Pada dasarnya, kemampuan untuk dapat menganalisa dan melakukan evaluasi persoalan secara jelas dan konkret dapat diperoleh melalui latihan-latihan yang sistematis, melalui pendidikan khususnya mengenai metode analisa dan teknik pendekatan (Keraf, 1981: 7). Kemampuan dalam menganalisis dan mengevaluasi dinilai sangat penting karena tujuan utama dari teks eksposisi adalah berusaha untuk memperluas pandangan dan pengetahuan seseorang mengenai obyek yang digarapnya (Keraf, 1981: 6). Berdasarkan pendapat tersebutlah dapat dipahami bahwa, semakin baik kemampuan seorang penulis dalam menganalisis dan mengevaluasi obyek tulisannya makan akan semakin baik pula hasil tulisannya dan pada akhirnya akan dapat memperluas pandangan dan pengetahuan pembacanya. Keraf (1981: 7) mengungkapkan beberapa metode atau cara-cara yang bisa dipergunakan untuk menyampaikan informasi melalui teks eksposisi di antaranya yaitu:
a) Metode Identifikasi
Kata identifikasi diturunkan dari kata identificare yang berarti “menetapkan kesamaan; serupa dengan”. Di sisi lain, unsur kata identicus mengandung makna “sama pribadinya; mirip dengan yang asli”. Berdasarkan asal katanya, maka kata
identifikasi sebagai bentuk pembendaan dari identificare berarti proses membuat sesuatu menjadi sama, proses menetapkan kesamaan, atau proses menentukan kesatuan dan wujud suatu individualitas(Keraf, 1995: 25). Secara umum metode identifikasi diartikan sebagai sebuah metode yang berusaha menyebutkan ciri-ciri atau unsur-unsur pengenal suatu obyek sehingga para pembaca atau pendengar lebih mengenal akan obyek tadi (Keraf, 1981: 9).
Secara umum metode identifikasi juga dapat dipahami sebagai suatu metode untuk menggarap sebuah eksposisi sebagai sebuah jawaban atas pertanyaan: “Apa itu? Siapa itu?”. Pada hakekatnya kata identifikasi sebernarnya berarti “proses membuat sesuatu menjadi sama”, “proses menentukan kesatuan dan kelangsungan suatu individualitas” (Keraf, 1981: 9). Di dalam hubungan tersebutlah, makna yang tepat khusus untuk pengertian identifikasi adalah “proses menyebutkan unsur-unsur yang membentuk suatu hal sehingga ia dikenal sebagai hal atau obyek tersebut” (Keraf, 1995: 25).
b) Metode Perbandingan
Metode perbandingan diartikan sebagai suatu cara untuk menunjukkan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan antara dua obyek atau lebih dengan mempergunakan dasar-dasar tertentu. Sebagai suatu metode pengembangan di dalam teks eksposisi, dasar-dasar di dalam melakukan perbandingan adalah menempatkan sesuatu yang belum diketahui atau yang belum diketahui dalam kerangka suatu hal atau barang yang sudah dikenal oleh pembaca atau pendengar (Keraf, 1981: 16).
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dipahami bahwa tujuan perbandingan adalah membicarakan sesuatu yang dianggap belum diketahui
pembaca, dengan membandingkannya dengan hal lain yang dianggap sudah diketahui para pembaca. Di sisi lain, dengan cara membandingkan kedua hal (atau lebih) itu berarti seorang penulis telah menempatkan obyek garapannya berdampingan untuk mengetahui persamaan dan perbedaannya-perbedaannya (Keraf, 1981: 16).
c) Metode Ilustrasi atau Eksemplifikasi
Metode ilustrasi atau eksemplifikasi adalah suatu metode untuk mengadakan gambaran atau penjelasan yang khusus dan konkret atas suatu prinsip umum atau suatu gagasan umum. Di dalam metode ilustrasi atau eksemplifikasi ini, penulis berusaha untuk menjelaskan suatu prinsip umum atau suatu kaidah yang lebih luas lingkupnya dengan mengutip atau menunjukkan suatu pokok yang khusus yang tercakup dalam prinsip umum atau kaidah yang lebih luas cakupannya itu. Hubungan antara hal yang khusus dengan sesuatu yang lebih luas merupakan prinsip yang fundamental dalam metode ilustrasi atau eksemplifikasi (Keraf, 1981: 26).
Secara umum, metode ilustrasi atau eksemplifikasi merupakan metode yang paling sering dipergunakan dalam sebuah teks eksposisi karena metode ini tidak menampilkan hal-hal yang umum secara abstrak atau kabur, tetapi menunjukkan contoh-contoh yang nyata dan konkret. Di dalam hal ini, seorang penulis akan merasakan pentingnya sebuah contoh yang konkret untuk menjelaskan lagi uraian yang disampaikan dengan kata-kata tadi (Keraf, 1981: 26). d) Metode Klasifikasi
Pada dasarnya metode klasifikasi merupakan suatu metode yang menekankan pada proses yang bersifat alamiah untuk menampilkan
pengelompokan-pengelompokan sesuai dengan pengalaman manusia. Barang- barang, gagasan-gagasan yang dikenal melalui pengalaman-pengalaman disusun di dalam sebuah sistem yang teratur (Keraf, 1981: 34). Senada dengan pendapat tersebut, Tarigan (2013: 69) mengatakan bahwa metode klasifikasi adalah suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis untuk dalam mengatasi suatu pokok pembicaraan yang luas dengan jalan membagi-baginya menjadi beberapa bagian.
Apabila mengacu pada hal-hal tersebut maka dapat dipahami bahwa metode klasifikasi merupakan jalan untuk menjangkau bermacam-macam subyek ke dalam suatu pertalian, menempatkan sebuah subyek ke dalam hubungan yang masuk akal dengan barang-barang lainnya berdasarkan suatu sistem, memberi pada suatu barang atau hal sebuah konteks yang logis oleh karena itu, di dalam metode klasifikasi selalu mencakup persoalan kelas atau kelompok. Di sisi lain, metode klasifikasi merupakan suatu metode untuk menempatkan barang-barang dalam suatu sistem kelas, sehingga dapat dilihat hubungannya ke samping, ke atas, dan ke bawah (Keraf, 1981: 34).
e) Metode Definisi
Secara umum pengertian definisi dapat ditinjau dari bermacam-macam sudut, seperti pengertian definisi dari kamus di mana definisi diartikan sebagai berikut.
(1) suatu pernyataan tentang apa yang dimaksud dengan suatu hal atau barang (disebut referen) dan
ciri esensial dari suatu barang, hal, orang, proses, atau aktivitas (Keraf, 1995: 115).
Di dalam arti sempit, definisi diartikan bukan mengenai suatu barang atau hal, tetapi juga mengenai sebuah kata, sedangkan di dalam arti luas, definsi mencakup pengertian membatasi pengertian suatu barang atau hal yang didefinisikan (Keraf, 1981: 44). Berdasarkan pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa definisi itu memberi pengetahuan kepada pembaca tentang suatu barang, si penulis mengatakan kepada pembaca “barang itu sebenarnya apa”, sehingga metode definisi dapat diartikan sebagai sebuah metode yang mengacu pada sebuah upaya untuk mengadakan atau menggarap sebuah teks eksposisi (Keraf, 1981: 45). Di sisi lain, Tarigan (2013: 70) berpendapat bahwa metode definisi adalah sejenis penyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk memperjelaskan, oleh karena itu hakekat dasar dari definisi adalah tindakan pembahasan, yang hendak memberi pengertian sesuatu istilah sejelas mungkin.
f) Metode Analisa
Di dalam metode ini, analisa diartikan sebagai suatu cara membagi-bagi suatu subyek ke dalam komponen-komponennya (Bahasa Yunani: analyein = menanggalkan, menguraikan; dibentuk dari kata ana- = atas, dan lyein= melepaskan, menanggalkan (Keraf, 1981: 60). Berdasarkan arti kata tersebut maka analisis dapat diartikan melepaskan, menanggalkan, atau menguraikan sesuatu yang terikat-padu atas bagian-bagiannya (Keraf, 1995: 40).
Pada hakekatnya analisis itu selalu menghadapkan seseorang pada suatu kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian. Kesatuan tersebut dapat berdiri
dari sesuatu yang konkret berupa barang atau terdiri dari suatu gagasan yang abstrak. Secara umum selain syarat bahwa analisis itu terdiri dari komponen-komponen, juga harus diingat bahwa analisis itu sendiri sama sekali tidak menciptakan bagian- bagian tersebut. Bagian-bagian tersebut ditemukan oleh penulis, bukan diciptakan oleh penulis, dengan menemukan bagian-bagian tersebut penulis meminta agar para pembaca memperhatikan bagian-bagian tersebut. Sebuah barang atau hal yang dapat dianalisis bisa memiliki bagian atau komponen yang berbeda-beda sesuai dengan penglihatan pengarang, namun bagian-bagian tersebut harus bersama-sama memiliki fungsi-fungsi tertentu terhadap keseluruhannya (Keraf, 1981: 60). g) Metode Analisa Kausal
Hubungan kausal adalah suatu hubungan yang melibatkan suatu obyek atau lebih yang dianggap menjadi sebab timbulnya atau terjadinya hal yang lain. Di dalam metode pengembangan analisa kausal, seorang penulis yang menghadapi suatu masalah dengan indikasi pertalian sebab-akibat maka ia harus melakukan dua hal utama, yaitu: pertama, penulis harus mengidentifikasi untuk menemukan faktor-faktor yang mempunyai pertalian dengan masalah yang akan dibahas. Kedua, penulis menetapkan faktor-faktor yang menjadi sebab dan faktor-faktor yang menjadi akibat (Keraf, 1981: 71).
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka dapat dipahami bahwa di dalam sebuah analisa kausal pada dasarnya seorang penulis itu mempersoalkan dua hal pokok, yaitu: (1) Apa yang menyebabkan masalah atau menemukan sebab yang menimbulkan suatu masalah. Di dalam konteks ini seorang penulis bergerak dari akibat (masalah) lalu kembali menemukan sebab atau sebab-sebab (Keraf, 1981: 71). (2) Mengemukakan suatu peristiwa atau hal sebagai sebab. Di dalam hal ini
penulis harus mengajukan lagi pertanyaan akibat atau pengaruh apakah yang dapat muncul kemudian atau mencari akibat-akibat yang mungkin timbul karena peristiwa yang pertama. Penulis juga bergerak dari satu hal atau peristiwa yang dianggap sebagai sebab, kemudian mempersoalkan akibat-akibat mana yang mungkin timbul (Keraf, 1981: 71).