• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

B. Pembahasan

1. Pembahasan pada Tahap Pendefenisian (Define)

Berdasarkan analisis pendefinisian, SMP N 6 Kapur IX telah menggunakan berbagai fasilitas belajar dan sumber belajar dalam proses pembelajaran matematika, tetapi hasil belajar yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Hal ini disebakan oleh media pembelajaran yang kurang, yaitunya guru sangat jarang sekali menggunakan media pembelajaran yang bervariasi. Kemudian, dalam proses pembelajaran matematika guru jarang menggunakan media, guru lebih sering menggunakan buku pegangan guru dan papan tulis sebagai sumber belajar dan media dalam proses pembelajaran. Hal ini menyebabkan

proses pembelajaran yang masih berlangsung satu arah, rendahnya hasil belajar peserta didik, dan kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana dalam (Putri, 2017 : 71), hasil belajar yang dicapai peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu intern yang berasal dari peserta didik tersebut, dan faktor ekstern. Faktor dari diri peserta didik terutama adalah kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan peserta didik besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai peserta didik. Seperti yang telah dikemukakan oleh Clark, bahwa hasil belajar peserta didik di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan peserta didik dan 30%

dipengaruhi oleh lingkungan. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan utama bagi peneliti mengembangkan sebuah video pembelajaran.

Menurut Munir (dalam Fadhli, 2015:26) “Video adalah teknologi penangkapan, perekaman, pengolahan, dan penyimpanan, pemindahan, dan perekonstruksian urutan gambar diam dengan menyajikan adegan-adegan dalam gerak secara elektronik”. Selanjutnya Munadi menjelaskan dalam Purwanti (2015:44) Video merupakan media penyampai pesan termasuk media audio-visual atau media pandang -dengar. Dengan adanya video ini diharapkan dapat memudahkan peserta didik memahami materi pelajaran khususnya pada materi penyajian data, sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP N 6 Kapur IX. Materi statistika khususnya penyajian data yang menjadi bahasan pada video pembelajara ini merupakan hasil rumusan dari wawancara dengan guru kelas VII SMP N 6 Kapur IX yang mengajar Matematika. Melalui hal ini juga ditelusuri tentang hasil belajar peserta didik, kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, kemudian mengenai karakteristik peserta didik kelas VII SMPN 6 Kapur IX untuk memudahkan dalam pembuatan design dan penyusunan bahasa serta tulisan. Isi materi pada video pembelajaran Matematika diambil dari buku teks di sekolah yang membahas tentang statistika khususnya penyajian data. Berdasarkan silabus, karakteristik peserta didik kelas VII

108

SMPN 6 Kapur IX tersebut peneliti merancang video pemeblajaran matematika yang sesuai dengan indikator dan tujuan pembelajaran yang diharapkan pada materi penyajian data.

Materi statistika (penyajian data) merupakan salah satu materi wajib yang dipelajari oleh peserta didik kelas VII semester 2 di SMP Negeri 6 Kapur IX. Materi statistika yang disajikan dalam video pembelajaran matematika ini merupakan hasil dari analisis silabus dan sumber belajar yang digunakan di SMP tersebut. Media pembelajaran yang digunakan guru hanya merupakan media biasa yaitu papan tulis, spidol, dll. Guru sangat jarang mengguanakan media selain dari media konvensional tersebut. Salah satu alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran adalah guru tersebut beranggapan bahwa pembelajaran matematika lebih baik pada saat menggunakan metode ceramah dibandingkan menggunakan media pembelajaran, selain itu guru juga beranggapan jika seandainya menggunakan media pembelajaran maka waktu akan lebih banyak tersita dengan penggunaan media tersebut, sehingga materi pembelajaran tidak tersampaikan seluruhnya kepada peserta didik. Selain itu, metode yang digunakan guru selama pembelajaran yaitu metode ceramah yang menyebabkan peserta didik merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran, sehingga menyebabkan kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematis dan proses pembelajaran yang masih berlangsung satu arah merupakan kendala yang terjadi di SMP Negeri 6 Kapur IX. Hal itulah yang menjadi salah satu alasan utama bagi peneliti mengembangkan video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning. Dengan adanya video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning diharapkan dapat memudahkan peserta didik memahami materi statistika sehingga mampu meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII di SMP Negeri 6 Kapur IX.

2. Pembahasan pada Tahap Perancangan (Design)

Tahap design (perancangan) dapat dilakukan setelah tahap define.

Pada tahap perancangan ini video pembelajaran dirancang berdasarkan Standar Kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator yang terdapat pada silabus yang dikembangkan di SMPN 6 Kapur IX. Video pemeblajaran matematika dapat didefinisikan sebagai video pembelajaran dengan bantuan aplikasi komputer dan Hp yang dirancang berdasarkan langkah-langkah pembelajaran pada model flip learning yang mana pada model ini memungkinkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sendiri pola dan konsep-konsep matematika dengan memanfaatkan petunjuk-petunjuk yang sudah disajikan dalam video pembelajaran serta dalam bimbingan guru yang bersangkutan.

Ciri khas video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan metode flip learning dengan langkah-langkah model pembelajaran flip learning. Kemudian contoh soal yang ada dalam video pembelajaran terdapat indikator kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

Video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning didesain dengan menggunakan aplikasi KineMaster yang berisi materi tentang statistika untuk peserta didik kelas VII berdasarkan silabus yang ada di sekolah. Isi materi yang ada dalam video pembelajaran matematika merupakan hasil telaah dari beberapa buku matematika untuk peserta didik kelas VII, internet, dan sumber terpercaya lainnya yang membahas tentang materi statistika. Berdasarkan silabus tersebut peneliti dapat mendesaian video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning yang dikembangkan memiliki beberapa komponen diantaranya bagian pertama memuat : Judul/ cover LKPD. Bagian kedua terdiri dari : Pendahuluan yang memuat: petunjuk

110

penggunaan video, tujuan pembelajaran. Bagian lembar kegiatan belajar peserta didik berisi: indikator, materi standar/pokok dan uraian materi standar/pokok, rangkuman materi, soal, pembahasan jawaban soal,.

Bagian ketiga memuat : kesimpulan materi, kata-kata motivasi, dan penutup.

Setiap kegiatan yang dilakukan di dalam video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning pada contoh soal disajikan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Setiap video pembelajaran yang dibagikan kepada peserta didik di sertai dengan LKPD masing-masing video pembelajaran matematika. Isi dari video pembelajaran matematika juga termuat dalam LKPD yang dibagikan berdasarkan bagian tiap-tiap video. LKPD yang merupakan bagian dari video pembelajaran matematika materi statistika terdiri dari beberapa bagian ; bagian pertama terdiri dari : Cover LKPD, kata pengantar, petunjuk penggunaan LKPD, KD, Indikator, dan tujuan pembelajaran; bagian kedua terdiri dari : penyajian materi secara singkat, contoh soal, dan soal latihan; dan bagian ketiga terdiri dari : kesimpulan, penilaian guru, dan kata-kata motivasi.

Soal-soal yang terdapat dalam LKPD merupakan soal-soal yang bisa menunjang kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII materi statistika khususnya penyajian data.

3. Pembahasan pada Tahap Pengembangan (Develop) a. Validasi Video Pembelajaran Matematika

Hasil analisis validasi pada bagian develop dalam menjawab rumusan masalah peneliti pada bab 1. Rumusan masalah pertama

“apakah video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning valid?” telah terjawab dari hasil validasi yang dilakukan oleh 2 orang dosen ahli matematika, dan 1 orang guru bidang studi matematika di SMPN 6 Kapur IX agar video pembelajaran matematika yang dikembangkan

sesuai dengan pembelajaran matematika di SMP/MTs. Deskripsi hasil validasi menunjukkan bahwa video pembelajaran matematika materi statistika dengan menggunakan metode flip learning yang peneliti rancang sudah valid dengan melakukan perbaikan sesuai saran dari validator.

Menurut Purwanto (2009 : 137) suatu teknik evaluasi dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika teknik evaluasi itu dapat mengukur apa yang sebenarnya akan diukur. Artinya suatu produk dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila produk tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur atau produk tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Secara umum video pembelajaran matematika materi statistika dengan menggunakan metode flip learning sudah valid berdasarkan penilaian validator. Dari segi validitas isi, validitas muka, dan validitas konstruk, video pembelajaran sudah dapat menunjang pencapaian Kompetensi Dasar (KD). Fakta, konsep, materi, dan ilustrasi yang diberikan dalam video pembelajaran matematika telah sesuai dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ditetapkan.

Tahap validasi terdiri dari tiga yaitu validasi muka, isi dan konstruk.

Aspek aspek yang akan divalidasi antara lain ketetapan, kepentingan, kelengkapan, minat/ perhatian, kesesuian dengan situasi peserta didik, keterbacaan, kualitas tampilan/ tayangan, kualitas penanganan jawaban, ketepatan bahasa, dan ketepatan EYD.

b. Pembahasan Praktikalitas Video Pembelajaran Matematika Rumusan masalah kedua, “apakah video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning sudah praktis?” dapat dilihat dengan memberikan angket respon pada masing-masing peserta didik kelas VII.2 SMP Negeri 6 kapur IX yang terdiri 24 pernyataan yang telah divalidasi sebelumnya.

Dari hasil analisis angket praktikalitas yang dilakukan dinyatakan

112

praktis dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dimana dilihat dari hasil pengolahan angket praktikalitas peserta didik diperoleh dengan hasil 97,73% yaitu sangat positif, yakni setiap indikator yang berada dalam kategori senang, baru, dan berminat memiliki rata-rata . Berdasarkan teori yang dinyatakan oleh Herlina (2003:48) dimana respon peserta didik dikatakan positif apabila persentase setiap indikator berada dalam kategori senang, baru, berminat lebih besar atau sama dengan 70%. Jadi, berdasarkan hasil angket praktikalitas yang diperoleh dan disesuaikan dengan teori yang ada, maka didapatkan respon peserta didik kelas VII SMPN 6 Kapur IX sudah positif.

Arifin (2009, p.264) mengatakan, kepraktisan diartikan sebagai kemudahan dalam penyelenggaraan, membuat instrumen, dan dalam pemeriksaan atau penentuan keputusan yang objektif, sehingga keputusan tidak menjadi bias dan meragukan. Selain itu kepraktisan juga dapat diartikan sebagai suatu kualitas yang menunjukkan kemungkinan dapat dijalankannya suatu kegunaan umum dari suatu teknik penilaian, dengan mendasarkannya pada biaya, waktu, kemudahan penyusunan dan penskoran serta penginterpretasian hasil-hasilnya (Ngalim, 2008, p.137). Dalam penelitian pengembangan, video yang dikembangkan dikatakan praktis jika dari segi biaya, waktu serta kemudahan dalam video yang termasuk dalam kategori praktis.

Angket respon yang diberikan kepada peserta didik memiliki 24 butir pernyataan, dimana 21 butir pernyataan positif dan 3 butir pernyataan negatif. Pernyataan negatif terdapat pada pernyaataan nomor 11, 12, dan 15, sedangkan pernyataan yang lainnya merupakan pernyataan positif. Adapun pada saat pengolahan data hasil angket respon peserta didik, penskoran pernyataan negatif peserta didik merupakan kebalikan dari penskoran pernyataan positif. Perbedaan penskoran untuk pernyataan positif dan negatif adalah, kategori sangat

setuju (SS) memiliki skor 4 untuk pernyataan positif dan 0 untuk pernyataan negatif, setuju (S) memiliki skor 3 untuk pernyataan positif dan 1 untuk pernyataan negatif, kurang setuju (KS) memiliki 2 skor untuk kedua pernyataan, tidak setuju (TS) memiliki skor 1 untuk pernyataan positif dan 3 untuk pernyataan negatif, dan kategori sangat tidak setuju (STS) memiliki skor 0 untuk pernyataan positif dan 4 untuk pernyataan negatif.

Berdasarkan hasil analisis angket respon peserta didik terhadap kemudahan pembelajaran menggunakan video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning, diperoleh bahwa :

1) Peserta didik setuju bahwa video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning memilki tampilan menarik

2) Peserta didik setuju bahwa video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning memilki petunjuk yang jelas dan mudah dipahami

3) Peserta didik setuju bahwa video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning memilki bahasa yang mudah dipahami

4) Peserta didik setuju bahwa video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning dapat membantu peserta didik dalam memahami pelajaran serta dapat memahami ilustrasi dan contoh soal yang disajikan.

5) Peserta didik setuju bahwa video pembelajaran matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning dapat menambah motivasi peserta didik untuk mengikuti proses pembelajaran. Serta peserta didik tertarik mengikuti proses pembelajaran berikutnya menggunakan video pembelajaran

114

matematika pada materi statistika dengan menggunakan metode flip learning.

c. Pembahasan Efektivitas Video Pembelajaran Matematika

Rumusan masalah ketiga, “apakah video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning sudah efektif ?”

Berdasarkan hasil angket respon peserta didik dan hasil tes peserta didik, dapat disimpulkan bahwa video pembelajaran matematika materi statistika dengan menggunakan metode flip Learning yang dirancang sudah efektif. Hasil pengolahan data angket respon peserta didik dapat dilihat pada lampiran. Secara umum angket respon peserta didik sudah dinilai praktis, karena peserta didik secara umum sudah dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah pada dirinya. Media pembelajaran dikatakan efektif jika peserta didik memberikan respon positif yang ditujukan dengan hasil angket yang diberikan rata-rata >85% untuk setiap komponen.

Hasil peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dilakukan tes sebelum dan setelah peserta didik menggunakan video pembelajaran matematika materi statistika dengan menggunakan metode flip Learning. Teori yang disampaikan oleh para ahli bahwa menentukan kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan perhitungan gain ternormalisasi ( N-gain) (Lestari ,2015: 234-235). Hal ini dibuktikan dengan nilai tes sesudah dan sebelum peserta didik menggunaan video pembelajaran. Nilai rata-rata pretest dan posttest penguasaan peserta didik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis dilihat dari rata-rata tes awal (pretest) adalah 26,31; sedangkan pada tes akhir (postest) adalah 66,38. Adapun nilai tertinggi tes awal (pretest) adalah 56,25 dan pada tes akhir (postest) 100. Sedangkan, nilai terendah pada tes awal (pretest) adalah 3,75 dan pada tes akhir (postest) adalah 20. Jadi,

semua indikator kemampuan pemecahan masalah matematis sudah terkuasai oleh peserta didik.

Salah satu faktor yang menimbulkan peningkatan pada kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik adalah pada saat penggunaan video pembelajaran matematika peneliti menggunakan metode flip learning. Metode flip learning merupakan metode pembelajaran membalik, dimana pada pembelajaran tradisional pendidik menyampaikan materi, lalu untuk menambah pemahaman materi tersebut maka peserta didik akan mengerjakan tugas di sekolah dan diberikan Pekerjaan Rumah (PR). Pada flip learning, peserta didik berpartisipasi dalam mempersiapkan pembelajaran melalui menonton video, memahami powerpoint dan mengakses sumber belajar yang disediakan oleh pendidik. Setelah memiliki persiapan yang lengkap di rumah, maka dikelas peserta didik akan mampu untuk menyelesaikan masalah (problem solving), menganalisis serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi (Sofya, 2018: 39).

Video pembelajaran matematika yang peneliti kembangkan diterapkan dengan menggunakan metode flip learning. Penerapan metode flip learning ini dapat membantu untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, karena dengan menggunakan metode flip learning peserta didik akan lebih mudah memahami video pembelajaran yang diberikan oleh guru.

Selain itu, video pembelajaran matematika dengan bantuan metode flip learning dapat diulang-ulang oleh peserta didik menonton video tersebut. Metode flip learning sangat membantu peserta didik dalam memahami materi pembelajaran sehingga peserta didik bisa memahami permasalah yang terkait dengan materi pembelajaran statistika. Apabila peserta didik paham mengenai permasalah yang terdapat dalam suatu materi, maka peserta didik akan mudah mencari solusi dari permasalahan tersebut.

116

Pembelajaran dengan menggunakan metode flip learning disertai video pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik. Salah satu penyebab meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis tersebut adalah pada video pembelajaran yang dikembangkan membahas contoh soal pemecahan masalah matematis. Soal-soal yang di bahas dalam video pembelajaran matematika dikerjakan dengan cara penyelesaian yang sesuai dengan indikator pemecahan masalah matematis peserta didik. Selain itu, dengan adanya metode flip learning maka waktu untuk membahas soal-soal pemecahan masalah di dalam kelas lebih banyak, karena peserta didik sudah terlebih dahulu melakukan pemahaman materi melalui video pembelajaran matematika yang ditonton di rumah masing-masing sebelum memasuki pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, metode flip learning merupakan salah satu faktor pendukung meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik.

Dokumen terkait