• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan di Kabupaten Pamekasan, yakni Kecamatan Tlanakan, Kecamatan Galis, dan Kecamatan Pademawu. Pemilihan tempat penelitian didasarkan pada latar belakang dimana tiga kecamatan tersebut merupakan tiga produsen terbesar garam di Kabupaten Pamekasan. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu produsen garam terbesar di Indonesia. Penelitian ini perlu dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh sistem bagi hasil dalam usaha garam rakyat di Kabupaten Pamekasan. Diharapkan setelah penelitian ini dilakukan, upaya peningkatan pemerataan pendapatan petani garam rakyat dapat dilakukan melalui beberapa usulan kebijakan dalam usaha garam rakyat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga April 2016.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan menyebarkan kuesioner dan melakukan wawancara langsung kepada responden. Responden yang digunakan adalah pemodal dan petani penggarap di tiga kecamatan di Kabupaten Pamekasan. Data primer juga diperoleh melalui kuesioner yang ditanyakan secara langsung kepada beberapa stakeholder terkait yang terlibat dalam usaha garam rakyat di tempat penelitian.

Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pamekasan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Pamekasan, Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Badan Pusat Statistik, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini.

Metode Penarikan Sampel

Responden terbagi menjadi dua, yakni pemilik lahan dan petani penggarapnya. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dan

snowballing. Metode purposive sampling digunakan karena tidak ditemukan

sampling frame mengenai petani penggarap yang berpartisipasi dalam pola bagi dua dan pola bagi tiga. Pemilik lahan dan petani penggarap tentu memiliki

34

hubungan sosial yang relatif dekat. Hal ini mempermudah dalam penentuan responden. Pertama, dipilih pemilik lahan yang memang telah dikenal sebagai tengkulak dalam menjalankan bisnis usaha garam. Selanjutnya, melalui informasi dari pemilik lahan, nama petani penggarap dapat diketahui dan terpilih sebagai responden dari penelitian ini. Informasi mengenai nama pemilik lahan yang dijadikan sebagai responden diperoleh dari petugas desa yang memang mengetahui kondisi desanya. Teknik penentuan responden ini dikenal sebagai teknik snowballing.Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 115 orang. Jumlah pemilik lahan adalah 22 orang dan petani penggarap sejumlah 93 orang. Petani penggarap yang tergabung dalam pola bagi dua sejumlah 13 orang dan sisanya, yakni 80 orang adalah petani penggarap yang tergabung dalam pola bagi tiga. Jumlah responden tersebut diharapkan telah mampu menyebar normal dan telah mewakili (representatif) kondisi lapang.

Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah salah satu metode penelitian yang lebih fokus untuk menjelaskan suatu isu atau fenomena, fakta, ataupun sifat serta hubungan antar fenomena yang digambarkan secara sistematis, faktual, dan akurat. Analisis deskriptif diharapkan mampu menggambarkan keadaan subyek dan objek penelitian sekarang berdasakan fakta-fakta yang terjadi di lapang. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan kejadian yang sedang terjadi di masyarakat di masa sekarang. Analisis deskriptif dilakukan dengan pengumpulan dan penyusunan data terlebih dahulu, kemudian data dianalisis dan diinterpretasikan.

Analisis deskriptif-kualitatif dalam penelitian ini menggambarkan pola-pola yang terjadi dalam bagi hasil usaha garam rakyat, mekanisme, dan hal-hal yang berkaitan dengan kondisi ekonomi, sosial, dan lingkungan wilayah penelitian juga dijelaskan secara dekriptif-kualitatif dalam penelitian ini.

Analisis Bagi Hasil

Analisis ini digunakan untuk melihat bagaimana sistem bagi hasil yang selama ini berjalan dalam usaha garam rakyat di Kabupaten Pamekasan. Adanya berbagai pola dalam sistem bagi hasil menarik untuk ditelati dan dikaji lebih lanjut. Dengan membandingkan nilai keuntungan petani penggarap terhadap pemilik lahan, nantinya dapat dilihat pola sistem bagi hasil manakah yang paling baik dan paling efisien. Nilai keuntungan yang diperoleh dari masing-masing pihak tentu dipengaruhi oleh beberapa variabel, yakni besarnya bagi hasil, harga garam, jumlah produksi garam, total biaya produksi (total biaya input tetap dan total biaya input

variabel) yang dikeluarkan oleh masing-masing, dan penerimaan dari biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap. Variabel besarnya bagi hasil yang digunakan dalam analisis ini berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi di lapangan dimana pola bagi hasil juga beragam. Pola bagi hasil yang umum dilakukan di Kabupaten Pamekasan adalah pola bagi dua dan pola bagi tiga. Variabel lainnya, yakni harga garam, jumlah produksi garam, biaya produksi garam akan diproksi dengan nilai rata-rata dari keseluruhan. Kemudian, untuk variabel tingkat suku bunga yang diperoleh oleh pemodal akan digunakan analisis penentuan tingkat suku bunga dalam sub-bab selanjutnya.

Penerimaan yang diterima oleh petani penggarap dipengaruhi oleh besarnya bagi hasil yang diterimanya, harga dan jumlah output yang diterimanya. Nilai keuntungan yang diterima oleh petani penggarap adalah besarnya nilai penerimaan dikurangi dengan biaya operasional atau biaya total variabel produksi garam, sesuai dengan persamaan (23) dan (24).

TRF = (k)*[(P1 . Y1) + (P2 . Y2) + (P3 . Y3)]...(23)

πF = (k)*[(P1 . Y1) + (P2 . Y2) + (P3 . Y3)] – (k)*TVC ...(24) Sedangkan untuk pemilik lahan, bagian penerimaan yang diterimanya dipengaruhi oleh besarnya bagi hasil yang diterimanya, harga dan jumlah output yang diterimanya. Nilai keuntungan yang diterima oleh pemilik lahan dipengaruhi oleh besar penerimaanya, biaya total tetap, dan penerimaan dari pinjaman (kredit) yang secara langsung dipengaruhi oleh biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap sesuai dengan persamaan (25) dan (26).

TRL = (1-k)*[(P1 . Y1) + (P2 . Y2) + (P3 . Y3)] ...(25)

πL = (1-k)*[(P1 . Y1) + (P2 . Y2) + (P3 . Y3)] – (1-k)*(TFC) – (1-

k)*(TVC) + (1-k)*(COF*KRDT)...(26) Dimana :

TRF = Penerimaan total (total revenue) petani penggarap(Rupiah) TRL = Penerimaan tota (total revenue) pemilik lahan (Rupiah) πF = Keuntungan yang diterima oleh petani penggarap (Rupiah) πL = Keuntungan yang diterima oleh pemilik lahan (Rupiah) k = Koefisien besarnya bagi hasil, k = dan

P1 = Harga garam Kualitas Produksi (KP) 1 Non-Pinjaman (Rupiah per ton) P2 = Harga garam Kualitas Produksi (KP) 2 Non-Pinjaman (Rupiah per ton) P3 = Harga garam Kualitas Produksi (KP) 3 Non-Pinjaman (Rupiah per ton) Y1 = Jumlah garam Kualitas Produksi (KP) 1 (ton)

Y2 = Jumlah garam Kualitas Produksi (KP) 2 (ton) Y3 = Jumlah garam Kualitas Produksi (KP) 3 (ton)

36

TFC = Besarnya biaya total input tetap (total fixed cost) (Rupiah) COF = Besarnya biaya modal pinjaman (persen)

KRDT = Besarnya pinjaman (kredit) yang diberikan (rupiah)

Selanjutnya, πF dan πL akan dibandingkan hingga menghasilkan suatu angka tertentu, yakni nilai keuntungan relatif. Sesuai dengan persamaan berikut:

πF

π = µ ...(27)

Dimana:

µ = Nilai keuntungan relatif

Nilai µ yang diharapkan adalah 0 < µ < 1.

Nilai perbandingan keuntungan relatif ini akan menunjukkan apakah bagi hasil dengan pola tersebut sudah berkeadilan ataukah belum. Kemudian angka- angka tersebut akan dibandingkan untuk setiap pola. Nilai perbandingan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator bahwa bagi hasil dengan pola tersebut telah berkeadilan. Selain itu, indikator lainnya yang akan dibahas dalam analisis ini adalah mengenai hak dan kewajiban masing-masing pihak. Analisis ini akan dijelaskan secara deskriptif.

Analisis Biaya Pinjaman (Cost of Fund)

Analisis ini digunakan untuk mengestimasi biaya pinjaman yang dibayarkan oleh petani penggarap. Bagi pemodal atau pemilik lahan, biaya pinjaman menunjukkan suku bunga yang diberlakukan oleh pemilik lahan kepada para petani penggarapanya. Sebenarnya, dalam sistem bagi hasil yang terjadi selama ini menyatakan bahwa pemodal tidak memberlakukan suku bunga atas pinjaman modal yang diberikannya. Basu (1997) menjelaskan bahwa dalam penentuan

interest paid yang harus dibayarkan petani penggarap yang selama ini terjadi dalam sistem kredit informal dapat dilakukan dengan tiga metode. Namun, berdasarkan fakta di lapang, metode yang umum dilakukan oleh pemilik lahan adalah berdasrkan harga.

Biaya pinjamandan interest paid berdasarkan harga dilakukan dengan cara membeli output yang dihasilkan oleh petani penggarap namun dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar. Metode ini cukup lumrah digunakan oleh para pemilik lahan. Secara matematis, penghitungan tingkat suku bunga yang diberlakukan oleh pemodal memenuhi persamaan berikut:

Dimana:

COF = Biaya pinjaman yang dibayarkan petani penggarap (persen)

P’ = Harga beli garam untuk petani garam yang tidak melakukan pinjaman (Rupiah per ton)

P0 = Harga beli garam untuk petani garam yang melakukan pinjaman (Rupiah per ton)

L0 = Besarnya pinjaman (total fund) yang diberikan oleh pemodal (Rupiah) Yi = Output yang diserahkan oleh petani penggarap (ton)

Selanjutnya, biaya pinjaman yang dibayarkan oleh petani penggarap akan dibandingkan dengan tingkat suku bunga yang diberlakukan oleh perbankan (r). Jika nilai biaya pinjaman (cost of fund) lebih tinggi dari suku bunga pinjaman formal (r), maka benar terbukti bahwa pemilik lahan mengambil keuntungan dari metode ini meskipun tidak memberlakukan bunga secara langsung. Biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap merupakan indikator ketiga ketidakadilan dalam sistem bagi hasil usaha garam rakyat di Kabupaten Pamekasan.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Besar Pinjaman

Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pinjaman yang diterima oleh petani menjadi penting untuk dianalisis. Analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda (Gujarati 2003). Variabel yang digunakan didasarkan pada hasil empiris, pengalaman, dan teori yang berkaitan dengan topik mengenai faktor-faktor yang memengaruhi besarnya pinjaman. Fungsi persamaan yang diperoleh disajikan dalam persamaan (29).

KRDT = α0 + α1X1 + α2X2 + α3X3 + α4X4 + α5X5 + α6X6 + α7X7 + α8X8 + α9X9 + ...29)

Dimana:

KRDT = Besar pinjamanyang diperoleh petani penggarap (Rupiah) α0 = Intersep

αi = Parameter peubah Xi X1 = Biaya pinjaman (persen) X2 = Pengalaman bertani (tahun) X3 = Usia petani penggarap (tahun) X4 = Lama pinjaman (bulan)

X5 = Keuntungan yang diterima petani penggarap (Rupiah) X6 = Luas lahan garam yang digarap petani penggarap (Ha) X7 = Tingkat pendidikan terakhir petani penggarap

38

X8 = Ketersediaan jaminan (1=tersedia 0=tidak tersedia) X9 = Sumber pinjaman lain (1=tersedia 0=tidak tersedia) i = Responden ke i (i=1,2,..., 93)

= Galat

Variabel biaya pinjaman yang besar diduga memiliki hubungan yang positif terhadap pinjaman yang diterima oleh petani penggarap. Semakin besar pinjaman yang diterima oleh petani penggarap, maka biaya pinjaman yang ditanggungnya juga semakin besar. Pengalaman yang tinggi berdampak terhadap kemampuan mengelola keuangan. Semakin tinggi pengalaman bertani, semakin berkurang pinjaman yang diajukan sehingga pinjaman yang diterimanya menjadi lebih rendah. Usia petani penggarap diduga memiliki hubungan yang positif. Semakin tinggi usia, tingkat pengeluaran petani penggarap juga semakin tinggi, sehingga pinjaman yang diajukan semakin tinggi. Variabel lama pinjaman diduga memiliki pengaruh yang positif terhadap jumlah pinjaman yang diterima petani penggarap. Semakin lama durasi pinjaman diduga memberikan keuntungan yang lebih besar atas pinjaman tersebut kepada pemilik lahan. Keuntungan yang diperoleh oleh petani penggarap berdampak positif terhadap pinjaman yang diterimanya. Luas lahan garam yang digarap petani penggarap diduga memiliki hubungan yang positif dengan besarnya pinjaman. Semakin luas lahan garam yang digarap, pinjaman yang diterimanya akan semakin besar juamlahnya. Tingkat pendidikan terakhir petani penggarap diduga memiliki hubungan yang negatif. Semakin tinggi pendidikan petani penggarap, semakin rendah pinjaman yang diajukan sehingga pinjaman yang diteriamnya semakin rendah. Ketersediaan jaminan diduga memberikan pengaruh positif terhadap pinjaman yang diterimanya. Pun demikian pada ketersediaan sumber pinjaman lain diduga memengaruhi secara positif terhadap besaran pinjaman yang diterima. Nilai koefisien yang diharapkan α1, α3, α4, α5, α8, α9 > 0 dan α2, α6, α7 < 0.

Pemilihan faktor-faktor yang memengaruhi pinjaman yang diterima oleh petani penggarap didasarkan pada teori dan pengalaman empiris dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Bottemley (1979), Aleem (1990), Zhao et al. (2006), Bhattacharjee (2009), Azriani (2014), Anggarini (2015), dan Yoko (2015). Besarnya pinjaman yang diperoleh oleh petani penggarap sepenuhnya ditentukan oleh pemilik lahan selaku pemodal, namun analisis ini didekati dari faktor dan kondisi petani penggarap. Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah pengujian model. Uji-uji yang dilakukan terhadap model yang diperoleh adalah (a) uji keandalan model, (b) uji stat-F, (c) uji stat-t, (d) uji multikolinieritas, (e) uji heteroskedastisitas, dan (f) uji normalitas. Keputusan yang diambil didasarkan pada hipotesis yang telah disusun.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Biaya Pinjaman

Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi tingkat biaya pinjaman yang harus ditanggung oleh petani penggarap atas pinjaman yang diterima dari pemilik lahan. Model yang digunakan adalah model regresi berganda. Model regresi berganda merupakan pengembangan model regresi sederhana, yaitu peubah tak- bebas (independen) Y merupakan fungsi dari beberapa peubah bebas (dependen) X1, X2, ..., Xk dan komponen sisaan u (error term) Juanda (2009). Faktor-faktor yang digunakan dalam analisis ini merupakan hasil penelitian dan pemikiran empiris seperti yang dilakukan oleh Bottemley (1979), Aleem (1990), Basu (1997), Bhandari (2007), dan Bhattachajee et al. (2009). Model ekonometrika yang menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi bagian bagi hasil memenuhi persamaan (30).

COF = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + ...(30) Dimana:

COF = Biaya pinjaman(cost of fund) yang dibayar petani penggarap (persen) 0 = Intersep

i = Parameter peubah Xi X1 = Pinjaman (Rupiah)

X2 = Luas lahan garam yang digarap petani penggarap (Ha) X3 = Keuntungan yang diterima pemilik lahan (Rupiah) X4 = Jarak gudang ke jalan raya (meter)

X5 = Ketersediaan jaminan (1=tersedia 0=tidak tersedia) X6 = Sumber pinjaman lain (1=tersedia 0=tidak tersedia) i = Responden ke i (i=1,2,..., 93)

= Galat

Variabel pinjaman diduga memiliki pengaruh positif terhadap biaya pinjaman yang ditanggung. Semakin tinggi pinjaman, biaya pinjaman yang harus ditanggung juga semakin besar. Luas lahan garam yang digarap oleh petani penggarap diduga memberikan hubungan yang negatif terhadap biaya pinjaman yang ditanggungnya. Keuntungan yang diterima oleh pemilik lahan diduga memiliki hubungan yang negatif terhadap besarnya biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap. Jarak gudang ke jalan raya diduga memengaruhi positif biaya pinjaman yang ditanggung petani penggarap. Ketersediaan jaminan diduga memiliki hubungan yang negatif sedangkan variabel sumber pinjaman lain diduga berpengaruh positif terhadap besarnya biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap. Sehingga, nilai koefisien yang diharapkan adalah 1, 2, 3, 4,

6>0 dan 5 < 0.

Selanjutnya, model yang diperoleh akan dievaluasi. Uji-uji yang dilakukan untuk model besarnya biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap sama

40

seperti yang dilakukan terhadap model besarnya pinjaman yang diperoleh oleh petani penggarap. Pengujian yang dilakukan adalah (a) uji keandalan model, (b) uji stat-F, (c) uji stat-t, (d) uji multikolinieritas, (e) uji heteroskedastisitas, dan (f) uji normalitas. Keputusan yang diambil didasarkan pada hipotesis yang telah disusun.

Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Partisipasi Petani Garam Terhadap Sistem Bagi Hasil

Analisis ini digunakan untuk mengindentifikasi dan menganalisis faktor- faktor yang memengaruhi dan menentukan keputusan seorang petani garam untuk berpartisipasi dalam sistem bagi hasil. Untuk pemilik lahan, pilihan yang dimaksud adalah menjalankan usaha garam dengan bagi hasil atau tidak dengan bagi hasil, sedangkan untuk petani penggarap, pilihan yang dimaksud adalah pola bagi dua atau pola bagi tiga. Sistem bagi hasil dalam usaha garam rakyat di Kabupaten Pamekasan memiliki dua pola yang umum dilakukan, yakni pola bagi dua dan pola bagi tiga. Keputusan petani penggarap untuk berpartisipasi dalam suatu pola bagi hasil akan dianalisis dengan menggunakan binary logistic dan metode estimasi

maximum likelihood estimator (MLE) (Gujarati 2003). Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan partisipasi pemilik lahan terhadap sistem bagi hasil memenuhi persamaan (31).

Li = ln ( �

− � ) = Zi = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 ...(31)

Dimana :

Li = Persamaan logaritma

Pi = Peluang pemilik lahan dalam mengambil keputusan berpartisipasi dengan sistem bagi hasil

(1-Pi) = Peluang pemilik lahan dalam mengambil keputusan berpartisipasi tidak dengan sistem bagi hasil

Zi = Keputusan petani penggarap 0 = Intersep

i = Parameter peubah Xi X1 = Usia pemilik lahan (tahun) X2 = Luas lahan garam (Ha)

X2 = Pengalaman bertani petani penggarap (tahun) X3 = Pendidikan terakhir petani penggarap

X4 = Jumlah anggota keluarga petani penggarap (orang) X5 = Produksi Garam (ton)

Faktor-faktor yang memengaruhi keputusan partisipasi petani penggarap terhadap suatu pola bagi hasil memenuhi persamaan (32).

Li = ln ( �

− � ) = Zi = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + 4X4 + 5X5 + 6X6 + 7X7 +

8X8...(32) Dimana :

Li = Persamaan logaritma

Pi = Peluang petani penggarap dalam mengambil keputusan berpartisipasi dalam pola bagi dua

(1-Pi) = Peluang petani penggarap dalam mengambil keputusan berpartisipasi dalam pola bagi tiga

Zi = Keputusan petani penggarap 0 = Intersep

i = Parameter peubah Xi

X1 = Usia petani penggarap (tahun)

X2 = Pengalaman bertani petani penggarap (tahun) X3 = Pendidikan terakhir petani penggarap

X4 = Jumlah anggota keluarga petani penggarap (orang) X5 = Jarak gudang ke jalan raya (meter)

X6 = Proporsi garam Kualitas Produksi (KP) 1 (persen) X7 = Luas lahan garam (Ha)

X8 = Keuntungan yang diterima petani penggarap (Rupiah)

Penentuan faktor-faktor yang memengaruhi keputusan partisipasi petani penggarap terhadap suatu pola bagi hasil didasarkan pada teori dan pengalaman empiris dari beberapa penelitian yang dilakukan oleh Lole (1995), Pham et al. (2008), Fukunaga et al. (2009), Oriakhi et al. (2009), dan Azriani (2014). Sebenarnya, keputusan petani penggarap umtuk berpartisipasi dalam suatu pola bagi hasil sangat dipengaruhi oleh keputusan pemilik lahan, namun petani penggarap juga dapat mempertimbangkan faktor-faktor di atas untuk ikut berpartisipasi pada pola bagi hasil tersebut.

Interpretasi yang umum digunakan dalam model regresi logistik adalah interpretasi odds ratio. Odds ratio menggambarkan hubungan antar variabel kategori. Partisipasi petani penggarap usaha garam rakyat terbagi menjadi dua, yakni 1=pola bagi tiga dan 0=pola bagi dua. Nilai odd dari petani penggarap yang berpartisipasi dalam pola bagi dua (y=0) didefinisikan sebagai �

−� sedangkan

nilai odd untuk petani penggarap yang berpartisipasi dalam pola bagi tiga (y=1) didefinisikan sebagai �

−� . Nilai odds ratio merupakan perbandingan odd untuk

y=0 dan nilai odd untuk y=1. Agresti (2007) dalam Yoko (2015) menunjukkan persamaan nilai odss ratio dalam persamaan (33).

Odds ratio = � −� � −� ...(33)

42

Selanjutnya, model regresi logistik yang dihasilkan diuji kesesuaiannya. Terdapat tiga uji yang dilakukan dalam penelitian ini, yakni (a) uji signifikansi model, (b) uji kebaikan model, dan (c) uji parsial dan pembentukan model. Uji-uji tersebut akan menghasilkan keputusan berdasarkan hipotesis yang telah disusun sebelumnya.

Evaluasi Model

Model-model yang telah diperoleh dalam setiap regresi perlu dievaluasi kelayakannya. Uji-uji yang dilakukan untuk setiap model didasarkan pada model dan metode regresi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan dua model dan metode yang berbeda, yakni model regresi logistik (binary logistic regression model) dengan metode Maximum Likelihood Estimator (MLE) dan model regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Uji-uji yang digunakan adalah :

(a) Uji Siginifikansi Model (Uji G)

Uji signifikansi model logistik digunakan untuk melihat signifikansi model partisispasi pemilik lahan dan petani penggarap terhadap suatu pola bagi hasil. Uji ini dilihat dengan menganalisis nilai G dan memutuskan hipotesis yang telah disusun. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 = 0 : Variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H1 ≠ 0 : Variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Keputusan yang dapat diambil :

Terima H0 jika statistik P-value lebih besar dari α. Tolak H0 jika statistik P-value lebih kecil dari α. (b) Uji Kebaikan Model (Goodness of Fit Tests)

Uji kebaikan model digunakan untuk menganalisis model keputusan pemilik lahan dan petani penggarap untuk berpartisipasi dalam suatu pola bagi hasil. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai dari setiap metode yang digunakan, yakni Pearson, Deviance, dan Hosmer-Lemeshow. Keputusan yang diambil didasarkan pada nilai P-value dari masing-masing metode tersebut. Hipotesis yang telah disusun, yakni :

H0 : Model telah cukup mampu menjelaskan data. H1 : Model tidak cukup mampu menjelaskan data. Keputusan yang dapat diambil :

Terima H0 jika statistik P-value lebih kecil dari α.

(c) Uji Parsial dan Pembentukan Model

Uji ini digunakan untuk melihat pengaruh dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen. Keputusan yang diambil berdasarkan nilai P- value dari setiap variabel independen. Hipotesis yang telah disusun adalah: H0 : Variabel independen ke-i tidak berpengaruh nyata terhadap variabel

dependen.

H1 : Variabel independen ke-i berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Keputusan yang dapat diambil :

Terima H0 jika statistik P-value lebih besar dari α.

Tolak H0 jika statistik P-value lebih kecil dari α. (d) Uji Keandalan Model

Uji ini bertujuan untuk mengevaluasi model besarnya pinjaman dan biaya pinjaman yang ditanggung oleh petani penggarap. Uji ini dilakukan dengan melihat nilai koefisien deerminasi (R2) dari model Pinjaman dan Biaya Pinjaman. Nilai R2 dapat menjelaskan sejauh mana keragaman variabel dependen dapat diterangkan oleh variabel independennya. Secara sistematis rumus untuk besarnya R2 dalam Syaefrudin (2014) adalah sebagai berikut:

R2 = ...(33) Dimana :

RSS = Jumlah Kuadarat Regresi TSS = Jumlah Kuadrat Total

Apabila nilai R2 semakin mendekati 1, maka semakin besar keragaman variabel dependen yang dapat diterangkan variabel independen (Koutsoyiannis 1997).

(e) Uji Statistik F

Uji statistik-F digunakan untuk menganlisis model regresi besarnya pinjaman dan biaya pinjaman. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah semua variabel independen dapat menjelaskan variabel dependennya. Hipotesis yang disusun adalah :

H0 : α1 = α2 = ... = αi = 0 dan H0 : 1 = 2 = ... = i = 0.

H1 : paling sedikit ada αi ≠ 0 dan H1 : paling sedikit ada i ≠ 0. Keputusan yang dapat diambil :

Terima H0 jika P-value uji statistik-F lebih besar dari α.

Tolak H0 jika P-value uji statistik-F lebih kecil α.

(f) Uji Statistik t

Uji statistik-t digunakan untuk menganalisis model regresi besarnya pinjaman dan biaya pinjaman. Tujuan utama dari uji ini adalah untuk

44

mengetahui masing-masing variabel independen berpengaruh atau tidak terhadap variabel dependen pada taraf α. Hipotesis untuk model besarnya pinjaman adalah :

H0 : αi = 0 = Variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H1 : αi ≠ 0 = Variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Penysusunan hipotesis untuk model besarnya biaya pinjaman yang disusun adalah :

H0 : i = 0 = Variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

H1 : i ≠ 0 = Variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Keputusan yang diambil :

Terima H0 jika P-value uji statistik-t lebih besar dari α. Tolak H0 jika P-value uji statistik-t lebih kecil dari α. (g) Uji Multikolinieritas

Uji ini digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan linier sempurna antar variabel independen untuk model besarnya pinjaman dan biaya pinjaman. Model regresi berganda dengan banyak variabel independen sering mengalami korelasi yang kuat antar variabel independen. Permasalahan tersebut dapat dilihat dengan melihat langsung output program yang digunakan, yaitu apabila nilai Varian Inflation Factor

(VIF)<10 tidak ada masalah multikolinearitas.

(h) Uji Heteroskedastisitas

Tujuan utama uji ini adalah apakah terjadi ketidaksamaan ragam sisaan dalam model regresi. Model besarnya pinjaman dan biaya pinjaman perlu dilakukan uji ini karena model regresi yang baik adalah model yang memiliki kesamaan ragam sisaan (homoskedastisitas). Untuk melihat apakah model yang dihasilkan mengalami heteroskedastisitas atau tidak dapat dilihat secara langsung melalui output program yakni melalui grafik plot. Ghozali (2006) dalam Anggarini (2015) menjelaskan bahwa uji heteroskedastisitas dengan melihat output program dapat dilakukan dengan cara :

(1) Suatu model dikatakan mengalami heteroskedastisitas jika titik-titik