• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

C. Prosedur Pengembangan

Berdasarkan model pengembangan di atas, maka prosedur pengembangan ini terdiri dari tiga fase, yaitu:

1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap pendefenisian ini berguna untuk mendapatkan gambaran atau informasi mengenai kondisi lingkungan belajar matematika di sekolah. Tahap ini terdiri atas beberapa langkah, yaitu:

a. Melakukan wawancara dengan guru matematika.

Wawancara dengan guru dan peserta didik dilakukan untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh guru dan peserta didik di sekolah yang berkaitan dengan pembelajaran matematika. Masalah tersebut meliputi, aktivitas peserta didik, sumber belajar, media dan hasil belajar. Dari hasil wawancara dengan guru matematika SMPN 6 Kapur IX diperoleh informasi bahwa peserta didik kurang

bersemangat dalam mengikuti pembelajaran matematika, peserta didik lebih cenderung mencari materi dengan menggunakan android masing-masing, serta peserta didik tidak mampu mengerjakan soal-soal yang berbeda dengan contoh soal-soal yang diberikan guru. Selain itu pada saat proses pembelajaran guru sangat jarang menggunakan media dalam proses pembelajaran, adapun media yang digunakan hanya media wajib yang merupakan sarana dan prasarana yang disediakan sekolah seperti spidol, penggaris, dll. Informasi selanjutnya yang peneliti dapatkan adalah, kurangnya penggunaan metode dalam proses pembelajaran. Guru lebih cenderung menggunakan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, dimana peserta didik masih belum terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga menyebabkan peserta didik merasa bosan.

Selain itu, peneliti juga mendapatkan informasi bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik masih rendah, hal itu dapat dilihat dari jawaban soal pemecahan masalah matematis yang peneliti berikan pada saat observasi awal. Kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik salah satunya disebabkan oleh media yang digunakan pada saat pembelajaran.

Guru hanya menggunakan media konvensional seperti spidol, papan tulis, penggaris, dan media-media wajib lainnya. Berdasarkan obeservasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat bahwa media yang digunakan masih belum mampu menunjang kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik karena media yang digunakan dalam proses pembelajaran masih merupakan media konvensional yang wajib digunakan dalam proses pembelajaran.

b. Menganalisis silabus yang digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya materi statistika.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah materi yang diajarkan sudah sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar.

Langkah ini juga dilakukan untuk melihat kesesuaian buku teks

62

dengan silabus pembelajaran matematika khususnya materi Statistik.

Berdasarkan hasil analisis silabus yang dilakukan, materi yang diajarkan sudah sesuai dengan silabus yang digunakan dalam pembelajaran matematika.

Dalam analisis silabus ini terdapat tiga aspek yang harus diperhatikan diantaranya:

1) Analisis Kompetensi Inti (KI) 2) Analisis Kompetensi Dasar (KD) 3) Analisis Indikator

c. Menganalisis sumber belajar matematika yang biasa digunakan seperti buku teks

Analisis buku teks dilakukan untuk dijadikan sebagai referensi materi yang digunakan di dalam pembuatan video pembelajaran dan analisis juga dilakukan untuk melihat kesesuaian materi buku dengan silabus.

Buku sumber yang digunakan di SMPN 6 Kapur IX masih tergolong belum maksimal, dimana buku teks tidak tersedia sebanyak peserta didik. Selanjutnya guru juga memberikan LKPD kepada masing-masing peserta didik, namun LKPD tersebut masih terlihat kaku dan akan membuat peserta didik bosan dan kurang tertarik untuk membaca materi dalam LKPD tersebut. Adapun fasilitas yang mendukung pengembangan video pembelajaran matematika untuk kelas VII SMPN 6 Kapur IX ini adalah, dalam satu lokal terdapat 28 orang peserta didik, diantara 28 orang peserta didik terdapat 3 orang yang belum memiliki android, sedangkan 25 orang lainnya sudah memiliki android di rumah masing-masing.

Namun dari peserta didik yang belum mempunyai android tersebut sudah mempunyai DVD sebagai sarana lain yang dapat digunakan untuk menonton video pembelajaran matematika tersebut.

d. Meninjau literatur tentang video pembelajaran

Hal ini bertujuan untuk mengetahui format pembuatan video pembelajaran agar produk yang dihasilkan dapat dikembangkan dengan baik dan sesuai dengan materi pelajaran yang dimuat.

e. Menganalisis karakteristik peserta didik

Menganalisis karakteristik peserta didik bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkah laku peserta didik, gaya belajar, bakat dan minat belajar, kesulitan belajar, kemampuan berfikir, dan pengalaman peserta didik (Hamzah, 2009:93). Setelah karakteristik peserta didik diketahui, maka video pembelajaran yang dirancang disesuaikan dengan peserta didik yang dianalisis. Dari 28 orang peserta didik dalam satu lokal lebih dari separoh menyukai pembelajaran dengan melibatkan android dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang lain juga terlihat bahwa gaya belajar yang disukai adalah dengan cara membaca dan mendengarkan guru menerangkan, selain itu juga terdapat peserta didik yang suka memahami pembelajaran dengan cara terlibat dalam pembelajaran tersebut. Dilihat dari segi kecepatan memahami pembelajaran, peserta didik dari lokal tersebut memiliki kecepatan memahami pembelajaran yang berbeda-beda. Ada peserta didik yang cepat dalam memahami pembelajaran, ada yang menengah dan bahkan ada yang kurang atau masih sangat rendah dalam memahami pembelajaran tersebut.

2. Tahap Perancangan (Design)

Hasil dari tahap pendefenisian berguna untuk merancang prototipe media video pembelajaran matematika pada materi Statistik untuk peserta didik kelas VII SMP N 6 Kapur IX melalui metode flip learning. Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

a. Merancang video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode flip learning

64

b. Merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) c. Merancang instrumen penilaian yang terdiri dari :

1) Lembar validasi video pembelajaran matematika melalui metode flip learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik

2) Lembar validasi RPP

3) Lembar angket respon dan lembar validasi angket respon 4) Instrumen tes.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Setelah prototipe selesai dirancang dilanjutkan dengan tahap validitas, praktikalitas, dan efektifitas. Berikut uraian masing-masing tahap :

a. Tahap Validasi

Adapun indikator validnya produk pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kelayakan isi/materi, terdiri dari kecakupan materi, keakuratan dan relevansi

2) Kelayakan penyajian, terdiri dari kelengkapan sajian, penyajian informasi, dan penyajian pembelajaran

3) Kelayakan bahasa, terdiri dari sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia dan sesuai dengan perkembangan peserta didik

4) Kelayakan kegrafikan, terdiri dari ukuran fisik, desain sampul, dan desain isi

Video pembelajaran yang dirancang didiskusikan dengan validator mengenai hal-hal yang direvisi pada tahap prototipe.

Kegiatan validasi berupa pengisian lembar validasi video pembelajaran yang dilakukan oleh pakar matematika IAIN Batusangkar. Aspek-aspek validasi dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1: Validasi Video Pembelajaran Matematika pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

Komponen Sub komponen Instrumen

A. Kelayakan isi/materi

1. Cakupan materi Lembar validasi 2. Keakuratan Lembar validasi 3. Relevansi Lembar validasi B. Kelayakan

penyajian

1. Kelengkapan sajian Lembar validasi 2. Penyajian informasi Lembar validasi 3. Penyajian

Pada tahap praktikalitas ini dilakukan uji coba terbatas di satu kelas yaitu kelas VII.2 SMP N 6 Kapur IX. Uji coba dilakukan untuk melihat keterpakaian video pembelajaran matematika pada materi Statistika yang telah dirancang. Aspek-aspek yang diteliti pada tahap ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2: Praktikalitas Video Pembelajaran Matematika pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

Aspek

Metode Pengumpulan Data Kemudahan dalam penggunaan Video

pembelajaran pada materi statistika untuk

Angket

66

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas VII SMP/MTs melalui metode Flip learning

a. Tampilan video pembelajaran matematika menarik

b. Petunjuk dalam video pembelajaran matematika jelas dan mudah dipahami c. Bahasa yang digunakan dalam video

pembelajran matematika mudah dipahami

d. Video pembelajran matematika membantu memahami materi yang dipelajari

e. Video pembelajaran matematika menambah motivasi untuk belajar

Untuk melihat kepraktisan video pembelajaran yang dikembangkan. Hal ini diketahui melalui angket yang diisi oleh peserta didik. Berikut ini adalah indikator angket yang digunakan : 1) Memiliki penampilan yang menarik

2) Memicu daya pikir karena tersedia gambar, suara dan animasi yang menambah motivasi dalam belajar

3) Menyajikan materi Statistika dengan lebih jelas.

4) Membantu memahami konsep tentang Statistika 5) Dapat mengembangkan potensi dalam belajar mandiri 6) Bahasa yang digunakan mudah dipahami

7) Mudah dijalankan atau dioperasikan

8) Informasi yang diterima melalui video pembelajaran jelas

9) Video pembelajaran dapat melibatkan alat indra dalam proses pembelajaran

10) Video pembelajaran dapat digunakan berulang kali

11) Dapat belajar menggunakan video pembelajaran sesuai dengan kecepatan individu

12) Dapat belajar sendiri tanpa guru

c. Tahap Efektivitas

Pada tahap ini dilakukan penerapan pada satu kelas yaitu kelas VII di SMPN 6 Kapur IX. Penerapan dilakukan untuk melihat efektifitas video pembelajaran matematika pada materi statistika yang telah dirancang dengan melakukan tes dan meminta peserta didik untuk mengisi angket respon peserta didik terhadap video pembelajran matematika.

Video pembelajaran matematika yang dikembangkan efektif jika memenuhi indikator :

1) Peserta didik memberikan respon positif, yang ditunjukan dengan hasil angket yang diberikan

2) Meningkatnya kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik, yang ditunjukan dari hasil test kemampuan pemecahan masalah yang diberikan. Tes kemampuan pemecahan masalah matematis peserta didik dalam bentuk pretest dan postes.

Adapun komponen-komponen untuk menguji efektivitas video pembelajaran terdapat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.3. Aspek Efektivitas Video Pembelajaran pada Materi Statistika untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Peserta Didik Kelas VII SMP/MTs melalui Metode Flip Learning

Komponen Sub Komponen

1. Pembelajaran a. Merasa senang b. Termotivasi c. Merespon

2. Pemahaman Materi Membantu siswa dalam belajar dan memahami materi

3. Video pembelajaran matematika pada materi statistika untuk meningkatkan

68

Untuk lebih jelasnya prosedur penelitian yang dilaksanakan pada penelitian ini digambarkan dalam skema prosedur penelitian berikut:

Gambar 3.1. Prosedur/Alur Pengembangan Tahap Pendefenisian (Define)

1. Wawancara dengan guru matematika serta peserta didik

2. Analisis silabus 3. Analisis karakteristik 4. Analisis buku teks

5. Meninjau literatur media video pembelajaran Tahap Perancangan (Design)

1. Desain awal video pembelajaran

2. Merancang instrumen dan perangkat pembelajaran

Tahap Pengembangan (Develope)

Pengembangan video pembelajaran matematika sesuai dengan rancangan penelitian.

Video pembelajaran pada materi statistika memenuhi kriteria Valid, Praktis, dan Efektif.

3. Peserta didik kurang aktif mengikuti pembelajaran

Dokumen terkait