• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nandong (Studi Etnogarfi tentang Kesenian Nandong di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Darusslam)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Nandong (Studi Etnogarfi tentang Kesenian Nandong di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Darusslam)"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

NANDONG

(Studi Etnografi Tentang Kesenian Tradisional Di

Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Provinsi

Nanggroe Aceh Darussalam)

Oleh : Siti Diannur

070905028

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKLUTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

NANDONG

(Studi Etnografi di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darusalam)

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaa di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau terdapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lian, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan di sebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang say nytakan di sini, saya bersedia dip roses secara hokum dan menanggalkan gelar kesarjanaa saya.

Medan, Desember 2012

(3)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirabbil’alamin saya panjatkan kepada Allah yang Maha Besar dan Maha Penyanyang yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, dan salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada ruh junjungan alam Rasulullah Muhammad saw.

Penulisan skripsi ini yang berjudul “ Nandong (Studi Etnogarfi tentang Kesenian Nandong di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Darusslam)” Merupakan bagian kerja dari prosedur yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar kesarjanaan dalam bidang Antropologi Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini dari awal hingga selesai, penulis telah melibatkan berbagai pihak, untuk itu penulis Kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, Ma, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara.

(4)

membimbing penulis, memberikan masukan dan nasehat sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Kepada ibu Dra. Sri Emiyanti M.Si selaku dosen wali penulis yang selama ini telah banyak membantu. Kepada Bapak Drs. Agus Trisno sebagai sekretaris jurusan yang telah juga ikut memberi nasehat, kesederhanaan dan kebaikan Bapak member inspirasi buat mahasiswa. Dan tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kak Nur yang telah banyak membantu proses masalah kuliah sampai urusan nilanya.

Tidak lupa juga penulis sampaikan terima kasih kepada seluruh informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi cerita, pengalaman dan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.

Special kepada kedua orang tua (alm) Asfaruddin BS.BA dan (alm) Rosni D. yang telah membesarkan, membimbing, memberikan kasih sayang yang berlimpah. Penulis ingin sampaikan seribu ucapan terima kasih untuk mu ibu dan ayah, tapi penulis sadar kalau seluruh air laut dijadikan tinta tak akan cukup untuk menuliskan jasa-jasa mu. Semua ini penulis persembahkan untuk mu Ayah dan Ibu. Maaf Dian baru bisa menyelesaikan skripsi ini ketika kalian telah tiada. Salam rindu ku untuk mu ibu dan ayah.

(5)

buat adik ku Firman alamsyah, buat saudara-saudara ku yang lain makasih juga dukunganya, dan buat keponakan-keponakan ku yang tersayang Rinda, Fira, Ridho, Agung, Rafqi, dan Rafa.

Terima kasih yang tulus juga untuk semua pihak yang memberikan semangatnya, buat teman-teman stambuk 07 yang selama ini menjadi teman-teman yang sama-sama mengikuti kuliah, dan terima kasih kepada teman ku, marni, sri, dayat, edo, arni, uti, risa dll, buat abang senior, bang badai, bang feri, bang andri, bang maja, bang blend, bang abeb,bang buaya, buat temen-temen kost, beby, lili, vina, ima, diza, ami, lidya, dila, dan buat kakak kost ku murni. Makasih semangat yang telah kalian berikan, semoga kita bisa jalin pertemanan sampai akhir hayat.

Maka dengan menyadari sepenuhnya keterbatasan yang ada pada diri penulis, skripsi ini masih banyak kekurangan. Semoga skripsi ini dapat menjadi sumabangan yang bearti bagi semua pihak khsusnya bagi ilmu Antropologi.

Wassalam

Medan, Desember 2012

(6)

KATA PENGANTAR

Skirpsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Dlam rangka memenuhi persyaratan tersebut penulis telah menyusun sebuah skripsi dengan judul “ NANDONG ( Studi Etnografi Tentang Kesenian Tradisional di Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalm).Pada skiripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh mengenai kesenian Nandong. pembahasan tersebut diuraikan dari Bab I sampai dengan Bab V.

Bab I pendahuluan. Pada bab ini akan diuraikan garis besar penulisan skiripsi secarah menyeluruh, antara lain akan dikemukan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah penelitian yang akan diketahui apa saja masalah yang akan dikemukan dalam penelitian ini. Selanjutnya akan diuraikan tentang lokasi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, serta teknik pengumpulan data. Penguraian pada bab I dapat memberikan gambaran secara keseluruahn mengenai materi penulisan skiripsi ini.

Bab II Gambaran Umum Lokasi Simeulue Timur. Pada bab ini akan diuraikan mengenai sejarah singkat Pulau Simeulue, sejarah Kabupaten, batas-batas wilayah, kependudukan, system kekerabatan, mata pencarian, transportasi ke Simeulue dan kesenian yang terkait dengan kesenian nandongdi KabupatenSimeulue.

Bab III Kesenian Nandong di Kabupaten Simeulue. Pada Bab ini akan di uraikan secara keseluruhan mengenai tentang sejarah kesenian Nandong, tentang penyajian kesenian nandong, syair-syair Nandong, Pakaian yang digunakan, alat-alat music yang digunakan dalam kesenian Nandong.

(7)

Nandong serta penyebaran dan factor-faktor yang menghambat perkembangan kesenian Nandong itu sendiri.

Bab V Penutup beriiskan keseimpulan dan saran. Pada bab ini akan disimpulkan kembali secar keseluruhan dari hasil penelitian tentang Nandong di Kabupaten Simeuleu. Di akhir bab ini penulis menyampaikan beberapa saran yang mungkin akan bisa meningkatkan kesenian Nandong.

Sebagai akhir dari tulisan ini penulis juga membuat daftar pustaka sebagai bahan refernsi dari skripsi ini serat lampiran-lampiran seperti pedoman wawancara, surat izin penelitian daftar nama-nama informan serta gambar-gambar yang berkaitan.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampuan, pengetahuan, materi dna pengalaman penulis. Penulis, dengan tidak mengurangi rasa hormat, mengharapkan kritik dan saran maupun sumbangan pemikiran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan skripsi ini.

Penulis

(8)

Daftar Isi

Lembar Pengesahan………... i

KataPengantar………. ii

Daftar Isi……….. iv

Daftar Tabel……… vii

Daftar Gambar………viii

Abstrak……… xi

BAB I : PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang………. 1

1.2Tinjauan Pustaka……….. 10

1.3Perumusan Masalah……….. 28

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 29

1.5Ruang Lingkup Lokasi Penelitian……… 30

1.6Teknik Pengumpulan Data……….. 30

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELTIAN 2.1 Lokasi Penelitian………. 37

2.2 Letak Keadaan Geografis……… 39

2.2.1 Keadaan Tanah………. 41

2.2.2 Iklim dan cuaca………. 41

2.3 Sejarah Simeulue………. 42

2.4 Gambaran Umum Kecamatan……….. 46

(9)

2.4.2 Komposisi Etnik……….. 48

2.5 Keadaan Penduduk………. 48

2.5.1 Jumlah Penduduk………. …… 49

2.5.2 Mata Pencarian………... 50

2.5.3 Pendidikan……… 51

2.5.4 Agama……….. 52

2.5.5. Sarana Kesehatan……… 53

2.6 Transportasi ke Simeulue……… 53

2.6.1 Transportasi Laut………... 54

2.6.2 Transportasi Udara……….. 55

2.7 Bahasa………... 57

2.8 Kesenian Simeulue……….. 58

2.9 Sistem Kekerabatan………. 59

BAB III: DESKRIPSI KESENIAN NANDONG 3.1 Kesenian Nandong dan Sejarah Nandong………... 62

3.1.1. Kesenian Nandong………. 62

3.1.2. Sejarah Kesenian Nandong……… ……… 62

3.2 Pertunjukan Kesenian Nandong……….. 66

3.2.1 Waktu Pertunjukan Nandong………... 66

3.2.2 Tempat Pertunjukan Nandong………. 68

3.2.3 Kostum……….………. 69

3.2.4 Alat Musik Nandong………. 70

(10)

3.2.3.2 Biola……….. 72

3.2.3.3 Suling………... 73

3.2.5 Para Pemain Nandong……….. 74

3.2.6 Cara Memainkan Kedang………. 74

3.3 Jenis-jenis Syair/Pantun Nandong……….. … 75

3.4 penyajian Nandong……….. 83

3.5 Acara Pertunjukan Nandong dalam Acara Pernikahan……… 85

3.6 Nandong dalam Acara Festival……… 88

BAB IV: SEJARAH DAN PROSES PERSEBARAN KESENIAN NANDONG 4.1 Sejarah dan Perkembangan Nandong……….. 91

4.2 Fungsi Nandong……….. 98

4.3 Nilai-Nilai yang Terkandung dalam Nandong………... 104

4.4 Penyebaran Nandong………. 106

4.4.1 Secara Lisan……… 108

4.4.2 Secara Tulisan……….. 111

4.5 Faktor Pengambat Kesenian Nandong………... 112

4.5.1 Faktor dari Dalam……… 112

4.5.2 Faktor dari Luar………... 112

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 114

5.2 Saran………... 115

Daftar Pustaka……… 117

(11)
(12)

Daftar Tabel

Tabel: 1. Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin………... 49

Tabel: 2. Jumlah penduduk berdasarkan Mata Pencarian………. 50

Table: 3. Jumlah penduduk berdasarkan Pendidikan……… 52

Table: 4. Jumlah penduduk berdasarkan Agama……….. 52

Table: 5. Jadwal keberangkatan kapal………... 54

(13)

Daftar Gambar

Gambar 1. Busana Nandong……….. 70

Gambar 2. Alat musik kendang……….. 71

Gambar 3. Alat musik biola……… 72

Gambar 4. Alat musik seruling……….. 73

Gambar 5. Cara seniman nandong memukul gendang……….. 75

Gambar 6. Para seniman nandong sedang menari sikambang……… 86

Gambar 7. Para penandong ketika pengantin pria……….. 87

(14)

ABSTRAK

Siti Diannur 2012, judul “ Nandong: Studi Etnografi Tentang Kesenian Tradisional Di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, halaman 116, table 6 , dan 8 gambar. Daftar pustaka ditambah sumber dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan, daftar informan, dokumentasi, peta Simeulue dan lampiran surat penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang “ Nandong; Studi Etnografi tentang Kesenian Tradisional Di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Aceh Darussalam”. Metode ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, studi perpustakaan dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menggambarkan tentang kesenian Nandong di pulau Simeulue. Nandong adalah kesenian khas Simulue kesenian Nandong merupakan tradisi lisan yang berupa syair dan pantun. Kesenian Nandong banyak mengandung arti nasehat-nasehat dan pesan moral didalamnya.

Dalam penyajian kesenian Nandong urutan yang dimulai dari saramo sebagai salam pembuka, dilanjutkan dengan karangan sambah yaitu salam pembuka atau persembahan, dan dilanjutkan dengan karangan lain sesuai dengan tema dan ditutup oleh tonjon yaitu syair yang dilantunkan untuk mengakhiri pertunjukan Nandong. Nandong. Pertunjukan Nandong biasanya dilaksanakan pada acara kabupaten, acara trun tanah, peseujuk dan perkawinan. Dalam perkawinan acara Nandong wajib ditampilkan pada waktu malam malaulu.

(15)

ABSTRAK

Siti Diannur 2012, judul “ Nandong: Studi Etnografi Tentang Kesenian Tradisional Di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam”. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, halaman 116, table 6 , dan 8 gambar. Daftar pustaka ditambah sumber dari internet dan beberapa lampiran daftar pertanyaan, daftar informan, dokumentasi, peta Simeulue dan lampiran surat penelitian.

Penelitian ini mengkaji tentang “ Nandong; Studi Etnografi tentang Kesenian Tradisional Di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Aceh Darussalam”. Metode ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat mendeskripsikan dengan teknik observasi, wawancara mendalam, studi perpustakaan dan dokumentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari dan menggambarkan tentang kesenian Nandong di pulau Simeulue. Nandong adalah kesenian khas Simulue kesenian Nandong merupakan tradisi lisan yang berupa syair dan pantun. Kesenian Nandong banyak mengandung arti nasehat-nasehat dan pesan moral didalamnya.

Dalam penyajian kesenian Nandong urutan yang dimulai dari saramo sebagai salam pembuka, dilanjutkan dengan karangan sambah yaitu salam pembuka atau persembahan, dan dilanjutkan dengan karangan lain sesuai dengan tema dan ditutup oleh tonjon yaitu syair yang dilantunkan untuk mengakhiri pertunjukan Nandong. Nandong. Pertunjukan Nandong biasanya dilaksanakan pada acara kabupaten, acara trun tanah, peseujuk dan perkawinan. Dalam perkawinan acara Nandong wajib ditampilkan pada waktu malam malaulu.

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini merupakan kajian tentang proses perkembangan Nandong sebagai kesenian tradisional masyarakat di Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Kesenian tradisional kita ketahui secara umum sangat penting untuk dilestarikan dan dikembangkan pada masa sekarang ini. Untuk itulah diperlukan penelitian yang lebih mendalam tentang proses perkembangan kesenian tradisional itu hingga pada masa sekarang di masyarakat. Perlunya pelestarian dan pengembangan, karena kesenian tradisional adalah merupakan salah satu aset bangsa dan salah satu identitas budaya lokal yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional.

(17)

setiap masyarakat yang bermukim di seluruh penjuru nusantara. Dengan demikian, setiap ciri-ciri yang tampak di masyarakat tersebut adalah merupakan kekayaan budaya nasional yang patut kita ketahui dan dilestarikan keberadaannya.

Ciri pokok yang selalu tampak di masyarakat pada setiap suku – suku bangsa yang ada di Indonesia salah satunya adalah kesenian tradisional. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kesenian tradisional yang mereka wujudkan dalam berbagai bentuk seperti ukiran, lukisan, tari-tarian, pantun, gurindam, lagu daerah, dan sebagainya. Kesenian tradisional masyarakat Indonesia tersebut, memiliki corak – corak yang beraneka warna bentuk, fungsi, serta makna – makna yang terkandung di dalamnya, menunjukkan kekhasan suatu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini dapat terlihat pada ragam tingkah laku dan aktivitas masyarakat pada setiap waktu dalam memproduksi suatu kesenian tradisional.

(18)

Kesenian merupakan salah satu isi dari kebudayaan manusia secara umum, karena dengan berkesenian adalah cerminan dari suatu bentuk peradaban yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan cita – cita dan keinginan dengan berpedoman pada nilai-nilai yang berlaku dan dilakukan dalam bentuk aktivitas berkesenian, sehingga masyarakat mengetahui bentuk keseniannya. Untuk menjaga kesenian-kesenian yang telah mentradisi dalam kehidupan masyarakat, serta untuk melestarikannya dalam masa pembangunan nasional, kita harus menyadari sesungguhnya bentuk-bentuk kesenian tradisional yang telah mengakar di tengah-tengah masyarakat tersebut, perlu dilestarikan karena merupakan cerminan budaya nasional kita.

Kesenian tradisional masyarakat pada perkembangan saat ini beberapa di antaranya banyak yang telah mulai menghilang di tengah-tengah masyarakat bahkan sebagian lainnya terlupakan, atau pada bagian lainnya kesenian tersebut diadopsi oleh negara tetangga seperti Malaysia misalnya yang beberapa waktu lalu di kalangan media massa serta masyarakat menjadi pembicaraan hangat atas pengklaiman kepemilikan salah satu kesenian tradisional masyarakat Indonesia yaitu tarian Reog Ponorogo. Keadaan ini dapat menimbulkan permasalahan menghilangnya identitas

(19)

Kesenian tradisional teater dan sandiwara rakyat dari rumpun seni tutur tradisional menjadi bagian dari 10 persen kesenian tradisional yang punah. Tidak kurang dari 40 kesenian tradisional Jawa Barat dari 243 jenis kesenian terancam punah. “Ada banyak penyebab punahnya kesenian tradisional di Jawa Barat. Selain karena tokohnya meninggal dunia, kesenian sudah tidak mendapat tempat ataupun tidak ditanggap masyarakatnya serta kalah dengan kesenian yang berkembang saat ini,” ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Drs. Nunung Sobari, M.M., dalam paparanya pada acara Forum Diskusi Wartawan Bandung, bertempat di Toko Yu, Jalan Hasanudin Bandung, Rabu (22/2). Sedangkan kesenian yang terancam punah, ungkap Nunung, kebanyakan berupa seni teater dan sandiwara rakyat, reog, masres dan sebagainya. Dikatakannya, jika tidak ada upaya dari masyarakat maupun pemerintah daerah, seni yang terancam punah ini justru akan punah. Oleh karena itu, lanjut dia, Disparbud Jabar melalui Balai Taman Budaya Jabar melakukan program pewarisan seni dan revitalisasi seni. Untuk menangani kepunahan sejumlah kesenian tradisional, menurut Nunung, Disparbud Jabar melalui Balai Pengelolaan Taman Budaya Jawa Barat (BPTB Jabar) melakukan program revitalisasi dan pewarisan. Program pewarisan yang diselenggarakan sejak tahun 2005 hingga 2011 telah merevitalisasi 11 kesenian tradisional dan tahun 2012 ada tiga kesenian yang masuk program revitalisasi dan 13 kesenian masuk program pewarisan. Kesenian tradisional yang berhasil direvitalisasi, meliputi kesenian Topeng Lakon (Kab. Cirebon), Gondang Buhun (Kab. Ciamis), Angklung Badud (Kota Tasikmalaya), Parebut Seeng (Kab. Bogor), Goong Kaman (Kab. Bekasi), Cokek (Kab. Bekasi), Gamelan Ajeng (Kab. Karawang), Topeng Menor (Kab. Subang), Randu Kentir (Kab. Indramayu), Seni Uyeg (Kota Sukabumi) dan Ketuk Tilu Buhun (Kota Bandung). “Dari kesebelas kesenian yang punah dan nyaris punah, kesenian Uyeg pada masa kerajaan Padjajaran abad ke 15 yang paling tua, dan tahun ini ada empat yang masuk program revitalisasi,” terang Nunung (Sumber elektroni 2012).

(20)

lainnya yang tidak sesuai dengan budaya bangsa kita. Pada akhirnya dapat merusak moral generasi yang akan datang terhadap nilai-nilai budaya dan nilai-nilai luhur kesenian tradisional bangsa kita sendiri. Hal ini menandakan bahwa perkembangan kesenian tradisional yang merupakan kebudayaan nasional tersebut dapat terpinggirkan pada masa yang akan datang apabila kesadaran manusia untuk bangga terhadap keseniannya terlupakan.

Perkembangan kesenian tradisional di Indonesia sesungguhnya sangat banyak variasi bentuk dan corak ragamnya. Namun, beberapa diantara varian-varian kesenian tradisional tersebut masih banyak yang belum diketahui oleh masyarakat Indonesia secara umum. Hal ini terjadi disebabkan oleh berbagai alasan, yang mana pada intinya kurangnya kesadaran kita untuk menginventarisasi, merevitalisasi, melestarikan serta mengembangkan kesenian tradisional tersebut pada masa sekarang ini. Padahal, kesenian tradisional tersebut mengandung makna – makna berupa fungsi estetika dan fungsi sosial yang sangat penting di tengah – tengah masyarakat. Selain itu, kesenian tradisional di Indonesia juga diantaranya memiliki kearifan tradisional. Salah satu kesenian tradisional yang selama ini kurang popular dikenal oleh masyarakat umum serta mengandung makna luas dengan kearifannya adalah kesenian Nandong.

Nandong adalah merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat

(21)

masyarakat setempat. Kabupaten Simeulue merupakan sebuah kepulauan yang terletak di pantai bagian barat Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berjarak 105 mil laut dari kota Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat atau sekitar 85 mil laut dari kota Labuhan Haji Kabupaten Aceh Barat Daya. Letak Kabupaten Simeulue ini terbilang jauh dari Ibukota Propinsi sehingga membuat kesenian tradisional ini kurang dikenal oleh masyarakat luas di luar Kabupaten Simeulue serta masyarakat kita pada umumnya. Padahal diketahui, wilayah ini memiliki kekayaan seni dan budaya yang beranekaragam varian – variannya yang mana saat sekarang masih banyak yang belum dikenal oleh masyarakat umum.

(22)

Bencana gempa serta gelombang tsunami yang terjadi pada tahun 2004 lalu yang melanda kawasan Aceh telah menelan korban ratusan ribu jiwa penduduknya serta kehancuran lingkungan dan bangunan fisik (sarana dan prasarana publik) yang jumlahnya tak terhitung. Selain menerjang wilayah Aceh daratan, gelombang tsunami juga melanda wilayah Pulau Simeulue. Lingkungan dan sarana fisik di Kabupaten Simeulue terlihat hancur, tetapi anehnya korban jiwa dalam musibah ini di sana terbilang sangat sedikit hanya berjumlah tujuh orang. Minimnya jumlah korban jiwa di Kabupaten Simeulue pada waktu itu menjadi tanda tanya masyarakat internasional karena musibah ini tergolong salah satu bencana terbesar sepanjang sejarah dunia.

Jumlah korban jiwa di Kabupaten Simeulue akibat gempa bumi yang sangat kecil tersebut, tidak terlepas dari kemampuan masyarakat setempat dalam membaca gejala – gejala alam. Pengetahuan ini diperoleh masyarakat berdasarkan peristiwa yang sama dialami masyarakat Simeulue pada tahun 1907. Peristiwa tersebut ternyata diungkapkan oleh nenek moyang masyarakat Simeulue lewat syair nandong, sehingga generasi berikutnya mengerti bagaimana cara mengetahui gejala-gejala alam serta cara mengatasinya lewat kesenian nandong tersebut. Salah satu syair nandong sebagai berikut:

(23)

Tibo-tibo mawi (secara tiba-tiba) Angalinon ne mali (jika gempanya kuat) Uwek suruik sahuli (Disusul air yang surut) Maheya mihawali (segeralah cari tempat)

Fano me singa tenggi (dataran tinggi agar selamat) Ede smong kahanne (Itulah smong namanya) Turiang da nenekta (sejarah nenek moyang kita) Miredem teher ere (Ingatlah ini semua)

Pesan navi da (pesan dan nasihatnya)

(dikutip dari buku gelombang smong yang menggungah 2006:78)

Syair – syair dalam nandong ini menceritakan bagaimana gejala-gejala alam serta bagaimana cara mengatasinya. Lewat syair nandong ini masyarakat mengetahui tanda-tanda kejadian yang akan terjadi. Sehingga masyarakat Simeulue dapat terhindar dari gelombang tsunami yang melanda atau sedikit memakan korban jiwa. Nandong ternyata memiliki manfaat yang sangat besar dari masyarakat selain

berfungsi sebagai estetika dan sosial, juga memiliki fungsi sebagai pengetahuan lokal (local genius) di tengah – tengah masyarakat Simeulue. Pengetahuan lokal ini diwariskan dari generasi ke generasi masyarakat Simeulue melalui pesan-pesan nasehat yang disampaikan melalui kesenian nandong. Pesan-pesan yang disampaikan oleh leluhur ini adalah berupa cerita rakyat (folklore) dengan dibarengi irama mendayu-dayu menghibur hati rakyat yang dengan sendirinya mempengaruhi tingkah laku masyarakat dalam berhati-hati mengambil tindakan agar tidak terjadi resiko fatal dalam perjalanan kehidupannya.

(24)

folklore adalah sebagai bagian kebudayaan suatu kolektif macam apa saja, secara

tradisional dalam versi yang berbeda baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pengingat. Folklore termasuk salah satu bentuk kesenian tradisional masyarakat yang sudah turun-temurun diketahui masyarakat dan merupakan wujud kebudayaan. Dalam kaitan antara kesenian tradisional seperti nandong ini terhadap kebudayaan adalah didalamnya terdapat nilai-nilai budaya

berupa makna-makna tersirat yang diketahui oleh masyarakat Simeulue sehingga menjadi sebuah aturan-aturan serta pedoman dalam aktivitas kehidupan masyarakat disana. Kesenian nandong ini juga merupakan sebuah tradisi budaya yang diduga diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi masyarakat yang dapat diterima, dimiliki, dan dijadikan sebagai pedoman terutama sekali dalam menghadapi bencana alam, perkawinan, dan sebagainya. Hal inilah menunjukkan bahwa kesenian tradisional nandong ini diduga adalah merupakan bagian kebudayaan Simeulue yang akan menunjukkan adanya rasa kebanggaan masyarakat terhadap kesenian tersebut. Seterusnya dengan adanya kebanggaan mereka, rasa memiliki dan menjadi identitas budaya masyarakat setempat datang dengan sendirinya.

(25)

(icon) misalnya tari Saman. Bahkan, tari tersebut sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas bahkan bangsa-bangsa lain di dunia. Padahal, wilayah Kabupaten Simeulue sangat banyak kesenian tradisionalnya yang sampai saat ini diperkirakan masih cukup bertahan. Kurangnya informasi dan publikasi penelitian tentang kebudayaan Simeulue, salah satu kemungkinan penyebab dari masalah tersebut.

Kesenian nandong sebagai bagian kebudayaan nasional terlihat sangat penting untuk dikaji dan dilestarikan. Sehingga sebagai salah satu cara untuk menemukan jawaban permasalahan tersebut yang telah dipaparkan diatas, peneliti termotivasi untuk mengkaji lebih jauh bagaimana kesenian Nandong dalam kehidupan masyarakat Simeulue. Dengan adanya peneltian ini, diharapkan akan menjadi bahan kebijakan-kebijakan Pemerintah setempat sebagai upaya untuk memperhatikan kemajuan seni dan budaya Kabupaten Simeulue. Seterusnya, diharapkan akan menjadi sebuah bahan publikasi dan informasi kepada masyarakat umum lainnya dalam melihat kebudayaan Simeulue lebih khusus, dan Kebudayaan Aceh pada umumnya. Dan pada akhirnya akan ditemukan gambaran makna-makna dari kesenian tradisional di Simeulue yang juga mengandung kearifan tradisional.

1.2. Tinjauan Pustaka

(26)

Kesenian Nandong dapat dikatakan sebagai hasil karya manusia. Untuk menjadikan sebagai suatu hasil karya manusia diperlukan adanya proses penyampaian hasil karya tersebut kepada orang lain serta diteruskan kepada generasi selanjutnya. Proses transmisi ini meliputi cara pandang, cara pembuatan maupun penggunaan yang dapat diperoleh melalui kebudayaan.

Berbicara masalah kebudayaan secara luas, pengertian yang paling dekat dapat kita ambil adat kebiasaan dan norma-norma yang berlaku pada suatu masyarakat yang mengatur tata cara dan tata krama serta nilai-nilai kehidupan bermasyarakat selanjutnya hal itu berlaku bagi siapapun yang menjadi anggota masyarakat tersebut secara turun-temurun. Jika di lihat pengertian secara luas, kebudayaan itu bukan hanya adat kebiasaan yang berlaku, akan tetapi dapat kita tinjau dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja dapat mengarahkan kita kepada pengertian yang lebih tepat mengartikan sesungguhnya.

(27)

menggunakannya. Sehingga dengan demikian kesenian tradisional yang merupakan juga sebuah simbol terkait dengan identitas budaya, memiliki arti penting bagi suatu masyarakat dalam kebudayaannya.

Kebudayaan juga sangat berperan dalam perkembangan sebuah bangsa dan daerah karena dapat mempengaruhi kehidupan politik, ekonomi, dan sosial masyarakat dalam setiap proses tahapan kehidupan manusia dari generasi ke generasi. Kehidupan manusia selalu dinamis perkembangannya dalam setiap waktu ke waktu hingga dapat saja memunculkan menghilangnya sebagian dari suatu identitas budaya terpola selama ini yang dapat juga dipengaruhi oleh gaya hidup (life style) generasi-generasi baru pada masa sekarang. Namun pada bagian lain, identitas budaya tersebut dapat hilang begitu saja tanpa ada pelestarian dan pengembangan yang diwariskan ke generasi berikutnya. Pada kondisi lainnya, identitas budaya tersebut dapat juga bertahan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk seperti sekarang ini. Sehingga, adanya dinamika proses perkembangan dari kebudayaan itu mempengaruhi setiap tindakan aktivitas manusia yang ada pada masa saat sekarang ini (Kartamihardja, 1948:58).

(28)

Dalam kebudayaan suatu masyarakat juga memiliki unsur-unsur di dalamnya salah satunya adalah dapat merupakan bagian identitas budaya lokal masyarakat setempat. Unsur kebudayaan itu baik berupa; sistem mata pencaharian, sistem pengetahuan dan teknologi, sistem religi, sistem bahasa, sistem kekerabatan dan organisasi sosial, serta sistem kesenian. Dari semua unsur budaya tersebut, dapat merupakan ciri khas suatu masyarakat ataupun identitas budaya suatu bangsa yang menandai jati diri suatu masyarakat Indonesia. Pada akhirnya unsur budaya tersebut juga dapat menjadi bagian dari kebudayaan nasional.

Suatu kebudayaan yang didalamnya terdapat system budaya biasanya sangat rumit dan dapat dijelaskan bahwa terbagi-bagi dalam empat perangkat symbol yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri bagi manusia yang bersangkutan dalam aktivitas dan tindakan antar mereka. Keempat perangkat symbol atau perlambang ini adalah symbol konstitutif yang terbentuk sebagai kepercayaan atau religi, biasanya merupakan inti dari agama atau religi; symbol kognitif yang membentuk ilmu pengetahuan; symbol penilaian moral yang membentuk nilai-nilai dan aturan-aturan; dan symbol pengungkapan perasaan atau symbol ekspresif yang membentuk kesenian. Kebudayaan juga dapat merupakan kebudayaan nasional yang menandai jati diri sebuah bangsa berdasarkan pemahaman dan perilaku masyarakat terhadap budaya mereka (Kartamihardja, 1948:67).

(29)

pralambang yang memberikan identitas kepada warga negara Indonesia, Kedua, berfungsi sebagai suatu sistem gagasan dan pralambang yang dapat dipakai oleh semua warga negara Indonesia yang bhinneka itu, untuk saling berkomunikasi dan dengan demikian dapat memperkuat solidaritas. Suatu unsur budaya akan menjadi unsur kebudayaan nasional Indonesia dan merupakan jati diri bangsa Indonesia harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

1. Harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia, atau hasil karya-karya orang zaman dahulu yang berasal dari daerah-daerah yang sekarang merupakan wilayah negara Indonesia.

2. Unsur itu harus merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang tema pikiran atau wujudnya mengandung ciri-ciri khas Indonesia.

3. Harus juga merupakan hasil karya warga negara Indonesia yang oleh sebanyak mungkin warga negara Indonesia lainnya dinilai sedemikian tingginya sehingga dapat menjadi kebanggaan mereka semua, dan dengan demikian mereka mau mengidentitasikan dirinya dengan unsur kebudayaan itu (Kartamihardja, 1948 : 190).

(30)

sehingga dapat menjadi “gagasan kolektif”. Unsur-unsurnya juga dapat berfungsi sebagai wahana komunikasi dan alat untuk menumbuhkan saling pengertian diantara aneka warna orang Indonesia dan karena itu dapat mempertinggi rasa solidaritas masyarakat dan memperkuat jati diri sebagai bangsa (Kartamihardja, 1948:113).

Kesenian yang merupakan unsur kebudayaan dapat melahirkan pemujaan, cinta kasih sayang, kemesraan baik kepada Tuhan, orangtua, saudara, maupun sesama makhluk hidup. Pengungkapan rasa seni itu dapat melalui media musik, tari, lukis, dan sastra sebagai hasil hak cipta karya manusia dari zaman dahulu hingga zaman sekarang ini. Sebagian dari budaya terwujud melalui kesenian. Kesenian itu merupakan ekspresi perasaan manusia, maka selama itu pula budaya tetap bertahan (Posman, 2000:113).

Kesenian dapat menjadi media, bahkan sangat potensial menjadi pembelajaran nilai-nilai. Kesenian tidak sekedar media pencapaian nilai estetika atau keindahan, dari sisi kontekstual kesenian mempunyai muatan nilai-nilai yang akan membantu pembentukan kepribadian selaras dengan yang dikatakan oleh Prof. Pudentea MPSS1

1

“Ketika orang berkesenian, sebetulnya orang tersebut tengah mempelajari banyak nilai seperti kedisplinan melalui kepatuhan terhadap jam berlatih, ketaatan terhadap pakem kesenian tertentu dan kerjasama dalam tim. Kesenian di daerah dan seni tradisi dapat menjadi sumber pembelajaran yang sangat baik. Terlebih lagi, kesenian tradisional yang masih terus hadir dalam masyarakatnya berarti telah mengalami seleksi alami dalam arti masih dipandang berfungsi, dipandang indah, bernilai, sebagai symbol-simbol ekspresi masyarakatnya, dan mengandung nilai-nilai baik. Dalam kesenian biasanya juga tergambar kearifan lokal yang terbukti berfungsi untuk mengatur hidup komunitas” (Sumber elektronik, http://www.debataraja.net/?=pengetahuan–dasar/pentingnya-pens/didikan-kesenian-untuk-segala-usia.)

(31)

Pada penjelasan lainnya, kesenian tradisional lahir dari tradisi masyarakat sebagai berikut:

Kesenian tradisional adalah sebuah kesenian yang tumbuh di lingkungan masyarakat perdesaan berlatarbelakang tradisi yang ada dan budaya yang diwariskan secara

turun-temurun. Kesenian tradisional pada umumnya diproduksi secara kolektif oleh komunitas daerah tersebut, meskipun para anggotanya bisa dari yang heterogen (dari berbagai orang dengan asal daerah-daerah bermacam-macam). Banyak cerita kesenian tradisional berasal dari mitos, cerita agama, kisah nabi, kisah wali, kerajaan, legenda tentang sungai, dan pitutur bagi generasi kemudian.

Nandong sebagai salah satu kesenian tradisional yang tumbuh dan

berkembang dalam kebudayaan masyarakat Simeulue. Menurut Sejarah kesenian nandong berarti senandung yakni nyanyian yang didendangkan pada waktu

melakukan sesuatu pekerjaan yang disenangi atau untuk menghibur hati yang sedang gundah (agur, 1993:5).

(32)

Nandong berarti nyanyian kecil yang biasanya didendangkan oleh

sekelompok laki-laki dan terdiri atas karangan-karangan didalamnya dan diiringi dengan alat musik kedang (gendang) dan bisa diiringi dengan biola atau seruling (Wawancara dengan Kepala Desa Samsuir 62 Tahun).

Nandong adalah seni bertutur yang telah menjadi kesenian daerah masyarakat

Simeulue dalam mengungkapkan perasannya. Kesenian nandong biasa dimainkan oleh dua orang atau lebih dengan ditingkah/diselingi pukulan gendang yang ditabuh diantara selanya bait-bait pantun dilantunkan (Wikipedia, kesenian Simeulue).

Nandong adalah seni tradisi bertutur yang terdapat di Kabupaten Simeulue.

Nandong ini berkembang dan turun temurun hingga saat ini. Nandong biasanya

dibawakan oleh sekelompok laki-laki dengan dinyanyikan secara bergantian serta biasanya diiringi dengan alat musik (wawancara dengan anggota penandong/Naska 45 tahun).

Kesenian Nandong termasuk ke dalam salah satu folklore lisan yakni puisi rakyat seperti pantun, gurindam, dan syair. Bentuk-bentuk folklore lisan yang termasuk didalamnya adalah:

1. Bahasa rakyat seperti logat, julukan, dan titel kebangsawanan. 2. Ungkapan tradisional, seperti peribahasa, pepatah dan pameo. 3. Pertanyaan tradisional seperti teka teki.

(33)

5. Cerita prosa rakyat, seperti Mite, legenda, dongeng, dan 6. Nyanyian rakyat.

Sementara itu, fungsi folklore menurut Wiliam R. Ebascom (Danandjaja, 1994:87) ada empat yaitu:

1. Sebagai system proyeksi yakni sebagai alat pencermin angan-angan suatu kolektif

2. Sebagai alat pengesahan pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan

3. Sebagai alat pendidikan anak

4. Sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat akan selalu dipatuhi anggota kolektif.

Dalam kamus bahasa Indonesia (Daryanto, 1998:509) sejarah berarti asal-usul, silsilah, kisah, riwayat peristiwa. Sejarah akan menerangkan bagaimana sebuah kejadian dapat terjadi, atau riwayat kejadian yang sudah lampau. Sedangkan menurut Alfian (2006:1) sejarah merupakan ilmu pengetahuan yang menelaah asal-usul, perkembangan dan penerangan masyarakat lampau.

Sedangkan perkembangan merupakan suatu proses yang terjadi terhadap seseorang yang memahami tahap-tahap tertentu untuk menuju kematangan (Riyadh, 2009:9).

(34)

(2007:157) dalam perkembangan kebudayaan akan mengalami perubahan-perubahan yang dipengaruhi oleh factor-faktor tertentu yang terjadi dalam kehidupan social budaya antara lain:

1. Akulturasi

Yaitu suatu kebudayaan tertentu yang dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing yang sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing tersebut melebur dan menyatu kebudayaan sendiri, tetapi tidak menyebabkan hilangnya kepribadian.

2. Difusi

Adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu tempat ke tempat lainnya, sedikit demi sedikit, hal ini berlangsung berkaitan terjadinya perpindahan atau penyebaran manusia dari satu tempat ke tempat lainnya. 3. Penetrasi

Adalah masuknya unsur-unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga merusak kebudayaan bangsa penetrasi tersebut.

4. Asimilasi

Adalah merupakan kebalikan dari penetrasi. Asimilasi adalah proses penyesuaian seseorang atau kelompok orang asing terhadap kebudayaan setempat.

5. Invansi

(35)

dengan penjajahan, dan selama penjajahan tersebut masuknya kebudayaan asing kedalam kebudayaan daerah yang dijajah.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sejarah merupakan asal-usul atau riwayat suatu kejadian yang terjadi di masa lampau dan masih terjadi sampai sekarang.

Sejarah yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah asal usul terciptanya kesenian Nandong dan bagaimana proses perkembangan Nandong hingga saat ini. Hal ini bertujuan agar terhimpun data-data mengenai peristiwa terciptanya seni tradisi kesenian Nandong di Kabupaten Simeulue, serta dapat diketahui bagaimana perkembangan kesenian Nandong tersebut di Kabupaten Simeulue.

Selain sejarah perkembangan, fungsi kesenian tradisonal tersebut juga menjadi hal menarik dalam penelitian ini. Fungsi seni tradisi dalam masyarakat diketahui berupa fungsi religious, fungsi peneguhan integrasi sosial, edukatif, dan hiburan. Yang berubah dari zaman ke zaman adalah penekanan pada fungsi tertentu dan pernyataannya. Misalnya seni pertunjukkan atau seni tradisi sebagai saluran dakwah yang dikenal dalam masa Islam. Selain itu dijelaskan sebagai sarana pendidikan memperkuat dan melengkapi kekuatan kepribadian (Sedyawati, 2006:293).

(36)

Beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi seni tradisi adalah sebagai fungsi peneguhan integrasi sosial, edukatif, hiburan, dan sebagai sarana religious. Berdasarkan uraian tersebut sebenarnya fungsi yang dimaksudkan adalah fungsi sosial yaitu kegunaan atau kedudukan pentingnya nandong dalam kehidupan masyarakat di Kabupaten Simeulue.

Seni menduduki fungsi-fungsi tertentu dalam kehidupan manusia terutama fungsi pemenuhan kebutuhan. Secara umum fungsi seni dapat dibagi menajdi 2 yakni fungsi individual dan fungsisosial.

1. FUNGSI INDIVIDU

a. Fungsi pemenuhan kebutuhan fisik

Pada hakekatnya manusia adalah mahkluk homofaber yang mempunyai kecakapan untuk apresiasi pada keindahan dan pemakaian benda-benda. Seni terapan memang mengacu pada pemuasan kebutuhan fisik sehingga segi kenyamanan menjadi hal penting. Sebagai contoh seni bangunan, seni furniture, seni pakaian/ textile, seni kerajinan dlll.

b. Fungsi pemenuhan kebutuhan emosional

(37)

manusia normal. Untuk memenuhi kebutuhan emosiaonal manusia memerlukan dorongan dari luar dirinya yang bersifat menyenangkan, memuaskan kebutuhan batinnya. Sebagai sontoh karena kegiatan dan rutinitas sehari- hari maka manusia mengalami keletihan sehingga memerlukan rekreasi misalnya menonton hiburan teater, menonton film di bioskop, konser, pameran seni rupa dll. Seseorang yang memiliki pengalaman estetikanya lebih banyak maka ia akan memiliki kepuasan yang lebih banyak pula. Sedangkan seniman adalah sesorang yang mampu mengapresiasikan pengalaman dan perasaaannya dalam sebuah karya seni yang diciptakannya. Hal itu juga diyakini olehnya sebagai sarana memuaskan kebutuhan emosiaonal dirinya.

2. FUNGSI/MAKNA SOSIAL a.. Fungsi Sosial Seni di bidang Rekreasi

(38)

b. Fungsi Sosial Seni di bidang Komunikasi

Pada hakekatnya setiap orang berkomunikasi dengan masnusia lain menggunkan bahasa karena merupakan sarana yang paling efektif, mudah dan cepat untuk dimengerti. Namun begitu bahasa memiliki keterbatasan karena tidaklah mungkin semua orang menghafalkan semua bahasa yanga ada. Oleh sebab itulah dibutuhkan bahasa yang universal; bahasa yang dapat dimengerti oleh semua orang. Seni diyakini dapat dipergunakan demi kepentingan tersebut, misalnya Affandi dapat berkomunikasi dengan orang di seluruh pelosok dunia melalui lukisannya, Shakespeare dapat berkomuniikasi dengan puisi-puisinya dsb. Tampaknya seni menjadi efektif membantu orang untuk berkomunikasi karena seni dapat menembus batasan-batasan bahasa verbal maupun perbedaan lahiriah setiap orang. Hanya melalui seni manusia dapat berkomunikasi dengan dunia di luar dirinya serta melalui seni kita dapat mengenal budaya bangsa lain.

c. Fungsi Sosial Seni di bidang Pendidikan

(39)

membimbing dan mendidik mental dan tingkah laku seseorang supaya berubah kepada kondisi yang lebih baik-maju dari sebelumnya. Disinilah seni harus disadari menumbukan pengalaman estetika dan etika.

d. Fungsi Sosial Seni di bidang Rohani

(40)

Beberapa contoh kearifan tradisinal misalnya, pola bertani yang tidak akan meninggalkan ladang dalam keadaan terlantar (abandon area) di hutan hutan yang sudah dibuka, mesti ada peremajaan hutan, contoh tersebut terdapat di masyarakat Indonesia yang menerapkan sistem pertanian bergilir (shifting cultivation). Contoh lain adalah larangan menggunakan tuba untuk menangkap ikan di sungai, atau melalui permainan permainan tradisional yang menggunakan dibuat dari bahan bahan alami yang dimainkan secara beramai ramai.

Salah satu permainan tersebut adalah permainan gasing. Bermain gasing bukan sekedar menyentakkan tali yang dipuntir pada badan gasing (benda bulat kerucut) hingga berputar. Selain menimbulkan kesenangan bagi pemainnya, diakui memiliki nilai filosofi tentang keseimbangan kehidupan dunia, yang jika energi gerak memutarnya berhenti maka gasing, dunia akan jatuh.

Gasing diakui sebagai permainan tradisional dibanyak bangsa. Konon, para pendeta Budha dari Korea merasa tertarik dengan permainan ini, lalu membawanya dari tanah Sumatera sebagai cinderamata. Selanjutnya, mereka mengirimkan kepada kaisar Jepang sebagai hadiah. Perkembangan itu kemudian menjadi populer di Jepang, hingga jaman sekarang dan melahirkan inspirasi permainan bey blade.

(41)

gasing malah sedang berencana meramaikan pembukaan Olimpiade Beijing tahun 20082].

Di Indonesia, sekalipun permainan ini banyak terdapat, tidak hanya di melayu, bahkan Jawa dan Bali pun mengenalnya dengan baik. Hanya agaknya negara tidak menaruh perhatian khusus terhadap aset budaya ini, hingga gasing perlahan lahan tenggelam. Ditambah dengan gerusan budaya global yang mengenalkan budaya dan permainan instan. Masyarakat masyarakat tradisional justru melakukannya dengan baik sekalipun timbul tenggelam. Masyarakat Melayu biasanya memainkan permainan ini jika kalender musim menunjukkan waktunya membakar huma, ladang baru. Masyarakat Bali, pada saat musim panen padi. Gasing di masyarakat tersebut tidak hanya menjadi permainan, tapi juga olahraga, dan prestise. Pemin gasing yang kalah akan jadi bahan selorohan sepanjang permainan yang ditonton oleh banyak orang.

(42)

tersebut diukir oleh A. Kohar, seorang seniman yang tergabung dalam Majelis Seniman Sumatera Selatan. Piala yang dimaksudkan sebagai piala bergilir tersebut masih dipegang oleh Darto, Pemenang Festival Gasing Tradisional Prabumulih � Mulan Komunitas 2003.

Tahun ini festival tersebut menurut rencana akan dilaksanakan pada tanggal 4- 5 September 2004. Pertandingan gasing akan digelar di lapangan tenis Dusun Prabumulih mulai pukul 10.00 Wib Sampai dengan selesai. Kali ini Mulan Komunitas bekerja sama dengan Masyarakat Kelurahan Prabumulih, Kota Prabumulih.

Ghanda Hernadez, ketua panitia pelaksana perhelatan ini, ketika lembaga pemerintahan (Lurah Prabumulih) menyambut baik kegiatan ini, mengatakan sudah sepatutnya memang negara cq. pemerintah mendukung upaya upaya pelestarian dan revitalisasi budaya lokal yang bernilai arif. Malah menurutnya bukan hanya di tingkat kelurahan yang harus mendorong inisiati inisiatif yang dilakukan oleh warga negara. Semestinya Pemerintah Daerah dalam hal ini walikota Prabumulih juga mengakui, melindungi, dan menumbuhkembangkan budaya lokal.

1.3. Perumusan Masalah

(43)

Perkembangan kesenian tradisional yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional sangat penting dikaji selain karena merupakan jati diri serta identitas budaya masyarakat, juga memiliki nilai-nilai sosial yang tinggi beserta kearifannya yang mengandung berbagai makna tersendiri bagi masyarakat. Makna dan nilai-nilai tersebut tentu saja membawa manfaat penting bagi masyarakat Simeulue khususnya dan Masyarakat Indonesia pada umumnya yang harus kita ketahui dan dikembangkan. Perkembangan kesenian tradisional di Indonesia saat ini seakan terpinggirkan oleh kesenian yang berasal dari luar yang masuk dan membawa pengaruh terhadap aktivitas kehidupan masyarakat. Pihak luar atau asing sepertinya banyak yang membanggakan kesenian tradisional Indonesia dengan pengetahuan lokalnya serta kearifannya dijadikan sebagai pengetahuan penting bagi mereka, sementara kita masih banyak belum mengenal bentuk-bentuk kesenian tradisional di negeri kita yang beraneka ini. Untuk itulah dapat dirumuskan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah fungsi-fungsi dan makna-makna tersirat yang terkandung dalam kesenian nandong bagi masyarakat Simeulue?

2. Bagaimana sejarah perkembangan kesenian nandong di tengah-tengah masyarakat Simeulue?

(44)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui arti penting daripada kesenian nandong sebagai kesenian tradisional pada masyarakat Kabupaten Simeulue.

Penelitian ini memusatkan perhatian pada proses perkembangan kesenian nandong sebagai kesenian tradisional pada masyarakat di Kabupaten Simeulue, khususnya masyarakat Kecamatan Simeulue Timur, secara etnografis, yang dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2012.

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi mahasiswa dapat menambah pengetahuannya tentang kesenian nandong sebagai bagian kebudayaan Simeulue secara menyeluruh

baik berupa sejarah, fungsi dan makna yang terkandung dalam Nandong.

2. Diharapkan akan menambah perhatian yang lebih besar kepada semua pihak-pihak terhadap pelestarian dan perkembangan kesenian nandong, dan kesenian tradisional lainnya pada umumnya.

(45)

1.5. Ruang Lingkup Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simeulue Timur Kabupaten Simeulue. Alasan pemilihan lokasi ini karena dikecamatan Simeulue Timur merupakan pusat dari Kabupaten Simeulue, di Kecamatan Simeulue juga banyak terdapat para seniman Nandong untuk mendapat informasi tentang Kesenian Nandong, dan selain itu

peneliti memilih lokasi ini karena peneliti sendiri tinggal di daerah Kecamatan Simeulue sehingga memudahkan peneliti untuk mencari data dan dapat menghemat dana dalam penelitian ini.

1.6. Metode Penelitian

(46)

Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki (Nazir, 2003:175). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi dan observasi sambil lalu. Dengan melakukan observasi partisipasi ini, saya bisa ikut dalam latihan kesenian nandong yang diadakan oleh sekelompok yaitu kelompok gendang safano yang bertempat latihan di jalan kolok. Dengan berkumpul dan melihat langsung bagaimana kesenian nandong tersebut. Saya hanya bisa ikut dan melihat saja bagaimana kesenian nandong dimainkan, tanpa bisa memainkan kesenian nandong tersebut karena kesenian nandong hanya dimainkan oleh sekelompok laki-laki yang terdiri dari dua sampai dua belas lebih pemain. Latihan yang dilaksanakan tidak teratur biasanya kapan ada perlombahan dan ada acara baru para seniman nandong latihan. Ketika ada acara ulang tahun Kabupaten Simeulue, kesenian nandong dipertunjukan. Saya ikut dan melihat bagaimana kesenian nandong ditampilkan. Selain mengikuti kegiatan latihan yang dilakukan, saya juga melakukan observasi sambil lalu sebelum penelitihan ini diadakan.

Dalam melakukan observasi sebelumnya saya melakukan wawancara terlebih dahulu. Untuk menanyakan siapa-siapa yang bisa ditanyakan tentang kesenian nandong. Untuk pertama saya menanyai nya kepada keluarga siapa-siapa saja yang

(47)

Samsuir, saya membuat janji agar bisa jumpa dengan bapak samsuir. Bapak ini menyambut dengan senang ketika saya mengutarakan maksud dan tujuan saya untuk mewawancarainya. Bapak yang berumur 64 tahun ini orangnya murah senyum dan senang bercerita, dia sangat senang memberi informasi tentang kesenian nandong dan tentang adat-adat Simeulue. Selain memberi informasi yang saya butuhkan, bapak Samsuir ini juga memberikan fotocopy syair-syair nandong dan menunjukan kepada saya orang-orang yang tahu tentang kesenian untuk saya wawancarai selanjutnya.

(48)

Selain yang mengetahui tentang kesenian nandong, saya juga mewawancarai para seniman nandong. Salah satunya bapak Samsuar, bapak ini bekerja di SMU 1 Simelue Timur sebagai staf tata usaha. Bapak Samsuar 45tahun merupakan seniman nandong yang bertempat tinggal didaerah desa Lugu. Bapak ini menjelaskan

bagaimana cara-cara memainkan nandong, dan apa-apa saja yang berhubungan dengan nandong. Data yang didapat dari bapak Samsuar merupakan data tentang penyajian kesenian nandong yang akan melengkapi data untuk penelitian ini. Bapak Buyung adalah informan selanjutnya, bapak Buyung merupakan salah satu seniman yang berada di daerah kolok. Data yang didapat tidak beda dengan data yang diberi oleh bapak Samsuar. Hanya saja ada penambahan data dan dokumentasi yang dapat dilihat dari penjelasan bapak Buyung.

Selain informan yang tahu tentang kesenian nandong saya juga mewawancarai masyarakat setempat untuk mendapat data yang lebih, khususnya dalam pengetahuan atau perkenalan mereka tentang kesenian nandong yang ada di Kabupaten Simuelue. Informan biasa ini dipilih dari orang tua dan anak remaja. Sebagian besar data yang didapat dari informan masyarakat mengungkapkan kurang mengenal kesenian nandong, selain itu mereka jarang melihat pertunjukan kesenian nandong. Kesenian nandong hanya mereka lihat pada acara perayaan ulang tahun

(49)

Dalam penelitian ini, semua informan sangatlah penting untuk mendapat data-data yang diperlukan. Informan dibedakan atas tiga informan yakni informan pangkal, informan kunci dan informan biasa. Semua informan saling berkaitan satu sama lain karena dari mereka akan menghasilkan informasi-informasi dan data-data yang saya perlukan mengenai kesenian nandong. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara mendalam yang diajukan kepada informan. Wawancara mendalam merupakan proses untuk memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antar pewawancara dengan informan atau orang yang di wawancarai dengan menggunakan pedoman (guide).

Wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama bersama informan di lokasi penelitian. Pertanyaan-pertanyaan yang saya tanyakan kepada informan adalah berupa; sejarah simulue, sejarah nandong, penyajian nandong, bentuk-bentuk nandong, syair-syair nandong, dan perkembangkan nandong. Data yang saya peroleh di lapangan menyatakan bahwa kesenian nandong mengalami perubahan dan kurangnya pegetahuan masyarakat tentang kesenian nandong.

(50)

dipedomani menurut masyarakat, bukan melalui analisa atau alasan-alasan yang dibuat oleh peneliti. Sehingga dengan demikian data yang diperoleh akan mendekati kesempurnaan hasil, apabila benar-benar ditanggapi dengan baik. Sementara analisa data telah dilakukan dari sejak penelitian berlangsung sampai dengan selesai.

Hasil observasi partisipasi dan wawancara akan dicatat ke dalam buku yang telah disediakan penulis. Hal ini dilakukan agar penulis tidak lupa dengan hasil wawancara dan data tersebut dapat untuk dibaca kembali. Selain itu juga, penulis di bantu oleh alat pendukung seperti : kamera foto untuk mendokumentasi hal-hal yang ditemukan di lapangan yang berkaitan dengan kesenian nandong. Selain kamera dan data yang di lapangan, untuk mendapat data-data lainnya juga diperoleh data dari hasil penelitian orang lain, dari sumber referensi atau kajian pustaka yaitu dari seperti; kantor catatan penduduk dan sipil, buku-buku dan dari internet.

Selanjutnya menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, yaitu pengamatan (observasi) dan wawancara mendalam, yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan (fieldnote). Data-data tersebut setelah dibaca, dan dipahami serta ditelaah, maka langkah selanjutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian.

(51)
(52)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Lokasi Penelitian

Pulau Simeulue yang terletak diujung kepulauan Sumatera dan merupakan sebuah pulau yang terletak ditengah samudra. Pulau Simeulue juga memiliki pulau – pulau kecil disekitarnya. Pulau yang berada ditengah-tengah laut yang letaknya ber mil-mil dari darat ini, membuat pulau ini cukup susah dijangkau atau dikunjungi oleh masyarakat luar, dan untuk mencapai pulau Simeulue ini memerlukan waktu yang cukup lama. Jauhnya pulau ini dari masyarakat luar, membuat pemandangan di kabupaten Simeuleu masih terlihat alami, terlihat dari pantainya yang bersih, pasirnya yang putih, lautnya yang biru, ditambah sejuknya pepohonan kelapa yang berada dipinggir pantai tersebut. dan beberapa pantai yang berombak besar saat ini juga dimanfaatkan untuk bermain selancar (surfing) oleh warga asing.

(53)

atau dalam bahasa pulau disebut “lahok”. Lobster atau lahok yang menjadi primadona kebanggaan Simeulue ini mempunyai nilai jual yang tinggi. Lobster juga mempunyai protein yang tinggi ini cukup banyak peminatnya. Lobster juga di impor keluar daerah bahkan sampai keluar negeri.

Simeulue juga mempunyai sumber daya alam dalam bidang pertanian yakni: kelapa sawit, cengkeh, kelapa dan pinang. Sekitar tahun 1981 pulau Simeulue terkenal dengan hasil cengkeh nya yang melimpah. Pada masa itu masyarakat Simeulue hidup sejahtera. Tapi beriring waktu hasil cengkeh pun berkurang karena kurangnya membudidayakan tanaman cengkeh. Sekarang pemerintah kabupaten Simeulue sedang marak maraknya membudidayakan kebun kelapa sawit yang dikelolah oleh pemerintah setempat. Selain sumber daya alam dalam perikanan dan pertanian, Simeulue juga memiliki sumber alam dalam bidang potensi peternakan contohnya sapi dan kerbau. Kerbau merupakan jenis hewan ternak yang penting khususnya di kabupaten Simeulue, kegunaan untuk membajak sawah, dagingnya juga bisa dikomsumsi, serta hewan ternak ini juga di impor keluar.

(54)

seluruh wilayah Kabupaten simeulue lebih dari 1.700 rumah hancur tersapu gelomabang tsunami, akan tetapi jumlah korban jiwa yang meninggal hanya tujuh orang. Sedikitnya korban yang ada di Kabupaten Simeulue menjadi pertanyaan besar mengapa bisa demikian. Adanya sebuah pemahaman oleh masyarakat Simeulue tentang mengetahui tanda-tanda akan terjadi bencana dan cara mengatasi bencana tersebut, membuat masyarakat Simeulue terhindar dari gelombang tsunami. Masyarakat pulau Sieulue belajar dari kejadian gempa dan tsunami yang terjadi pada beberapa ratus tahun yang lalu, dan mengembangkan istilah sendiri yang dikenal dengan smong yang artinya air laut surut dan segera lari kebukit atau ketempat yang lebih tinggi. Istilah smong kembali diceritakan kepada anak cucu dan menjadi dongeng yang melekat untuk masyarakat Simeulue.

Akhir-akhir ini pun pulau Simeulue sekarang banyak diberitakan dilayar televisi karena pulau ini menjadi pusat gempa yang sering melanda Sumatera. Dampak dari bencana tsnami tersebut membawa dampak yang cukup baik untuk pulau Simeulue. Karena bencana gempa tersebut menjadikan pulau Simeulue telah dikenal oleh banyak orang, maka orang luar pun telah banyak mengunjungi Simeulue hingga saat ini masih ada beberapa warga negara asing yang menetap di pulau Simeulue.

2.2. Letak Keadaan Geografis

(55)

atau 85 Mil laut dari Tapak Tuan Kabupaten Aceh Selatan, serta berada koordinat 2°15 – 2°55 Lintang Utara dan terbentang dari 95°40 sampai dengan 96°30 Bujur Timur (Peta Rupa Bumi skala 1 : 250.000 oleh Bakosurtanal). Panjangnya pulaunya sekitar 100,2 km dengan lebar berkisar 8-28 km yang secara keseluruhan memiliki luas 198.021 Ha.

Kabupaten Simeulue merupakan gugus kepulauan yang terdiri dari 41 pulai besar dan kecil. Pulau yang terbesar adalah pulau Simeulue yang panjang nya ± 100,2 Km dan lebar 8 – 28 Km. pulau Simeulue memiliki luas 199.502 Ha, atau ± 94 % dari 212.512 Ha luas keseluruhan Kabupaten Simeulue. Sedangkan luas sisanya, yakni 14.491 dibagi tidak sama rata untuk P. Siumat, P. Panjang, P. Batu Berlayar, P. Mincau, P. Simeulue Cut, P. Pinang, P. Dara, P. Langgeni, P. Linggam, P. Lekon, P. Selaut, P. Silauik, P. Tepi, P. Ina, P. Alafulu, P. Penyu, P. Tinggi, P. Kecil, P. Khala-Khala, P. Asu, P. Babi, P. Lasia dan pulau-pulau kecil lainnya. Kepulauan ini dikelilingi oleh Samudra Indonesia dan berbatasan langsung dengan perairan internasional.

Adapun batas wilayah kabupaten Simeulue berada pada:

• Sebelah Utara berbatasan dengan samudra Hindia dan Kepulauan Aceh

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia dan Kepulauan Banyak

(56)

• Sebelah Timur berbatasan dengan daratan Samudra (kabupaten Aceh Barat Daya)

2.1.1 Tanah

Kepulauan Simeule bukan merupakan kepulauan vulkanik yang memiliki curah hujan yang tinggi karena dikelilingi samudra yang luas. Tananya numumnya memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, seperti podsolik merah kuning, podsolik merah coklat, alluvial, organosol, batu kapur dan tanah bergambut.

Menurut Peta Rupa Bumi skala 1 : 250.000 (bakosurtanal), titik terendah Pulau Simeulue terletak pada nol meter di atas permukaan laut, sedangkan titik tertingginya terletak pada 600 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayahnya terletak pada ketinggian 0-300 meter di atas permukaan laut dan sisanya merupakan daerah berbukit-bukit dengan kemiringan dibawah 18° yang terletak di tengah pulau.

2.1.2 Iklim dan Cuaca

Secara umum Kabupaten Simeulue beriklim tropika basah dengan curah hujan 2.828 mm/tahun dan merata di setiap pulau. Keadaan cuaca ditentukan oleh penyebaran musim. Pada musim barat yang berlangsung sejak bulan September hingga Februari, sering terjadi.

(57)

hingga Agustus, biasanya terjadi kemarau yang diselingi hujan yang tidak merata serta keadaan laut yang relative tenang. Suhu berkisar antara 25° - 33° serta kelembaban nisbi antara 60 – 75 % yang berlangsung sepanjang tahun. Kecepatan angin rata-rata sebesar 3 knot.

2.2 Sejarah Kabupaten Simeulue

Kabupaten Simeulue dengan persekutuan beberapa suku atau penduduk yang mendiaminya disebut Banon. Awal mula pemerintahan Simeulue secara testruktur dan teratur dibentuk oleh Belanda dan Jepang. Pada pertengahan abad 18 atau zaman Kolonil Belanda, Simeulue dibagi kepada lima Banon yaitu, Banon Teupah, Banon Simulul, Banon Sigulai, Banon Leukon, Banon Salang, setelah itu berubah kembali pada masa kekuasaan Belanda nama baru disesuaikan dengan struktur pemerintahan Belanda dan Jepang.

Pada masa penjajahan Belanda, pulau Simeulue merupakan salah satu bagian Afdelling witkust Fan Aceh disebut dengan Onderarfdeeling. Simeulue sejak tahun 1912 yang diperintah seseorang controller dan dibagi atas nama lima landschap yaitu:

1. Landschap Teupah dengan ibu negerinya Sinabang 2. Landschap Salang ibu negerinya Nasreuhe

3. Lanschap Simeulue dengan ibu negerinya Simeulue 4. Lanschap Leukon ibu negerinya Leukon

(58)

Masing-masing Lanschap tersebut di kepalai oleh seorang Zelthertuurder yang memimpin pada masing-masing lanschap pada tahun 1916 adalah :

1. Landschap Teupah dipimpin oleh Sultan Amin 2. Landschap Salang dipimpin oleh Datol Ma’syawal

3. Landschap Simeulue dipimpin oleh Teungku Raja Mahmud 4. Landschap Leukon dipimpin oleh Silagauri

5. Landschap Sigulai dipimpin oleh Datuk M. Tunei

Istilah Landschap membedakan cara pembagian daerah di pulau Simeulue pada masa penjajahan Belanda dengan masa-masa sebelum dan sesudah penjajahannya. Penggunaan istilah landschap ini berakhir terhadap wilayah-wilayah di pulau Simeulue adaalh sejalan dengan berakhirnya penjajahan Belanda di daerah ini.

Setelah berakhir penjajahan Belanda pada tahun 1942, Jepang mulai berkuasa dengan menginjakan kakinya di Simeulue dalam tahun 1942. Namun dengan mendaratnya Jepang wilayah pulau Simeulue tetap dibagi lima wilayah dengan wilayah-wilayah yang sama, akan tetapi dari segi istilah-istilanya yang digunakan pada masa penjajahan Belanda terhadap bagian-bagian wilayah Simeulue seperti landschap, diganti oleh Jepang dengan bahasanya sendiri yaitu son.

Adapun nama-nam daerah yang diganti dengan istilah Jepang adalah:

(59)

2. Landschap Simeulue diganti dengan Simeulue Son 3. Landschap Salang diganti dengan Salang Son 4. Landschap Leukon diganti dengan Leukon Son 5. Landschap Sigulai diganti dengan Sigulai Son

Begitu juga dengan orang-orang yang menjadi kepala masing-masing Son tersebut. Jepang tidak menaru kepercayaan terhadap orang-orang yang pernah menjadi kepercayaan Belanda, maka orang yang menjadi kepala masing-masing landschap juga diganti dengan orang yang menjadi kepercayaan orang Jepang. Dalam penyelenggaraan pemerintahan wilayah kerja Simeulue dikepalai oleh seoarang yang disebut Guntyoo yang berfungsi sebagai kepala pemerintahan. Sedangkan untuk masing-masing daerah (son) dikepalai seorang yang disebut suntyoo. Adapun nama-nama yang diangkat sebagai suntyoo pada masa penjajahan Jepang untuk masing-masing son tersebut adalah sebagai berikut:

1. Teupah son dikepalai oleh T. Raja Mahmud 2. Simeulue son dikepalai oleh T. Raja Mahmud 3. Salang son dikepalai oleh T. Hamzah

4. Leukon son dikepalai oleh Syamsudin 5. Sigulai son dikepalai T.R. Husaini

(60)

oleh sekutu, maka pada saat ituseluruh berita kekalahan Jepang cepat sekali menyebar samapi ke polosok negeri. Tepat pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia mengumandangankan kemerdekaan dan beritanya terus disampaikan oleh seluruh pejuang Indonesia dari satu negeri hingga ke negeri berikutnya. Begitu pula dengan pulau-pulau yang berjarak sekitar 105 mil laut sebelah barat daya wilayah sumatera juga mendapatkan kabar yang sama pada tanggal 25 Desember 1945.

(61)

Sebelumnya Simeulue yang terdiri dari lima kecamatan ini, pada tahun 2002 terjadi pemekaran kecamatan lagi sehingga terbentuklah delapan kecamatan lagi, yaitu:

1. Kecamatan Simeulue Timur dengan ibu kotanya Sinabang 2. Kecamatan Simeulue Tengah dengan ibu kotanya Kampung aie 3. Kecamatan Simeulue Barat dengan ibu kotanya Sibigo

4. Kecamatan Teupah Barat dengan ibu kotanya Salur 5. Kecamatan Teupah Selatan dengan ibu kotanya Kawat 6. Kecamatan Salang dengan ibu kotanya Nasrehe

7. Kecamatan Teluk Dalam dengan ibu kotanya Luan Balu 8. Kecamatan Alafan dengan ibu kotanya Alafan

2.3. Gambaran Umum Kecamatan

(62)

2.3.1. Pemukiman Penduduk

Penduduk Simeulue mempunyai pemukiman berjajar disepanjang jalan. Jalannya mengikuti bentuk pulau Simeulue yaitu memanjang. Pusat kota penduduk terletak hanya disuatu tempat yaitu di desa Sinabang. Desa Sinabang merupakan ibu kota dari kecamatan Simuelue Timur.

Pola pemukiman pada masyarakat Simeulue Timur mengikuti pola kota pada umumnya khususnya di desa Sinabang yang merupakan ibu kota dari Simelue Timur, adanya fasilitas pasar, adanya perkantoran, dan sarana lainnya. Pemukiman masyarakat Simeulue Timur telah mengikuti pemukiman modern terlihat dari rumah penduduk yang telah banyak menggunakan rumah permanen, serta model rumah yang terlihat modern seperti rumah kota pada umumnya. Pada umumnya setiap rumah mempunyai perkarangan halaman dan mempunyai jarak antara satu rumah dengan rumah lainnya, jarak tersebut dipisahkan oleh pagar. Sementara itu pemukiman penduduk yang berada jauh dari kota, pola pemukimannya tersebar disekitar persawahan maupun perladangan dan jarak satu rumah dengan rumah lainnya mempunyai jarak yang cukup jauh. Dan pola jalan pemukimannya juga mengikuti panjangnya pantai Simeulue.

(63)

Simeulue berada di jalan Air Dingin. Karena adanya perluasaan kota di Kabupaten Simeulue, kantor pemerintah yang lain diletakan di pinggir kota.

2.3.2. Komposisi Etnis

Masyarakat Sinabang merupakan masyarakat heterogen dengan banyak suku dari berbagai daerah. Sebagian besar penduduk yang mendiami Kecamatan Simeulue adalah pendatang dari daerah lain, seperti dari daratan Sumatera (Aceh, Sibolga, Padang), Jawa (Begawan dari Solo), Sulawesi (Bugis dan Makasar) serta daerah yang berbatasan dengan pulau yaitu pulau Nias yang kemudian membentuk komunitas suku tersendiri.

(64)

2.4. Keadaan Penduduk

Salah satu masalah yang perlu mendapat perhatian dalam proses pembangunan adalah masalah kependudukan yang sangat kompleks ke segala bidang. Jumlah penduduk yang besar dapat menjadi modal pembangunan bila kualitasnya baik, namun sebaliknya dapat menjadi beban pembangunan bila kualitasnya rendah. Jumlah penduduk kabupaten Simeulue sebanyak 84.005 jiwa yang terdiri atas 43.896 jiwa laki-laki dan 40.109 jiwa perempuan. Dari jumlah tersebut masyrakat Sinabang kecamatan Simeulue ini diklasifikasikan dalam beberapa klasifikasi yaitu menurut jenis kelamin, pendidikan, dan mata pencarian.

2.4.1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Table 2.4.1

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 43.896 52,68%

2 Perempuan 40.109 48,32%

Jumlah 83.005 100%

Sumber Data : Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(65)

kaitanya, yaitu dalam kelompok kesenian Nandong yang dimainkan oleh kelompok laki-laki.

2.4.2. Mata Pencarian

Tabel 2.4.2

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencarian

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase

1 Petani 1835 15,63%

2 Wiraswata/Pedagang 230 1,95%

3 Nelayan 560 4,77%

4 Pegawai Negara Sipil (PNS) 2003 17,06%

Jumlah 11738 100%

Sumber data: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

(66)

Bagian masyarakat yang bermata pencarian pedagang ini mayoritas dari suku padang dan aceh.

2.4.3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

Penduduk yang terdapat di kecamatan Simeulue Timur pada umum nya telah memasuki dunia pendidikan. Hal tersebut dapat kita lihat banyak nya anak – anak yang bisa bersekolah. Bisa kita lihat banyaknya orang tua yang semangat untuk menyekolahkan anak-anaknya. Masyarakat daerah ini juga memiliki motivasi yang kuat untuk maju menghadapi masa yang akan datang. Bukan motivasi saja yang dimiliki oleh masyarakat Simeulue Timur ini tetapi ditambah juga dengan sarana dan prasarana yang cukup untuk bisa menikmati sekolah.

(67)

Tabel 2.4.3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan Jumlah Persentase

1 Belum Sekolah 6273 22,99%

Sumber data: Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Berdasarkan table diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan di kecamatan Simeulue Timur cukup meningkat karena anak-anak Simeulue pada umumnya dapat menikmati pendidikan sampai jenjang SLTA.

2.4.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

Table 2.4.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase

(sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil)

(68)

sedangkan sisanya 0,28 beragama selain agama Islam. Fasilitas tempat ibadah di Kabupaten Simeulue tercatat 153 mesjid dan 226 langgar/meunasah.

2.4.5. Sarana Kesehatan

Dari delapan kecamatan yang ada di kabupaten Simeulue tercatat ada 1 buah Rumah Sakit Umum yang berada di kecamatan Simelue Timur, 8 puskesmas di setiap kecamatan, 99 Puskesmas Pembantu yang tersebar di setiap desa, 10 Puskesmas Keliling, dan 152 Posyandu. Sarana kesehatan di Kabupaten Simeulue sudah cukup memadahi untuk disetiap desa.

2.5. Transportasi ke Simeulue

Simeulue adalah sebuah pulau yang dikeliling oleh lautan. Letak pulaunya membuat pulau ini susah ditempuh. Infrastruktur tranportasi diperlukan mengingat posisi Kabupaten Simeulue yang terisolir dari daratan Sumatera. Dimana sumber daya alam Kabupaten Simeulue harus dipasarkan ke daerah lain. Kondisi ini memerlukan dukungan infrastruktur pelabuhan laut dan bandara. Saat ini di Kabupaten Simeulue telah terdapat beberapa ferry penyebrangan yang melayari rute sinabang – labuhan haji (aceh selatan), singkil – sinabang. Sarana transportasi laut ini menjadi prioritas di kabupaten Simeulue.

(69)

daerah Barat Daya Sumatera ini, hanya melewati dua jalur perhubungan saja yakni perhubungan laut dan perhubungan udara.

2.5.1. Perhubungan Laut

Ada dua pelabuhan yang menuju ke pelabuhan Simeulue yakni pelabuhan dari Aceh Singkil dan pelabuhan Labuhan Haji ( Aceh Selatan). Transportasi laut ini menjadi transportasi utama bagi masyarakat Simeulue, semua hasil sumber daya alam dan segala kebutuhan masyarakat Simeulue selalu menggunakan kapal ferry. Untuk lebih jelas jadwal kapal ferry dapat dilihat dari tabel berikut :

Tabel 2.5.1

Jadwal keberangakatan kapal

Nama

Pelabuhan Jenis Ferry

Jadwal

Keberangkatan Keterangan Hari Pukul

Pelabuhan Kolok

KM Simeulue Selasa minggu

Kolok KM Teluk Sinabang

Senin

KM Teluk Sinabang Minggu Selasa

Gambar

Table 2.4.1
Tabel 2.4.2
Table 2.4.4
Tabel 2.5.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan kesimpulan tersebut, peneliti memberikan saran kepada, (1) Kepada Kepala Sekolah Dasar Laboratorium UM, hendaknya lebih perhatian dalam melakukan pengawasan

Tugas Akhir Penciptaan Karya Seni Lukis berjudul: GORESAN ANAK-ANAK SEBAGAI IDE PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS diajukan oleh Budi Kurniawan, NIM 0711838021, Program

Ketika miskonsepsi tidak dapat dideteksi, dan ditangani dengan serius lebih awal maka dapat menyebabkan inefisiensi dalam proses belajar, karena konsep yang salah

Teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel di mana semua individu populasi baik secara sendiri- baik secara sendiri- sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang

UDP digunakan pada VoIP karena pada pengiriman aliran suara yang berlangsung terus menerus lebih mementingkan kecepatan pengiriman data agar tiba di tujuan tanpa memperhatikan

Menurut Halim (1987:45) menyatakan bahwa salah satu faktor penentu suatu sistem perkawinan disebut sebagai endogami salah satunya adalah sistem perkawinan antara

Harapan guru tidak terwujud dengan sendirinya akan tetapi melalui proses ajar yang berlangsung secara konsisten dan terus menerus melalui beberapa tahap penyadaran,

Peneliti mengusulkan Subjective Workload Assessment Technique (SWAT) dimana dalam aplikasinya metode ini digunakan sebagai alat pengukuran secara subjektif untuk memberkan