185

Lampiran XVI Analisis Validitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 191

Lampiran XVII Kisi-Kisi Soal... 193

Lampiran XVIII Soal……... 195

Lampiran XIX Lembar Validasi Soal... 201

Lampiran XX Analisis Validitas Soal... 207

Lampiran XXI Perhitungan Validitas Empirik soal uji coba... 210

Lampiran XXII Perhitungan Indeks Pembeda Soal Uji Coba..………….. 214

Lampiran XXIII Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba... 215

Lampiran XXIV Perhitungan Reliabilitas Uji Coba Soal …………... 217

Lampiran XXV Klasifikasi Soal Uji Coba ... 218

Lampiran XXVI Nilai Pretest Dan Postest... 219 Surat Rekomendasi Penelitian

Surat Izin Melaksanakan Penelitian Surat Telah Melaksanakan Penelitian

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah salah satu hal yang mengalami perkembangan yang sangat pesat setiap tahunnya. Salah satu tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut yaitu agar tersedianya sumber daya manusia yang bisa bersaing secara global.

Persaingan secara global salah satunya ditunjukan melalui pendidikan.

Pendidikan merupakan hal yang sangat mendasar bagi kemajuan suatu bangsa sehingga menjadi kebutuhan (primer) mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Pentingnya pendidikan menjadikan pemerintah sangat berusaha meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan pendidikan nasional dalam UU no 20 tahun 2003 pada Bab II pasal 3 menyebutkan “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Matematika merupakan salah satu ilmu yang juga berperan penting dalam dunia pendidikan, sehingga harus diberikan kepada peserta didik sejak pendidikan dasar.

Pembelajaran matematika berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami hakikat dari matematika itu sendiri secara sistematis, sehingga pembelajaran matematika bukan hanya penguasaan kumpulan dari fakta- fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip saja, akan tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Tujuan dari pembelajaran matematika yaitu menyiapkan peserta didik agar dapat menggunakan matematika dan berfikir secara matematis dalam kehidupan sehingga mampu mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan.

(17)

2

Menurut Permendiknas no. 22 (2006:46) tujuan pembelajaran matematika adalah meliputi hal-hal berikut : 1. Memahami matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2.Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pertanyaan matematika; 3.Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; 4.Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5.Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan Permendiknas No. 22 th 2006 terlihatlah bahwasannya kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah merupakan salah satu target belajar. Menurut Sumartini (2016:10) menyatakan dalam pendidikan kemampuan peserta didik diasah melalui masalah, sehingga peserta didik mampu meningkatkan berbagai kompetensi yang dimilikinya. Branca mengatakan bahwa Kemampuan pemecahan masalah sangat penting dimiliki oleh setiap peserta didik karena (a) pemecahan masalah merupakan tujuan umum pengajaran matematika, (b) pemecahan masalah yang meliputi metode, prosedur, dan strategi yang merupakan proses inti dan utama dalam kurikulum matematika, dan (c) pemecahan masalah merupakan kemampuan dasar dalam belajar matematika (Sumartini, 2016:12). Sejalan dengan pendapat Johnson dan Rising (Suherman, 2003:17) mengatakan bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan dan pembuktian yang logik. Berdasarkan pendapat yang di kemukakan oleh para ahli tersebut, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting dimiliki oleh peserta didik di samping kemampuan yang lainnya.

Oleh karena itu, peserta didik harus diberi kesempatan untuk berfikir dan beraktivitas dalam memecahkan berbagai permasalahan yang diberikan.

(18)

Salah satu materi yang bisa menunjang kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik adalah Statistika. Materi Statistika cenderung berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Penjabaran dari materi tersebut kebanyakan dalam bentuk soal cerita. Sehingga, dengan penjabaran materi yang berupa soal cerita akan melatih peserta didik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dimulai dari memahami masalah, peserta didik tersebut akan dilatih untuk menentukan informasi yang diperoleh dari soal. Kedua peserta didik tersebut dituntut untuk mampu menentukan hubungan antara data-data yang diperoleh.

Ketiga, peserta didik mampu menyajikan data tersebut dalam bentuk matematis dengan berbagai bentuk baik tabel, diagram garis, diagram batang, dan diagram lingkaran. Keempat, peserta didik mampu merencanakan penyelesaian masalah yang cocok untuk permasalahan yang ada. Dan yang terakhir peserta didik tersebut mampu melihat kembali pemecahan masalah yang dihasilkan, apakah sudah tepat atau belum.

Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan salah seorang guru matematika di SMP N 6 Kapur IX pada tanggal 19 Maret 2018, dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik di sekolah tersebut masih rendah. Hal tersebut terlihat ketika guru menyatakan bahwa peserta didik di sekolah tersebut tidak mampu menyelesaikan permasalahan yang berbeda dengan contoh soal yang diberikan pada saat pembelajaran. Jika seandainya guru tidak sempat membuat soal tugas yang sama seperti contoh soal yang di jelaskan, maka cara lain yang harus dilakukan guru adalah menyesuaikan penjelasan contoh soal dengan soal yang ada pada tugas di buku paket. Ketika guru memberikan soal tugas yang berbeda dengan contoh, peserta didik akan kesulitan dalam menyelesaikan soal tersebut. Selain itu, pada saat melakukan observasi awal di SMP N 6 Kapur IX, peneliti melihat bahwa pembelajaran masih bersifat konvensional, dimana peserta didik masih belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

(19)

4

Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik bukan hanya mutlak disebabkan oleh peserta didik itu sendiri, melainkan juga dari perangkat pembelajaran yang digunakan oleh guru khususnya media pembelajaran. Ketika melakukan observasi di SMP N 6 Kapur IX, peneliti melihat kurangnya media yang digunakan oleh guru mata pelajaran matematika khususnya kelas VII. Ketika melakukan wawancara dengan guru SMP N 6 Kapur IX, peneliti mendapatkan informasi bahwa ketika mengajar matematika guru sangat minim sekali menggunakan media pembelajaran. Adapun media yang digunakan guru hanyalah media yang berupa media klasik yang sudah biasa digunakan serta LKS yang sudah disediakan oleh sekolah. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti berkesimpulan bahwa peserta didik akan terfokus memahami materi dari penjelasan selama proses pembelajaran. Seharusnya guru harus menggunakan media agar lebih menarik peserta didik selama pembelajaran berlangsung.

Bukti lain yang mengatakan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kurang baik adalah terlihat dari jawaban soal pemecahan masalah matematis yang peneliti berikan pada saat observasi.

Dimana soalnya adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1. Contoh soal pemecahan masalah matematis

Sebuah taman yang berbentuk jajar genjang dengan alas 20 m dan tinggi 18 m, memiliki sebuah kolam berbentuk persegi dengan sisi 12 m. Jika sekeliling kolam tersebut diberi jalan dengan lebar 1.5 m dan selebihnya ditanami dengan rumput. Berapakah luas taman yang di tanami rumput ?

Berdasarkan soal tersebut sebagian besar peserta didik tidak mampu menjawab dengan benar, diantaranya jawaban peserta didik tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

(20)

Gambar 1.1 : Jawaban peserta didik A terkait soal pemecahan masalah matematis

Berdasarkan jawaban peserta didik tersebut terlihat bahwa peserta didik mampu memahami permasalahan, dimana pada soal tersebut permasalahannya adalah menentukan luas taman yang ditanami rumput.

Peserta didik A benar dalam penggunaan rumus, namun peserta didik tidak memahami langkah penyelesaian yang benar. Seharusnya peserta didik tersebut mencari luas jalan dan kolam yang ada di taman tersebut, setelah itu baru mencari luas taman seluruhnya, dan yang terakhir mengurangi luas taman seluruhnya dengan luas jalan dan kolam yang sudah diketahui.

Terlihat dari jawaban peserta didik A bahwa peserta didik tersebut mampu memahami masalah dan merencanakan pemecahan masalah, namun pada langkah pemecahan masalahnya kurang tepat.

Selanjutnya pada jawaban peserta didik lainya juga belum benar, terlihat pada gambar berikut :

(21)

6

Gambar 1.2 : Jawaban peserta didik B terkait soal pemecahan masalah matematis

Terlihat dari jawaban peserta didik B tersebut, jawaban dari soal pemecahan masalah tersebut masih belum tepat. Hampir sama dengan jawaban peserta didik A, peserta didik B mampu memahami permasalahan namun tidak pada pemecahan masalahnya. Seharusnya jawaban yang benar adalah :

Tabel 1.2. Penyelesaian Soal Pemecahan Masalah Matematis pada Observasi

Penyelesaian :

Diket : Alas Jajar Genjang = 20 m Tinggi jajar genjang = 18 m Sisi taman persegi = 12 m

Lebar jalan sekeliling taman = 1,5 m Ditanya : Luas taman yang ditanami rumput

Jawab : * luas taman seluruhnya = luas jajar genjang

* Sisi persegi yang dibentuk oleh jalan dan kolam = sisi kolam + 2 (lebar jalan)

= 12 m + 2 (1,5 m) = 12 m + 3 m = 15 m

*luas persegi yang dibentuk oleh jalan dan kolam = sisi X sisi

= 15 m X 15 m = 225 m

(22)

*luas taman yang ditanami rumput

= luas taman seluruhnya – luas persegi yang jalan = 360 m – 225 m

= 135 m

Jadi, luas taman yang ditanami rumput adalah 135 meter.

Berdasarkan analisis jawaban peserta didik A dan B terkait soal pemecahan masalah matematis, maka dapat dilihat bahwa peserta didik masih belum tepat menjawab soal pemecahan masalah matematis tersebut.

Peneliti melihat dari jawaban peserta didik tersebut, terlihat bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik tersebut masih kurang.

Tidak hanya mewawancarai guru, peneliti juga melakukan wawancara dengan peserta didik SMP N 6 Kapur IX. Berdasarkan wawancara yang telah peneliti lakukan dengan peserta didik, peneliti mendapatkan informasi bahwa peserta didik kebanyakan ingin belajar dengan cara yang santai, tidak selalu terfokus pada materi. Informasi lain yang peneliti dapatkan dari wawancara dengan peserta didik adalah peserta didik tersebut sering mencari materi pelajaran di internet dengan menggunakan android masing-masing. Mereka lebih suka melakukan searching materi di internet ketimbang membaca buku paket. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan, peneliti mendapatkan informasi bahwa pada kelas VII.1 dan VII.2 terdiri dari 28 orang peserta didik, dari kedua lokal tersebut sebagian besar memiliki android masing-masing, hanya 7 orang yang tidak memiliki android, yakni 4 orang di lokal VII.1 dan 3 orang di lokal VII.2, namun ketika ditanyakan peserta didik yang tidak memiliki android tersebut peneliti mendapat informasi lain bahwa mereka memiliki DVD dan TV di rumah masing-masing.

Berdasarkan wawancara yang sudah peneliti lakukan, peneliti melihat sebuah permasalahan yang harus diatasi supaya tidak terhalang dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran. Permasalahan tersebut yakni peserta didik kesulitan dalam memecahkan masalah. Kemampuan

(23)

8

pemecahan masalah matematis dapat ditingkatkan melalui banyak hal, salah satunya adalah penggunaan media yang tepat dalam pembelajaran.

Peran guru dalam proses pembelajaran hanya sebagai fasilitator dan motivator. Sebagai fasilitator guru harus mampu menyiapkan desain pembelajaran semaksimal mungkin untuk memudahkan peserta didik memahami materi yang akan dipelajarinya. Salah satunya dengan mengembangkan perangkat pembelajaran yang mampu mendukung aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti pembelajaran. Salah satu perangkat pembelajaran yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik adalah melalui video pembelajaran.

Peneliti tertarik mengembangkan media video pembelajaran karena ketika melakukan wawancara dengan peserta didik peneliti mendapat informasi bahwa peserta didik lebih cenderung melibatkan android dalam proses pembelajaran, diantaranya mencari jawaban tugas mereka melalui android masing-masing. Selain itu peserta didik juga menyampaikan bahwa mereka lebih cenderung belajar santai ketimbang terpaku memperhatikan guru menjelaskan. Tidak hanya keluhan dari peserta didik, guru juga mengemukakan keluhan bahwa guru terkendala dengan waktu.

Guru merasa kekurangan waktu untuk menjelaskan materi kepada peserta didik.

Berdasarkan permasalahan yang peneliti temukan, peneliti berkeinginan mengembangkan media video pembelajaran karena media video pembelajaran akan membuat peserta didik tidak terlalu fokus pada guru menjelaskan di depan kelas, melainkan melalui media video yang bisa ditonton oleh peserta didik dalam android masing-masing, peserta didik akan belajar dengan bantuan benda kesukaan mereka yaitu android.

Selain itu, video pembelajaran juga akan meminimalisir kekurangan waktu untuk penjelasan materi di dalam kelas dengan menggunakan metode flip learning. Alasan lain yang membuat peneliti tertarik untuk memilih mengembangkan media video pembelajaran adalah dengan adanya video

(24)

pembelajaran, peserta didik akan lebih mudah memahami materi karena video pembelajaran tersebut bisa ditonton berulang kali oleh peserta didik tersebut.

Media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran (Riyana, 2007). Menurut Cheppy Riyana (2007:8) video pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektifitas penggunanya maka pengembangan video pembelajaran harus memperhatikan karakteristik dan kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu : (1) Clarity Of Massage (kejelasan pesan); (2) Stand Alone (bediri sendiri); (3) User Friendly (besahabat/akrab dengan pemakainya); (4) representasi isi; (5) visualisasi dengan media; (6) menggunakan kualitas resolusi yang tinggi; dan (7) dapat digunakan secara klasikal atau individual.

Menurut Rusman dalam Deni Kurniawan (2010:14) Dua unsur yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran, yaitu metode dan media pembelajaran. Kedua hal ini saling berkaitan satu sama lain. Pemilihan suatu metode akan menentukan media pembelajaran yang akan dipergunakan dalam pembelajaran tersebut. Pada penelitian ini menggunakan metode flip learning dalam menjalankan media video pembelajaran tersebut. Metode flip learning atau pembelajaran terbalik yaitu pembelajaran dimana biasanya materi diberikan di dalam kelas dan peserta didik mengerjakan tugas di rumah. Berbeda dengan metode flip learning, dalam flip learning materi diberikan terlebih dahulu melalui video pembelajaran yang harus di tonton oleh peserta didik di rumah masing-masing. Sebaliknya, sesi belajar di kelas digunakan untuk diskusi kelompok dan mengerjakan tugas (Edi Prayitno, 2016: 122). Jadi, dapat peneliti simpulkan disini guru berperan sebagai pembina dan pemberi saran.

(25)

10

Kelebihan dari media video pembelajaran matematika melalui metode Flip Learning ini adalah dapat memudahkan peserta didik dalam proses pemahaman materi pembelajaran. Materi pembelajaran diberikan melalui video yang bisa ditonton oleh peserta didik dimanapun dan kapanpun peserta didik mau. Selain itu, video pembelajaran bisa di tonton melalui android yang merupakan kesenangan peserta didik sehari-hari.

Kebiasaan peserta didik menggunakan android untuk hal yang kurang bermamfaat bisa di minimalisir dengan video pembelajaran, peserta didik bisa melakukan hobinya memainkan android sekaligus memahami materi pembelajaran.

Salah satu penelitian terdahulu yang menjadi acuan dalam pembuatan video pembelajaran matematika melalui metode Flip Learning ini adalah penelitian yang dilakukan di SMK N 1 Yogyakarta pada kelas XI dengan judul penelitian “Peningkatan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika dengan Model Pembelajaran Flipped Classroom”. Berbeda dengan penelitian tersebut, penelitian ini peneliti lakukan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dengan menggunakan video pembelajaran matematika pada materi Statistika kelas VII melalui metode Flip Learning.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar, mendorong peserta didik untuk mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan materi pembelajaran, motivasi sikap positif peserta didik terhadap pembelajaran matematika, membantu peserta didik menyimpan informasi, dan meningkatkan kemampuan matematis peserta didik khususnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik yaitu dengan mengembangkan video pembelajaran flip learning terhadap materi Statistika. Jadi dilakukan penelitian dengan judul

“Pengembangan Video Pembelajaran Matematika pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah

(26)

Matematis Peserta Didik kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti kemukakan, maka dapat diidentifikasikan berbagai masalah yang terkait dengan judul sebagai berikut:

1. Belum adanya video pembelajaran matematika untuk mata pelajaran matematika pada materi statistika di SMPN 6 Kapur IX.

2. Belum adanya video pembelajaran matematika dengan metode flip learning dalam mata pelajaran matematika di SMPN 6 Kapur IX sebagai penunjang proses pembelajaran dalam materi statistika khususnya penyajian data.

3. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

4. Kurangnya sumber belajar peserta didik dalam mata pelajaran Matematika di SMPN 6 Kapur IX.

5. Rendahnya kreativitas guru dalam mengembangkan sumber belajar dalam mata pelajaran Matematika di SMPN 6 Kapur IX.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka penelitian ini difokuskan pada:

1. Pengembangan video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning di SMPN 6 Kapur IX yang memenuhi kriteria valid.

2. Pengembangan video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning di SMPN 6 Kapur IX yang memenuhi kriteria praktis.

(27)

12

3. Pengembangan video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning di SMPN 6 Kapur IX yang memenuhi kriteria efektif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini bisa di rumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana validitas video pembelajaran matematika pada materi Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan matematis masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning ?

2. Bagaimana praktikalitas video pembelajaran matematika pada materi Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan matematis masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning ?

3. Bagaimana efektivitas video pembelajaran matematika pada materi Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning ?

E. Tujuan Pengembangan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan Video Pembelajaran materi statistika yang dapat meningkatkan Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

Adapun tujuan khusus dari penelitian pengembangan ini adalah : 1. Untuk menghasilkan video pembelajaran matematika pada materi

Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning yang valid

(28)

2. Untuk menghasilkan video pembelajaran matematika pada materi Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning yang praktis

3. Untuk menghasilkan video pembelajaran matematika pada materi Statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning yang efektif.

F. Defenisi Operasional

Untuk lebih memperjelas dan menghindari kesalahan dalam memahami variabel ini maka peneliti mencoba menjelaskan istilah-istilah berikut :

1. Video pembelajaran matematika

Video pembelajaran merupakan media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Media video pembelajaran dapat digolongkan ke dalam jenis media audio visual aids (AVA) atau media yang dapat dilihat dan didengar.

Media ini biasanya di simpan dalam bentuk piringan atau pita.

Sedangkan, Pengajaran matematika adalah suatu bentuk interaksi peserta didik dengan pendidik matematika dalam proses pembelajaran untuk membantu mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik. Jadi video pembelajaran matematika adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran mengenai materi matematika.

2. Metode Flip Learning

Flip Learning adalah suatu metode pembelajaran terbalik dimana biasanya materi diberikan di dalam kelas dan peserta didik

(29)

14

mengerjakan tugas di rumah. Berbeda dengan metode flip learning, dalam flip learning materi diberikan terlebih dahulu melalui video pembelajaran yang harus di tonton oleh peserta didik di rumah masing-masing. Sebaliknya, sesi belajar di kelas digunakan untuk diskusi kelompok dan mengerjakan tugas. Adapun langkah-langkah metode Flip Learning adalah sebagai berikut :

a. Guru memberikan bahan video pembelajaran kepada peserta didik sebelum hari pembelajaran

b. Peserta didik menonton video pembelajaran di rumah masing- masing dengan sekaligus melengkapi LKPD sebagai panduan Video Pembelajaran tersebut.

c. Peserta didik mencatat hal-hal yang penting dalam video pembelajaran yang harus dicatat di dalam catatan masing-masing sebagai tiket masuk untuk pembelajaran di sekolah

d. Sebelum masuk ke kelas, peserta didik mengumpulkan ringkasan mengenai video pembelajaran. Dimana ringkasan tersebut berisi hal-hal penting yang ada di dalam video pembelajaran tersebut.

Adapun ringkasan tersebut dibuat di dalam buku catatan peserta didik masing-masing

e. Guru mengecek ringkasan yang sudah dibuat oleh peserta didik di rumah untuk memastikan peserta didik sudah benar-benar menonton video pembelajaran tersebut di luar kelas

f. Guru memberi waktu kepada peserta didik untuk mempersiapkan pembelajaran di dalam kelas

g. Guru membuka pembelajaran dan menjelaskan metode pembelajaran yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung

h. Peserta didik berdiskusi mengenai materi yang ada pada video pembelajaran dan LKPD serta soal-soal baru yang diberikan oleh guru di dalam kelas

(30)

i. Guru memandu jalannya diskusi dan memimpin pembelajaran yang sedang berlangsung

j. Guru memberikan soal-soal sebagai tugas untuk melihat kemampuan peserta didik mengenai materi pada hari itu

k. Guru meminta salah seorang peserta didik mempresentasikan hasil tugas yang sudah dikerjakan sedangkan peserta didik lain memperhatikannya

l. Guru melihat hasil yang dibuat oleh peserta didik di papan tulis, selanjutnya guru memberikan apresiasi kepada peserta didik tersebut dan meluruskan jawaban yang dibuat oleh peserta didik tersebut jika seandainya belum tepat

m. Guru mempersilahkan kepada peserta didik untuk bertanya jika seandainya ada yang diragukan, kemudian jika ada dari peserta didik yang bertanya, maka guru langsung memberikan penjelasan dari pertanyaan peserta didik tersebut

n. Guru meminta salah seorang peserta didik untuk memberikan kesimpulan mengenai pembelajaran pada hari itu

o. Guru menutup pembelajaran

3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis adalah kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan atau menemukan jawaban dari suatu pertanyaan yang terdapat di dalam suatu cerita, teks, dan tugas- tugas dalam suatu pembelajaran. Indikator pemecahan masalah terdiri atas :

a. Memahami permasalahan

b. Merencanakan pemecahan masalah yang tepat c. Melaksanakan perencanaan pemecahan masalah

d. Melihat kembali pemecahan masalah apakah sudah tepat atau belum.

4. Validitas merupakan suatu kualitas yang dapat menunjukan bahwa suatu produk (Video Pembelajaran) yang dikembangkan harus berdasarkan indikator-indikator kevalidan dan semua komponen

(31)

16

produk memiliki hubungan secara konsisten. Adapun indikator validnya produk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kelayakan isi/materi, terdiri dari kecakupan materi, keakuratan dan relevansi

2) Kelayakan penyajian, terdiri dari kelengkapan sajian, penyajian informasi, dan penyajian pembelajaran

3) Kelayakan bahasa, terdiri dari sesuai dengan kaidah bahasa indonesia dan sesuai dengan perkembangan peserta didik

4) Kelayakan kegrafikan, terdiri dari ukuran fisik, desain sampul, dan desain isi

5. Praktikalitas adalah suatu kualitas yang menunjukan kemudahan pada saat menggunakan media video pembelajaran flip learning.

Kemudahan dalam penggunaan media video pembelajaran ini dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu diantaranya harus relevan dengan tujuan, sesuai dengan perkembangan peserta didik, bahasa yang digunakan dalam video pembelajaran mudah dipahami, media video pembelajaran membantu memahami materi yang dipelajari, serta media video pembelajaran menambah motivasi untuk belajar.

6. Efektivitas adalah menghasilkan produk tertentu sesuai dengan analisis kebutuhan dan dapat berfungsi di masyarakat luas.

Efektivitas ini bertujuan untuk membandingkan proses pembelajaran menggunakan media video pembelajaran dengan pembelajaran tanpa menggunakan video pembelajaran. Untuk menguji efektivitas produk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Peserta didik memberikan respon positif, yang di tunjukan dengan hasil angket yang diberikan

b. Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, yang ditunjukan dari hasil tes kemampuan pemecahan masalah matematis yang diberikan.

(32)

G. Asumsi dan Fokus Pengembangan 1. Asumsi

Beberapa asumsi yang melandasi pengembangan video pembelajaran matematika materi statistika, yaitu :

a. Kemampuan pemecahan masalah matematis akan meningkat dengan menggunakan video pembelajaran matematika melalui metode flip learning karena peserta didik bisa memahami materi melalui video pembelajaran kapan saja dan dimana saja

b. Pembelajaran statistika akan meningkat dengan menggunakan video pembelajaran matematika karena akan dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari peserta didik yang ada di lingkungan sekitar, serta melibatkan benda yang pada umumnya di sukai para peserta didik

c. Kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik akan meningkat karena soal-soal yang di bahas selama pembelajaran berlangsung adalah soal-soal yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

2. Fokus Pengembangan

a. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah merancang video pembelajaran matematika sesuai dengan yang di butuhkan peserta didik

b. Merancang video pembelajaran matematika sesuai dengan perkembangan pembelajaran yang terfokus kepada peserta didik (student centre)

c. Merancang video pembelajaran matematika yang bisa membantu peserta didik memahami pembelajaran matematika khususnya materi statistika

(33)

18

H. Spesifikasi Produk

Video pembelajaran matematika materi statistika untuk kelas VII SMP/MTs dengan mengunakan metode flip learning memiliki spesifikasi yaitu :

1. Video pembelajaran matematika dengan metode flip learning dirancang sesuai dengan konteks peserta didik yakni video pembelajaran yang bisa ditonton melalui android atau DVD yang sudah dimiliki oleh peserta didik masing-masing

2. Terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang akan dicapai

3. Video pembelajaran matematika yang dirancang mengandung kata- kata motivasi untuk peserta didik

4. Video pembelajaran disajikan dengan beberapa bagian yakni, bagian pembukaan, kegiatan inti, dan bagian penutup

a. Bagian pembukaan video pembelajaran terdapat SK, KD, Indikator, dan Tujuan Pembelajaran. Selain itu, pada bagian pembukaan juga terdapat kata – kata motivasi yang bisa mendorong semangat peserta didik untuk memahami materi matematika khususnya statistika

b. Bagian kegiatan inti di dalam video pembelajaran matematika terdapat beberapa bagian video pembelajaran.

1) Video I membahas tentang cara menyajikan data ke dalam bentuk tabel. Video I terdiri atas bagian pembukaan. Judul pembahasan, dimana judul pembahasan tersebut diringi oleh running teks. Selanjutnya, penyampaian materi pembelajaran beserta penjelasan contoh soal, di dalam penyampaian materi terdapat running teks pada poin – poin penting, yang berfungsi sebagai penekanan atau penegasan poin penting materi yang diajarkan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan contoh soal, pada saat menjelaskan contoh soal bagian yang merupakan indikator pemecahan masalah matematis peserta

(34)

didik di iringi dengan running teks agar peserta didik tau mana yang merupakan bagian pemecahan masalah matematis tersebut. Berikutnya, pemberian soal latihan untuk melatih penyelesaian masalah penyajian data dalam bentuk tabel.

2) Video II membahas tentang cara menyajikan data dalam bentuk diagram batang dan diagram garis. Video II mengandung bagian judul pembahasan. Sama halnya dengan video I, judul pembahasan ditambahkan running teks. Pada penjelasan materi beserta contoh soal, juga terdapat running teks yaitu pada bagian point penting materi dan bagian yang merupakan indikator pemecahan masalah. Selanjutnya pemberian soal-soal penyajian data dalam bentuk diagram batang

3) Video III membahas tentang materi penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran. Video III memiliki bagian-bagian yaitu memiliki judul pembahasan yang diiringi running teks. , Penyampaian materi beserta contoh soal yang juga disertai oleh running teks. Selanjutnya pemberian soal penyajian data dalam bentuk diagram lingkaran.

Setiap bagian video pembelajaran dilengkapi dengan LKPD yang harus dilengkapi oleh peserta didik di rumah masing - masing. Dimana pada video I disertai dengan LKPD 1, begitu seterusnya sampai video III yang disertai oleh LKPD 3. Soal – soal tentang materi yang diberikan di dalam video pembelajaran dari video I sampai sampai video III terdapat di dalam LKPD yang diberikan.

c. Bagian penutup video pembelajaran terdapat kesimpulan dari materi pokok, dan pemberian tugas kepada peserta didik yang ada pada LKPD. Bagian penutup ini ditambahkan motivasi untuk peserta didik yang berguna agar peserta didik merasa terdorong dan semangat mempelajari matematika khususnya statistika.

(35)

20

5. Video pembelajaran matematika dengan metode flip learning mengandung unsur-unsur yang bisa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik sesuai dengan indiator pemecahan masalah matematis. Pada penelitian ini peneliti mengambil materi statistika untuk pemecahan masalah matematis karena sesuai dengan indikator pemecahan masalah matematis, yaitu :

a. Memahami permasalahan, dimana pada materi statistik peserta didik dimintak untuk memahami masalah apa yang terdapat dalam persoalan yang diberikan. Contohnya disini adalah, misalnya dalam materi statistik di berikan permasalahan berupa penyajian data dalam bentuk soal cerita, selanjutnya peserta didik di minta untuk merubah ke dalam bentuk tabel, diagram batang, diagram lingkaran, dan lain sebagainya.

b. Merencanakan pemecahan masalah, setelah peserta didik mengetahui serta memahami permasalahan tersebut, maka langkah selanjutnya adalah peserta didik harus mampu menentukan pemecahan masalah apa yang diminta di dalam soal yang cocok untuk permasalahan yang di ajukan. Ketika soal meminta untuk merubah dalam bentuk tabel, maka peserta didik harus mampu merencanakan apa saja bagian-bagian yang dibutuhkan dalam tabel tersebut

c. Melaksanakan perencanaan, setelah mengetahui perencanaan yang tepat maka peserta didik akan melaksanakan perencanaan tersebut. Ketika peserta didik sudah mengetahui bagian-bagian yang dibutuhkan dalam merubah data dalam bentuk tabel, maka selanjutnya peserta didik sudah mampu memasukan data-data yang di peroleh dalam soal ke dalam tabel.

d. Melihat kembali pemecahan masalah, setelah tabel terisi dengan lengkap, maka peserta didik harus melihat kembali apakah data yang dimasukan ke dalam tabel tersebut sudah tepat atau belum.

(36)

6. Video pembelajaran dibagi menjadi beberapa kegiatan belajar sesuai dengan indikator. Dimana indikator pertama adalah mampu merubah data ke dalam bentuk tabel, kedua meyajikan data ke dalam bentuk diagram batang, ketiga menyajikan data ke dalam bentuk diagram garis, dan yang terakhir yaitu menyajikan data ke dalam bentuk diagram lingkaran.

7. Video pembelajaran diedit dengan menggunakan beberapa aplikasi pengeditan video. Pada pengembangan video pembelajaran matematika melalui metode flip learning ini aplikasi yang digunakan adalah Movie Maker, VivaVideo, dan Kine Master. Dengan gabungan penggunaan beberapa aplikasi tersebut, maka terciptalah sebuah video pembelajaran matematika pada materi statistika yang siap untuk diterapkan.

I. Manfaat Pengembangan

Ada beberapa mamfaat dari pengembangan ini, diantaranya :

1. Sebagai pedoman peserta didik untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik sehingga terlibat aktif selama pembelajaran

2. Sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di SMP/MTs khususnya kelas VII

3. Pedoman bagi sebagai calon guru dalam pembelajaran matematika 4. Sebagai sumbangan pikiran dalam usaha meningkatkan mutu

pendidikan matematika dimasa yang akan datang.

(37)

22 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika

Menurut Sadiman (2010:21) “Belajar merupakan rangkaian kegiatan jiwa raga, psikologi fisik untuk menuju perkembangan pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotor”. Selain itu, Trianto (2007:17) menyatakan bahwa, “belajar diartikan sebagai proses perubahan prilaku tetap dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasan baru, serta bermamfaat bagi lingkungan lingkungan maupun individu sendiri”.

Jadi, dari defenisi belajar tersebut dapat diketahui bahwa belajar dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan jiwa, raga, psikologi fisik untuk mencapai perubahan prilaku dari yang tidak tahu menjadi tahu, tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi terampil yang terdiri atas ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang bermamfaat bagi lingkungan maupun individu.

Pembelajaran matematika merupakan serangkaian kegiatan yang melibatkan guru dan peserta didik secara aktiv untuk memperoleh pengalaman dan pengetahuan matematika. Menurut Nikson dalam Muliyardi (2003:3) mengatakan bahwa “pembelajaran matematika adalah upaya membantu peserta didik untuk mengkonstruksi konsep-konsep atau prinsip matematika dengan kemampuannya sendiri melalui proses internalisasi sehingga konsep atau prinsip itu terbangun kembali”.

Pembelajaran matematika juga merupakan proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman matematika oleh peserta didik yang berkembang secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Jadi dapat peneliti simpulkan pembelajaran matematika merupakan suatu proses pembentukan pengetahuan dan pemahaman peserta didik yang melibatkan guru dalam membangun kembali konsep dan prinsip matematika melalui proses internalisasi sehingga tercapai suatu tujuan pembelajaran.

(38)

Tujuan pembelajaran matematika pada jenjang guruan dasar dan menengah ditegaskan dalam permendiknas Nomor 41 tahun 2007 bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Leo Adhar Efendi (2012: 2) menetapkan lima standar kemampuan matematis yang harus dimiliki oleh peserta didik, yaitu kemampuan pemecahan masalah (problem solving), kemampuan komunikasi (communication), kemampuan koneksi (connection), kemampuan penalaran (reasoning), dan kemampuan representasi (representation).

Dilihat dari tujuan pembelajaran matematika tersebut, kemampuan pemecahan masalah merupakan rekomendasi pada urutan pertama. Hal ini menunjukan betapa pentingnya kegiatan pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika. (Hamzah, 2003: 32). Berdasarkan beberapa pendapat tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh peserta didik tersebut, maka peneliti bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

(39)

24

B. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan, soal, dan persoalan.

Masalah matematika berdasarkan Ruseffendi dalam Darta (2003:11) adalah suatu persoalan yang ia sendiri mampu menyelesaikannya tanpa menggunakan cara atau algoritma yang rutin. Sesuatu persoalan itu merupakan masalah jika persoalan itu tidak ia kenal dan harus mampu menyelesaikannya dan apakah masalah tersebut sampai pada tahap penyelesaian atau tidak pada jawabannya.

Masalah matematika dapat diklasifikasikan menjadi 2 jenis antara lain:

1. Soal mencari (problem to find), yaitu mencari, menentukan, atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang tidak diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal.

2. Soal membuktikan (problem to prove), prosedur untuk menentukan apakah suatu pertanyaan benar atau tidak benar. (Depdiknas,2003: 11) Jadi, masalah menurut peneliti merupakan sesuatu persoalan yang harus dipecahkan dan diselesaikan dengan penyelesaian tertentu.

Pemecahan masalah adalah suatu aktivitas intelektual untuk mencari penyelesaian masalah yang dihadapi dengan menggunakan bekal pengetahuan yang sudah dimiliki. Polya dalam Wati Susilawati (Bandung, UPI, 2004: 28) mendefenisikan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu mudah segera dapat dicapai.

Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah salah satu kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik untuk mewujudkan tujuan pembelajaran matematika. Pemecahan masalah (problem solving) merupakan bagian dari kurikulum matematika yang sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian, peserta didik dimungkinkan memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang tidak rutin.

(40)

Menurut Depdiknas dalam Susi Herawati (2012: 21), indikator yang menunjukan pemecahan masalah adalah sebagai berikut :

1. Menunjukan pemahaman masalah

2. Mengorganisasikan data dan memilih informasi yang relevan dalam pemecahan masalah.

3. Menyajikan masalah secara matematik dalam berbagai bentuk 4. Memilih pendekatan dan metode pemecahan masalah secara tepat 5. Mengembangkan strategi pemecahan masalah

6. Membuat dan menafsirkan model matematika dari suatu masalah 7. Menyelesaikan masalah yang tidak rutin.

Menurut Polya (1973) dalam jurnal Mustamin Anggo (2011: 29) mengemukakan indikator pemecahan masalah yaitu :

1. Memahami masalah, meliputi berbagai hal yang ada pada masalah seperti apa yang tidak diketahui, apa saja data yang tersedia, apa syarat- syaratnya, dan sebagainya.

2. Memikirkan rencana, meliputi berbagai usaha untuk menemukan hubungan masalah dengan masalah lainnya atau hubungan antara data dengan hal yang tidak diketahui, dan sebagainya. Pada akhirnya seseorang harus memilih suatu rencana pemecahan.

3. Melaksanakan rencana, termasuk memeriksa setiap langkah pemecahan, apakah langkah yang dilakukan sudah benar atau dapatkah dibuktikan bahwa langkah tersebut benar.

4. Melihat kembali, meliputi pengujian terhadap pemecahan yang dihasilkan.

Kemampuan pemecahan masalah sangat penting bagi peserta didik dalam menerapkan konsep-konsep atau aturan - aturan yang telah dipelajari.

Dengan adanya pemecahan masalah peserta didik mampu nantinya mengembangkan pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, dan jujur tanpa harus menghafal rumus saja. Peserta didik harus mampu menyelesaikan masalah matematika yang terkait dengan dunia nyata yang terdapat didalam buku teks yang diberikan guru. Hal ini menyebabkan guru perlu merancang masalah yang dapat membantu peserta didik untuk membuat hubungan matematika dengan kehidupan mereka.

Peserta didik yang terbiasa memecahkan masalah akan meningkatkan potensi intelektualnya dan rasa percaya dirinya. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gagne, bahwa keterampilan intelektual yang tinggi dapat

(41)

26

dikembangkan melalui pemecahan masalah. Hal ini disebabkan pemecahan masalah merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe yang dikemukakan Gegne, yaitu : signal learning, stimulus-response learning, chaining, verbal association, discrimination learning, rule learning, dan problem solving.

Jadi menurut peneliti kemampuan pemecahan masalah matematis sangat penting untuk meningkatkan keterampilan intelektual peserta didik.

Dengan terbiasanya peserta didik memecahkan masalah maka peserta didik tidak akan kaku menghadapi masalah-masalah yang non rutin yang ditemui dalam pembelajaran. Ketika peserta didik sudah terbiasa menghadapi masalah-masalah yang non rutin, maka peserta didik akan mudah menyelesaikan masalah matematika dala berbagai bentuk.

Adapun Rubrik penskoran untuk kemampuan pemecahan masalah matematis yang digunakan adalah :

Tabel 2.1. Rubrik skoring soal pemecahan masalah Skor Memahami

Permasalahan

Membuat rencana pemecahan

Melaksanakan rencana

Melihat kembali 0 Salah

menginterpretasika n atau salah sama sekali

Tidak ada rencana atau membuat rencana yang tidak relevan

Tidak melakukan perhitungan

Tidak ada pemeriksaa n atau keterangan lain

1 Salah

menginterpretasika n sebagian soal dan mengabaikan kondisi soal

Membuat rencana pemecahan yang tidak dapat dilaksanakan,se hingga tidak dapat

dilaksanakan

Melaksanakan prosedur yang benar dan mungkin menghasilkan jawaban yang benar tetapi salah perhitungan

Ada pemeriksaa n tetapi tidak tuntas

2 Memahami masalah soal selengkapnya

Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil atau tidak ada hasilnya

Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar

Pemeriksaa n dilakukan untuk melihat kebenaran proses

(42)

3 Memahami masalah soal selengkapnya

Membuat rencana benar tetapi belum lengkap

Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar

Pemeriksaa n dilakukan untuk melihat kebenaran proses 4 Memahami

masalah soal selengkapnya

Membuat rencana yang sesuai dengan prosedur dan mengarah pada solusi yang benar

Melakukan proses yang benar dan mendapatkan hasil yang benar

Pemeriksaa n dilakukan untuk melihat kebenaran proses

(Sumber: Asep Amam, Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP, 2017 : 44)

C. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas (Arsyad, 2005: 7). Istilah media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari “medium” yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Makna umumnya adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (Iwan, 2014: 108). Jadi, dapat diketahui bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam pembelajaran yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak untuk mencapai proses dan hasil belajar yang efesien serta tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan mudah di dalam kelas atau di luar kelas.

Pengertian media menurut Gagne dalam Riska Dwi Nonianti (2010 : 77) menyatakan media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. Bedasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat peserta didik sedemikian rupa sehingga proses

(43)

28

belajar terjadi. Sejalan dengan pengertian tersebu, media juga dapat diartikan sebagai perantara yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik yang dapat memicu semngat peserta didik untuk belajar.

2. Mamfaat Media Pembelajaran

Secara umum, manfaat media dalam proses pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara pembelajar dengan pembelajar sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih efektif dan efisien. Tetapi secara lebih khusus ada beberapa manfaat media yang lebih rinci. Kemp dan Dayton dalam Iwan Falahudin (2014: 114-116), mengidentifikasi beberapa manfaat media dalam pembelajaran yaitu:

a. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan b. Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik c. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

d. Efisiensi dalam waktu dan tenaga

e. Meningkatkan kualitas hasil belajar pembelajar

f. Media memungkinkan proses pembelajaran dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja

g. Media dapat menumbuhkan sikap positif pembelajar terhadap materi dan proses belajar

h. Mengubah peran pembelajar kearah yang lebih positif dan produktif i. Media dapat membuat materi pelajaran yang abstrak menjadi lebih

konkrit

j. Media juga dapat mengatasi kendala keterbatasan ruang dan waktu k. Media dapat membantu mengatasi keterbatasan indra manusia

Jadi, dengan menggunakan media pembelajaran tujuan yang kita inginkan dalam pembelajaran matematika akan mudah dicapai tanpa menghabiskan waktu dan tenaga. Bukan hanya itu, dengan guru merancang sendiri media pembelajaran itu guru akan lebih produktif.

Sedangkan ketertarikan peserta didik terhadap media itu, akan membuat proses pembelajaran aktif sehingga akan meningkatkan kualitas belajar peserta didik.

(44)

3. Jenis – jenis Media Pembelajaran

Jenis-jenis media yang dapat digunakan dalam pembelajaran adalah media grafis (gambar, foto, grafik, bagan atau diagram, poster, kartun, komik dan lain-lain), media tiga dimensi (model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock up, diorama, dan lain-lain), media proyeksi (slide, film strips, film, penggunaan OHP,video dan lain- lain), serta penggunaan lingkungan sebagai media pengajaran (Nana, 2002 : 3). Berdasarkan penjelasan mengenai jenis-jenis media pembelajaran diatas, dapat kita ketahui bahwa video pembelajaran termasuk ke dalam media proyeksi atau media elektronik.

D. Media Video Pembelajaran 1. Pengertian video pembelajaran

Menurut Munir (Fadhli, 2015: 26) “Video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, dan penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan- adegan dalam gerak secara elektronik”. Selanjutnya Munadi menjelaskan dalam Purwanti (2015: 44) Video merupakan media penyampai pesan termasuk media audio-visual atau media pandang -dengar. Media audio visual dapat dibagi menjadi dua jenis: pertama, dilengkapi fungsi peralatan suara dan gambar dalam satu unit, dinamakan media audio- visual murni; dan kedua, media audio-visual tidak murni. Film bergerak, televisi, dan video termasuk jenis yang pertama, sedangkan slide, opaque, OHP dan peralatan visual lainnya yang diberi suara termasuk jenis yang kedua.

Menurut Cheppy Riyana (2007) media video pembelajaran adalah media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran. Video yaitu bahan pembelajaran yang dikemas dalam pita video dan dapat dilihat melalui video/VCD player yang dihubungkan ke

Gambar

Tabel 1.1. Contoh soal pemecahan masalah matematis
Gambar 1.1 : Jawaban peserta didik A terkait soal pemecahan  masalah matematis
Gambar 1.2 : Jawaban peserta didik B terkait soal pemecahan  masalah matematis
Tabel 2.1. Rubrik skoring soal pemecahan masalah  Skor  Memahami  Permasalahan  Membuat rencana  pemecahan  Melaksanakan rencana  Melihat  kembali  0  Salah  menginterpretasika n atau salah sama  sekali  Tidak ada  rencana atau membuat  rencana yang  tidak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru matematika kelas VII SMP Negeri 27 Semarang pada tanggal 17 Januari 2015 dan pengamatan peneliti

Pada tahap ini dilakukan kegiatan yang meliputi: (1) observasi awal ke sekolah SMPN 2 Durenan, (2) wawancara dengan guru pengampu mata pelajaran matematika

(2) Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik pada materi persegi panjang dan persegi kelas VII SMP Saya Mina Bulakamba ditinjau dari

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada mata pelajaran Matematika dengan menerapkan strategi pembelajaran PQ4R (Preview, Question,

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan dengan beberapa guru mata pelajaran matematika yang mengajar di kelas VII, VIII dan IX MTs Gumpueng ketika melaksanakan observasi

(2) Sikap peserta didik kelas IX-A SMPN 3 Subang terhadap pembelajaran dengan pendekatan problem solving dalam meningkatkan pemahaman matematika pada materi

Berdasarkan hasil observasi dan angket diketahui bahwa peserta didik di SMA Negeri 7 Padang lebih cenderung bertanya dan berdiskusi dengan teman dari pada bertanya

Skripsi ini membahas tentang masalah pengaruh kecerdasan logis- matematis dan kemampuan berpikir kritis terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas VII SMPN