• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. FUNGSI INDIVIDU

1.6. Metode Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian studi etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat diartikan sebagai pendekatan yang menghasilkan data, dan tingkahlaku yang dapat diamati (Nawawi, 1994:203). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001:3) mendefenisikan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati. Dalam hal ini, penelitian yang dilakukan yaitu dengan mendeskripsikan atau menggambarkan tetang kesenian nandonh yang ada di Kabupaten Simeulue Timur. Dalam penelitian etnogarfi sendiri ada dua cara untuk memperoleh data yaitu: observasi dan wawancara.

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Nazir, 2003:175). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi dan observasi sambil lalu. Dengan melakukan observasi partisipasi ini, saya bisa ikut dalam latihan kesenian nandong yang diadakan oleh sekelompok yaitu kelompok gendang safano yang bertempat latihan di jalan kolok. Dengan berkumpul dan melihat langsung bagaimana kesenian nandong tersebut. Saya hanya bisa ikut dan melihat saja bagaimana kesenian nandong dimainkan, tanpa bisa memainkan kesenian nandong tersebut karena kesenian nandong hanya dimainkan oleh sekelompok laki-laki yang terdiri dari dua sampai dua belas lebih pemain. Latihan yang dilaksanakan tidak teratur biasanya kapan ada perlombahan dan ada acara baru para seniman nandong latihan. Ketika ada acara ulang tahun Kabupaten Simeulue, kesenian nandong dipertunjukan. Saya ikut dan melihat bagaimana kesenian nandong ditampilkan. Selain mengikuti kegiatan latihan yang dilakukan, saya juga melakukan observasi sambil lalu sebelum penelitihan ini diadakan.

Dalam melakukan observasi sebelumnya saya melakukan wawancara terlebih dahulu. Untuk menanyakan siapa-siapa yang bisa ditanyakan tentang kesenian nandong. Untuk pertama saya menanyai nya kepada keluarga siapa-siapa saja yang mengetahui tentang kesenian nandong. Setelah mengetahui informan kunci maka saya akan melakukan wawancara. Pertama kali saya melakukan wawancara dengan kepala desa suka maju yakni bapak Samsuir 64, selain menjabat kepala desa, bapak ini juga merupakan seniman nandong. Sebelum melakukan wawancara dengan bapak

Samsuir, saya membuat janji agar bisa jumpa dengan bapak samsuir. Bapak ini menyambut dengan senang ketika saya mengutarakan maksud dan tujuan saya untuk mewawancarainya. Bapak yang berumur 64 tahun ini orangnya murah senyum dan senang bercerita, dia sangat senang memberi informasi tentang kesenian nandong dan tentang adat-adat Simeulue. Selain memberi informasi yang saya butuhkan, bapak Samsuir ini juga memberikan fotocopy syair-syair nandong dan menunjukan kepada saya orang-orang yang tahu tentang kesenian untuk saya wawancarai selanjutnya.

Selanjutnya saya mewawancarai bapak Mahyudin 72 tahun, bapak ini pernah menjabat sebagai ketua Laka di Kabupaten Simeulue. Bapak yang berbadan besar ini sangat berwibawa, ia menjelaskan semua pertanyaan yang saya ajuhkan. Informasi yang didapat dari bapak Mahyudin ini hampir sama dengan informasi yang dipaparkan oleh bapak Samsuir. Tidak ada perbedaan, sehingga data yang saya dapat dengan mudah saya catat ulang. Selain bapak Mahyudin saya juga mencari informasi dengan seorang yang menjabat sebagai ketua Laka Di Kabupaten Simeulue. Bapak Kahmaruddin ini tinggal daerah simpang lantik yang berjarak setengah jam dari pusat kota. Sebelum saya mewawancarai bapak Kahmaruddin ini, saya minta tolong dengan saudara saya yang kenal dengan bapak Kahmaruddin sehingga saya bisa jumpa dengan bapak ini. Setelah semua diatur, akhirnya saya jumpa dan mewawancarai bapak yang menjabat ketua Laka sekarang ini. Pertemuan di sore hari itu menbuat data saya semakin bertambah walaupun data yang saya dapat selalu meliliki persamaan yang banyak.

Selain yang mengetahui tentang kesenian nandong, saya juga mewawancarai para seniman nandong. Salah satunya bapak Samsuar, bapak ini bekerja di SMU 1 Simelue Timur sebagai staf tata usaha. Bapak Samsuar 45tahun merupakan seniman nandong yang bertempat tinggal didaerah desa Lugu. Bapak ini menjelaskan bagaimana cara-cara memainkan nandong, dan apa-apa saja yang berhubungan dengan nandong. Data yang didapat dari bapak Samsuar merupakan data tentang penyajian kesenian nandong yang akan melengkapi data untuk penelitian ini. Bapak Buyung adalah informan selanjutnya, bapak Buyung merupakan salah satu seniman yang berada di daerah kolok. Data yang didapat tidak beda dengan data yang diberi oleh bapak Samsuar. Hanya saja ada penambahan data dan dokumentasi yang dapat dilihat dari penjelasan bapak Buyung.

Selain informan yang tahu tentang kesenian nandong saya juga mewawancarai masyarakat setempat untuk mendapat data yang lebih, khususnya dalam pengetahuan atau perkenalan mereka tentang kesenian nandong yang ada di Kabupaten Simuelue. Informan biasa ini dipilih dari orang tua dan anak remaja. Sebagian besar data yang didapat dari informan masyarakat mengungkapkan kurang mengenal kesenian nandong, selain itu mereka jarang melihat pertunjukan kesenian nandong. Kesenian nandong hanya mereka lihat pada acara perayaan ulang tahun Kabupaten, perlombaan antar kecamatan, dan festival budaya yang biasanya di adakan di pendopo.

Dalam penelitian ini, semua informan sangatlah penting untuk mendapat data-data yang diperlukan. Informan dibedakan atas tiga informan yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Semua informan saling berkaitan satu sama lain karena dari mereka akan menghasilkan informasi-informasi dan data-data yang saya perlukan mengenai kesenian nandong. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam yang diajukan kepada informan. Wawancara mendalam merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai dengan menggunakan pedoman (guide).

Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan di lokasi penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang saya tanyakan kepada informan adalah berupa; sejarah simulue, sejarah nandong, penyajian nandong, bentuk-bentuk nandong, syair-syair nandong, dan perkembangkan nandong. Data yang saya peroleh di lapangan menyatakan bahwa kesenian nandong mengalami perubahan dan kurangnya pegetahuan masyarakat tentang kesenian nandong.

Penelitian ini adalah studi etnografi, maka penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif guna mencari tahu sebanyak mungkin dan mendalam berdasarkan penjelasan informan dan melakukan pengamatan aktivitas hidup masyarakat yang menjadi subjek penelitian. Seterusnya keutamaan penelitian kualitatif dengan studi etnografi adalah perspektifnya emic view yakni berdasarkan apa yang dirasakan oleh masyarakat yang diteliti, dimaknai masyarakat, diterjemahkan oleh masyarakat, dan

dipedomani menurut masyarakat, bukan melalui analisa atau alasan-alasan yang dibuat oleh peneliti. Sehingga dengan demikian data yang diperoleh akan mendekati kesempurnaan hasil, apabila benar-benar ditanggapi dengan baik. Sementara analisa data telah dilakukan dari sejak penelitian berlangsung sampai dengan selesai.

Hasil observasi partisipasi dan wawancara akan dicatat ke dalam buku yang telah disediakan penulis. Hal ini dilakukan agar penulis tidak lupa dengan hasil wawancara dan data tersebut dapat untuk dibaca kembali. Selain itu juga, penulis di bantu oleh alat pendukung seperti : kamera foto untuk mendokumentasi hal-hal yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kesenian nandong. Selain kamera dan data yang di lapangan, untuk mendapat data-data lainnya juga diperoleh data dari hasil penelitian orang lain, dari sumber referensi atau kajian pustaka yaitu dari seperti; kantor catatan penduduk dan sipil, buku-buku dan dari internet.

Selanjutnya menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan (fieldnote). Data-data tersebut setelah dibaca, dan dipahami serta ditelaah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian.

Langkah selanjutnya adalah menyusun data-data dalam satuan-satuan. Satuan-satuan itu kemudian dikatagorisasikan. Berbagai kategori tersebut dilihat kaitannya satu dengan yang lainnya lalu diinterpretasikan secara kualitatif. Lalu

menuangkannya ke dalam catatan yang lebih besar seterusnya dalam kertas kerja sebagai laporan hasil penelitian.

BAB II

Dokumen terkait