• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitia kualitatif, yaitu jenis penelitian yang mencoba menggali dan menangkap makna mengenai isu yang diteliti, sehingga peneliti harus terjun langsung ke dalam suasana ilmiah partisipan untuk mengambil berbagai macam data, baik wawancara, observasi maupun dokumen-dokumen. Penelitian kualitatif mencoba untuk mencari gambaran menyeluruh atau holistic dari isu yang diteliti, dimana peneliti menginterpretasikannya dari apa yang dia saksikan, dengar, dan pahami (Creswell, dalam Supratiknya, 2015).

Desain dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif (AIK) dengan pendekatan deduktif terarah, yaitu metode penelitian untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa teks melalui proses klasiikasi sistematik berupa coding atau pengodean dan pengidentifikasian aneka tema atau pola (Hsieh & Shannon, 2015, seperti dikutip dalam Supratiknya, 2015). Peneliti menggunakan metode ini karena sudah ada teori maupun hasil-hasl penelitian sebelumnya mengenai suatu fenomena (Supratiknya, 2015). Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengungkap pengalaman stress dan strategi coping pada konteks baru dengan menggunakan kelompok partisipan istri TNI-AD yang tinggal di Batalyon selama suami bertugas pada daerah yang berbeda. Kriteria partisipan yaitu pernah/ sedang ditinggal tugas lebih dari 3 bulan, sedang hamil atau sudah memiliki anak usia Sekolah Dasar yang tinngal di Yogyakarta. Tujuan penelitian ini untuk mengeksplorasi dinamika stress istri TNI-AD serta cara coping dengan

menggunakan teori Lazarus dan Folkman (1986) yang meliputi problem focused coping emotional focused coping. Problem focused coping terdiri dari planful problem solving, seeking social support dan confrontative coping. Emotional focused coping terdiri dari self controlling, accepting responsibility, distancing, escape avoidance serta positif reappraisal. . Untuk mengetahui hal tersebut, peneliti menggunakan prosedur pengambilan data berupa wawancara semi terstruktur, yang diharapkan dapat mendorong partisipan untuk mengungkapkan pengalamannya secara personal dan mendalam.

Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini adalah stress dan coping istri TNI-AD saat ditinggal suami bertugas. Peneliti hendak mengungkap dinamika stress yang dialami istri TNI-AD selama penugasan suami. Stress adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami tuntutan yang melampaui sumberdaya yang dimiliki untuk melakukan penyesuaian diri. Dalam keadaan stress, terdapat kesenjangan atau ketidakseimbangan antara tuntutan dan kemampuan individu baik internal maupun eksternal (Lazarus, 1998). Sementara coping stress menurut Lazarus dan Folkman (1998) adalah usaha-usaha individu baik secara kognitif maupun perilaku untuk mengatasi, mengurangi atau mentolerir tuntutan-tuntutan internal maupun eksternal. Tuntutan-tuntutan tersebut disebabkan oleh hubungan antara individu dengan peristiwa yang dinilai menimbulkan stress.

Partisipan

Penelitian ini melibatkan tiga istri TNI-AD sebagai partisipan. Kriterianya adalah pernah atau sedang ditinggal tugas lebih dari 3 bulan, sedang hamil atau memiliki anak usia Sekolah Dasar saat ditinggalkan. Hurlock dan Elisabeth (1997) mengatakan bahwa salah satu penunjang dalam penyesuaian perkawinan adalah masa menjadi orangtua dan jika anak pertama lahir pada tahun pertama perkawinan. Apabila pasangan belum bisa menyesuaikan diri maka akan mengalami stress.

Terkait pemilihan partisipan, peneliti menggunakan teknik berupa criterion sampling yaitu bertujuan untuk meninjau dan mempelajari semua kasus yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti supaya sesuai dengan tujuan penelitian. Selain itu, penelitian menggunakan pendekatan purposif, yaitu memilih anggota sampel secara selektif berpedoman pada kriteria yang dirumuskan secara rinci sesuai pertanyaan penelitian. Sampel partisipan homogen, yaitu memiliki karekteristik yang kurang lebih sama terkait masalah yang hendak diteliti. Adapun kriteria sampel yang dirumuskan berdasarkan pertanyaan penelitian yaitu partisipan mengalami tanda-tanda stress akibat penugasan suami yang meliputi stress fisik maupun psikologis. Pemilihan partisipan berdasarkan rekomendasi dari komandan atau pengurus persit serta menyesuaikan kondisi partisipan yang memungkinkan untuk melakukan sesi wawancara.

Peran Peneliti

Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai instrument kunci. Artinya peneliti memainkan peranan penting dalam pengambilan data. Peneliti juga diharuskan untuk menjalin kontak secara intensif dengan partisipan dengan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data, mengamati perilaku, atau mewawancarai partisipan (Supratiknya, 2015). Untuk itu, peneliti harus membekali diri dengan sebuah protocol, yaitu instrument pengumpulan data berupa pedoman wawancara atau pedoman observasi (Supratiknya, 2015). Penelitian ini juga menekankan peneliti untuk memperoleh data yang kredibel berdasarkan sudut pandang partisipan, yaitu peneliti harus benar-benar berusaha menyerap atau menangkap makna tentang isu atau masalah yang diteliti sebagaimana diyakini dan dihayati oleh partisipan (Supratiknya, 2015).

Penelitian ini menyesuaikan tempat penelitian berdasarkan kesepakatan dengan partisipan untuk mempertimbangkan kerahasian, serta kenyamanan partisipan untuk menceritakan pengalamannya. Dalam rangka merekrut partisipan, peneliti melakukan pendekatan kepada komandan batalyon untuk melakukan ijin penelitian serta pemilihan partisipan. Setelah itu, peneliti mendapat rekomendasi dari komandan batalyon. Lalu peneliti menghubungi langsung partisipan yang direkomendasikan oleh komandan batalyon untuk menyampaikan maksud dan tujuan serta meminta kesediaan partisipan untuk melakukan wawancara. Setelah mendapatkan kesediaan dari partisipan, peneliti lalu menjelaskan gambaran umum penelitian dan memberikan lembar informed consent yang kemudian ditandatangani oleh partisipan. Dalam hal ini, peneliti

berperan menjaga kerahasiaan data serta kepercayaan yang diberikan oleh partisipan. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi terhadap perilaku nonverbal partisipan. Setelah data terkumpul, peneliti kemudian melakukan transkip wawancara.

Potensi buruk yang mungkin terjadi pada partisipan yaitu munculnya perasaan sedih, khawatir, serta perasaan ketidaknyamanan lainnya ketika menceritakan pengalaam terkait penugasan suami. Untuk mengantisipasi perasaan tidak nyaman tersebut, peneliti mendiskusikan tempat pengambilan data berdasarkan kenyamanan partisipan untuk menceritakan pengalamannya. Selain itu, peneliti juga mempersilahkan partisipan untuk mengetahui tema penelitian dan prosedur pengambilan data. Isu sensitif yang dapat muncul terkait etika adalah terbongkarnya identitas partisipan. Untuk mengantisipasi hal tersebut maka, peneliti menggunakan inisial ITN1, IT2, dan ITN3 untuk meminimalisir terkait etika.

Metode Pengambilan Data

Dalam penelitian ini, metode utama pengambilan data adalah wawancara. Wawancara adalah sebuah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) dan terwawancara (interviewee). Tujuan dari wawancara ini adalah memfasilitasi sebuah interaksi, dimana peneliti mengajukan pertanyaan dan partisipan menceritakan pengalamannya dengan ijinnya. Setelah itu, sebagian besar dalam proses wawancara ini, partisipan bercerita dan pewawancara mendengarkan cerita tersebut. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara semi terstruktur yang

memungkinkan peneliti dan partisipan terlibat dalam sebuah dialog dimana selanjutnya pertanyaan-pertanyaan awal peneliti dapat dimodifikasi sesuai jawaban partisipan, serta peneliti dapat mendalami hal-hal baru, penting dan menarik yang muncul selama proses dialog berlangsung.

Sebelum proses wawancara, ada beberapa tahapan yang digunakan agar pengambilan data dapat dilaksanakan dengan baik. Tahap pelaksanaan tersebut adalah :

1. Melakukan pencarian partisipan sesuai dengan kriteria untuk berpartisipasi dalam penelitian. Pencarian partisipan ini dengan cara menghubungi pihak-pihak terkait dan menjalin kerjasama dengan pihak terkait seperti batalyon

2. Setelah mendapatkan partisipan sesuai dengan kriteria, peneliti melakukan pendekatan kepada partisipan dengan tujuan untuk menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan serta memberikan lembar informed consent sebaagi terkait kesediaan partisipan dalam penelitian

3. Peneliti bersama dengan partisipan menyusun jadwal penelitian

4. Melaksanakan kesepakatan wawancara sesuai kesepakatan peneliti dan partisipan. Pada sesi wawancara, peneliti menggunakan bantuan alat perekam (digital recorder). Disamping itu, peneliti juga mencatat perilaku nonverbal partisipan selama proses wawancara berlangsung. 5. Setelah semua data terkumpul, peneliti melakukan transkrip hasil

6. Peneliti menghubungi partisipan kembali untuk memberikan debrief dari proses penelitian yang sudah dijalankan.

Berikut adalah pedoman wawancara yang dugunakan dalam penelitian ini: Tabel 1

Pedoman Wawancara No Pertanyaan

1. Protokol Wawancara Untuk mengungkap Stress Yang Dirasakan Pertanyaan Inti

Apa beban terberat yang ibu rasakan saat ditinggal suami bertugas? Pertanyaan Probing

a) Bagaimanakah proses adaptasi ibu saat awal ditingal tugas?

b) Apa saja perbedaan saat ada suami dan saat ditinggal suami dalam keseharain ibu?

c) Hal apa yang paling menantang saat ditinggal suami bertugas? d) Kesulitan apa saja yang ibu alami saat tidak ada suami?

Pertanyaan Inti

Perasaan seperti apakah yang ibu rasakan saat ditinggal suami bertugas? Pertanyaan Probing

a) Bagaimanakah mood ibu sehar-hari saat ditinggal suami bertugas? b) Bagaimana perasaan ibu saat melahirkan tidak ditemani suami? c) Bagaimanakah perasaan ibu saat harus menjalani peran sebagai ibu

sekaligus mengantikan peran suami?

No Pertanyaan Pertanyaan inti

Hal apakah yang paling ibu khawatirkan saat suami dalam satuan tugas? Pertanyaan Probing

a) Bagaimanakah dampak dari perasaan yang ibu rasakan dalam kehidupan sehari-hari?

b) Bagaimanakah komunikasi yang terjadi saat suami bertugas? Pertanyaan Inti

Apakah ada keluhan mengenai kesehatan ibu selama suami bertugas? Pertanyaan probing

a) Bagaimanakah kualitas tidur ibu selama suami bertugas? b) Apakah ibu pernah sakit saat ditinggal suami?

2. Protokol Wawancara Untuk Mengungkap Coping Yang Digunakan Pertanyaan Inti

Bagaimana cara ibu menangani permasalahan yang selama ini ibu alami selama

s suami bertugas? Pertanyaan probing

a) Apa yang ibu lakuan saat belum mendapat kabar dari suami?

b) Upaya apa saja yang ibu lakukan untuk mengubah situasi yang ibu alami?

c) Kegiatan apa saja yang ibu lakukan agar tidak terlalu memikirkan suami? d) Apakah ibu selalu menceritakan apa yang ibu rasakan kepada suami?

e) Saat ada kendala terkait pengasuhan anak, hal apa saja yang biasa ibu lakukan?

f) Saat ibu ada masalah selama suami bertugas, siapakah yang berpengaruh bagi ibu?

g) Apakah ada yang ingin ibu tambahkan terkait permasalahan yang ibu alami dan cara ibu menanganinya?

Analisis dan Interpretasi Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis isi kualititif (AIK). AIK merupakan suatu metode untuk menganalisis peran-peran komunikasi yang bersiat lisan, tertulis, atau visual (Supratikyna, 2015). Penelitian ini menghasilkan data berupa transkrip dari hasil wawancara. Ketika data selesai ditranskrip, lalu data tersebut dikumpulkan menjadi satuan analisis. Data-data hasil penelitian tersebut kemudian dikategorikan berdasarkan kesamaan makna sehingga diperoleh suatu deskipsi yang padat terhadap fenomena yang sedang diteliti (Supratiknya, 2015).

Analisis isi kualitatif (AIK) dalam penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif atau analisis terarah. Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti mengikuti langkah-langkah berikut (Supratiknya, 2018) :

1. Membaca secara berulang-ulang corpus data berupa transkip verbatim responden yang dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur;

2. Melakukan initial coding atau menemukan kode-kode tertentu dalam transkrip verbatim secara induktif baris demi baris (inductive, line-by-line approach) dengan membandingkan pada konsep stress yang terdiri drai stress fisik dan stress psikologis dan juga konsep coping yang digunakan oleh peneliti;

3. Mengelompokkan kode-kode ke dalam sub-subtema/kategori/kriteria yaitu sejenis konsep besar dengan cakupan isi yang lebih luas dibandingkan kode, dengan tujuan menemukan sejenis narasi analitik yang koheren dari keseluruhan corpus data;

4. Memperhalus atau mempertajam analisis dengan cara menempatkan subtema-subtema dalam susunan hirarkis tertentu menjadi tema besar; sub-subtema tersebut selanjutnya diberi label atau nama, masing-masing subtema dilengkapi dengan kutipan-kutipan yang dicuplik dari transkrip verbatim sebagai bukti atau pendukung sehingga diperoleh narasi yang utuh tentang fenomena yang diteliti.

Skema awal pengodean yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kriteria stress berdasarkan aspek fisik dan aspek psikologis. Pada aspek psikologis terdiri dari kognisi, emosi dan tingkah laku. Apabila peneliti masih menemukan data-data yang belum dimasukan dalam kode, maka peneliti akan membaca dan kembali menganalisis apakah data-data tersebut hanyalah termasuk sukategori atau perlu membuat suatu kode baru. Selain itu, untuk koding pada coping stress, peneliti mengunakan kriteria coping menurut Lazarus & Folkman (1986) Kriteria coping terdiri dari problem focused coping dan emotional focused coping.

Kriteria yang digunakan dalam koding tertera dalam table berikut:

Tabel 2

Aspek dan indikator seseorang yang mengalami stress Aspek Stress Indikator a. Aspek stress fisik

b. Aspek Stress psikologis 1). Kognisi

2). Emosi

3). Perilaku

Stres memberikan pengaruh buruk pada fungsi kekebalan tubuh yang berhubungan dengan munculnya penyakit fisik. Hal ini termasuk somatisasi, kesulitan tidur dan masalah saat menstruasi

Daya ingat menurun, mudah lupa, konsentrasi berkurang sehingga kurang fokus dan mimpi buruk

Mudah marah, sedih, adanya kecemasan, rasa kesepian, khawatir, penerimaan diri dan depresi

Mudah menyalahkan orang lain, mencari kesalahan orang lai melanggar norma serta menunda pekerjaan

Tabel 3

Jenis coping dan indikator coping yang digunakan

Jenis coping Indikator a. Prolem Focused Strategies

1) Planful focused solving

2) Seeking social support

3) Confrontatif coping

Melakukan upaya untuk mengubah situasi, memiliki perencanaan tentang cara menyelesaikan masalah, berpikir tentang pilihan, memikirkan konsekuensi di masa depan. Berpikir analitik dengan memikirkan cara pemecahan masalah yang melibatkan perencanaan sekaligus mengeksekusi rencana

Melibatkan orang lain sebagai sumber daya untuk membantu mencari solusi dari masalah, termasuk mencari saran, mendapatkan informasi atau bantuan langsung dan juga dukungan emosional

Upaya agresif untuk mengubah situasi dengan menunjukkan tingkat permusuhan, mengekpresikan kemarahan pada orang

Jenis Coping Indikator

b. Emotional focused strategies 1). Self controlling

2). Acceptin Responsibility

3). Distancing

4) Avoidance

5) Positif reappraisal

Mengatur perasaan dan tindakan sebelum melakukan sesuatu, tidak tergesa dalam melakukan sesuatu, membuat orang tidak mengetahui apa yang dirasakan dan memendam perasaan sendiri

Mengakui perannya sendiri dalam masalah yang dihadapi dan menempatkan sesuatu sebagaimana mestinya, menyesuaikan diri dengan kondisi yang dialami

Menjaga jarak, menolak memikirkan masalah, mengelola emosi dengan berusaha menghindari atau berhenti memikirkan masalah seperti hiburan

Melarikan diri aatu menghindari situasi yang menyebabkan stress. Seperti tidur lebih dari biasanya, penggunaan obat dan alkohol

Menciptakan makna positif dengan berfokus pada pertumbuhan pribadi. Hal ini termasuk pengalaman religius seperti berdoa dan bersyukur

Kredibilitas Data

Peneliti menggunakan beberapa strategi untuk menguji kredibilitas penelitiannya. Strategi pertama yang digunakan yaitu rich and thick description, yaitu menggambarkan setting penelitian dan membahas salah satu elemen dari pengalaman-pengalaman partisipan. (Creswell, 2012). Peneliti memaparkan secara rinci latar belakang partisipan mulai dari usia, tingkat pendidikan, agama, usia perkawinan, usia anak, jumlah anak, jenis kelamin anak, lamanya penugasan suami serta lokasi penugasan. Strategi kedua yang digunakan adalah peer debriefing atau review oleh sejawat. Untuk memastikan keakuratan tersebut, peneliti meminta teman sejawat melakukan review dengan memeriksa kembali transkrip rekaman wawancara dan memeriksa kesesuaian pemaknaan hasil verbatim yang sudah disusun oleh peneliti, kemudian peneliti melakukan tanya jawab terkait pemaknaan coding, untuk memastikan tidak ada coding yang bergeser berdasarkan panduan coding yang sudah ditetapkan.

Penelitian ini menggunakan dua strategi untuk menguji konsistensi hasil penelitian. Stategi pertama adalah memeriksa transkrip-transkrip rekaman wawancara atau observasi untuk memastikan tidak ada kesalahan-kesalahan serius yang bisa terjadi selama proses transkip rekaman wawancara dan observasi. Strategi kedua adalah memastikan tidak ada definisi dan makna yang mengambang mengenai kode-kode selama proses koding dengan terus membandingkan data dengan kode-kode atau dengan menulis catatan tentang kode-kode dan definisi-deinisi (Gibbs, 2007, seperti dikutip dalam Creswell, 2012).

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait