• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian dilakukan di Desa Labuhan Ratu Enam, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakukan selama 5 bulan, sejak bulan Oktober 2014 hingga Februari 2015.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian penulis. Data primer diperoleh dengan cara melakukan wawancara kepada petani responden dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya dalam bentuk kuisioner. Daftar pertanyaan yang diajukan meliputi identitas dan karakteristik petani, daftar faktor produksi dan biaya yang digunakan, pendapatan yang diperoleh petani dari usahataninya baik yang dijual maupun tidak, serta data terkait proses pengambilan keputusan adopsi inovasi teknologi budidaya kedelai jenuh air oleh petani.

Selain data primer, data sekunder juga digunakan sebagai data pendukung terkait perkembangan produksi dan produktivitas kedelai nasional, luas areal pasang surut, analisis penerimaan dan biaya usahatani, proses pengambilan keputusan adopsi inovasi oleh petani, dan data sekunder lain yang relevan dan terkait dengan penelitian ini. Data sekunder didapatkan dari Kementerian Pertanian, BPS, dan jurnal ilmiah terkait.

27 Metode Penentuan Responden

Metode penentuan responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui purposive sampling atau secara sengaja sejumlah 25 petani adopter potensial di Desa Harjosari Kecamatan Braja Selabah dan Desa Labuhan Rabu Enam, Kecamatan Labuhan Ratu, Kabupaten Lampung Timur. Penentuan responden dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan keduapuluh lima petani tersebut merupakan petani sasaran difusi teknologi budidaya kedelai jenuh air di lahan pasang surut yang dilakukan oleh LPPM IPB. Khusus untuk analisis pendapatan dan R/C rasio, responden yang digunakan adalah petani yang menerapkan teknologi budidaya jenuh air, yaitu 10 orang petani adopter.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis dalam penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan. Analisis Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran proses pengambilan keputusan adopsi inovasi teknik budidaya jenuh air tanaman kedelai oleh petani. Analisis korelasi dan uji beda dilakukan untuk mengetahui hubungan antartahapan dalam proses pengambilan keputusan inovasi kedelai BJA, hubungan faktor pengaruh, serta persepsi petani terhadap karakteristik inovasi BJA. Selain itu, dilakukan juga analisis penerimaan dan biaya usahatani teknik budidaya jenuh air berdasarkan tingkat penerapan paket teknologi budidaya jenuh air yang dilakukan oleh petani. Kedua analisis tersebut dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Selanjutnya, dilakukan uji Mann­Whitney untuk menguji ada atau tidak perbedaan pendapatan tunai per hektar usahatani sesuai tingkat penerapan paket teknologi BJA pada tanaman kedelai.

Analisis Statistika Deskriptif Proses Pengambilan Keputusan adopsi inovasi Kedelai BJA

Salah satu tujuan dalam penelitian ini adalah menggambarkan/ mendeskripsikan fenomena dan proses pengambilan keputusan adopsi inovasi paket teknologi budidaya kedelai jenuh air. Data mengenai persepsi petani terhadap empat karakteristik inovasi BJA (kesesuaian, kerumitan, kemungkinan dicoba, dan kemungkinan diamati), dievaluasi melalui beberapa pertanyaan yang terkait dengan masing­masing aspek dalam karakteristik inovasi tersebut. Aspek keuntungan relatif kedelai BJA tidak dilibatkan dalam analisis hubungan terhadap tahap persuasi karena dalam bagian analisis usahatani dalam penelitian ini akan tergambar bagaimana keuntungan relatif dari inovasi BJA ini secara ekonomi. Derajat persepsi adopter potensial tersebut diukur berdasarkan skala likert. Pengungkapan sikap dengan menggunakan skala sikap sangat populer di kalangan ahli psikologi sosial dan para peneliti. Hal ini dikarenakan selain praktis, skala sikap yang dirancang dengan baik pada umumnya memiliki relibilitas yang memuaskan. Skala sikap berwujud kumpulan pernyataan­pernyataan sikap yang ditulis, disusun, dan dianalisis sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap pernyataan tersebut dengan memberi angka (skor) dan kemudian dapat diinterpretasikan.

Selanjutnya, terdapat sepuluh unsur dalam paket teknologi BJA. Masing­ masing unsur dalam paket teknologi tersebut akan diamati proses difusi yang

28

berlangsung dalam kerangka proses pengambilan keputusan adopsi inovasi, yaitu meliputi tahap pengenalan, tahap persuasi, tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, dan tahap konfirmasi. Setiap tahap akan dievaluasi melalui pertanyaan tertutup dan derajat kesukaan dengan menggunakan skala likert. Data yang diperoleh akan disajikan secara deskriptif.

Pembobotan Tingkat Kepentingan Unsur-unsur dalam BJA

Berdasarkan penerapan jumlah unsur dalam paket teknologi, adopsi inovasi teknologi BJA oleh petani akan dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu kategori tinggi dan kategori rendah. Untuk pengkategorian tingkat implementasi teknologi BJA ini, terlebih dahulu dilakukan penilaian derajat kepentingan kesepuluh unsur dalam paket teknologi BJA oleh seorang pakar, yaitu Prof Dr Memen Surahman, MSc Agr (ketua tim peneliti program difusi inovasi budidaya kedelai jenuh air tahun LPPM IPB tahun 2014, guru besar bidang pemuliaan benih dan tanaman pangan Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB).

Tingkat kepentingan yang digunakan menggunakan skala 1 sampai 5, dimana semakin besar nilai skor yang diberikan pada setiap unsur, maka semakin tinggi pengaruh unsur tersebut terhadap keberhasilan usahatani kedelai jenuh air. Penilaian yang telah dilakukan oleh pakar, selanjutnya dikonversi kedalam bentuk skala bobot berupa persentase, dengan total konversi bobot seluruh elemen BJA adalah 1. Hasil penilaian unsur dalam BJA berdasarkan bobot tingkat kepentingan yang dilakukan oleh pakar, beserta hasil konnversi bobotnya disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Tingkat kepentingan dan konversi bobot unsur­unsur dalam paket teknologi BJA

No Unsur dalam Paket Teknologi Budidaya Jenuh Air (BJA) KepentinganSkor Konversi Bobot

1 Kriteria lokasi di lahan Pasang surut tipe B/C. 4 0.100

2 Waktu tanam yang tepat (April­Agustus). 5 0.125

3 Memilih benih unggul dan teruji (Tanggamus,

Anjasmoro, Cikuray). 4 0.100

4 Persiapan lahan (pembuatan saluran l=30 cm

t=25 cm, bedengan l=4 m). 5 0.125

5 Pemupukan (kapur 1 ton, SP­36 200 kg, dan KCL 100 kg dicampur dan disebar ke lahan

seluas 1 ha) 3 0.075

6 Penanaman (jarak tanam 40x12.5 cm, setiap

lubang 2 biji). 4 0.100

7 Pengairan (air diberikan setinggi 10 cm dari dasar saluran atau 15 cm dari permukaan tanah

sejak tanam hingga panen). 5 0.125

8 Pemeliharaan (penyemprotan urea 10

gram/liter air, vol. semprot 400 liter air

urea/ha. Pada MST ke­3 hingga ke­6). 3 0.075

9 Pengendalian OPT (dg herbisida dan atau

pestisida sesuai gejala). 4 0.100

29 Dari bobot kepentingan diatas, implementasi paket teknologi BJA dikategorikan rendah bila terdapat setidaknya lima unsur yang tidak diterapkan atau tiga unsur kritis, yaitu waktu tanam, persiapan lahan, dan pengairan (mempunyai skor kepentingan 5) kesemuanya tidak diterapkan. Dengan demikian, kategori implementasi tinggi yaitu jika secara total terdapat enam atau lebih unsur yang diterapkan dan minimal satu dari tiga unsur kritis juga dilaksanakan. Kategori implementasi ini pun akan digunakan pada analisis lanjutan tentang pendapatan usahatani kedelai BJA.

Uji Kruskall-Wallis untuk Uji Beda Variabel dalam Karakteristik Responden terhadap Tahap Pengenalan Adopsi Inovasi Kedelai BJA

Uji Kruskal­Wallis termasuk dalam analisis komparatif nonparametrik berbasis peringkat (Supangat 2007, Misbahudin dan Hasan 2013). Pengujian ini digunakan untuk membandingkan dua atau lebih nilai tengah populasi secara bersama­sama, untuk melihat apakah terdapat kesamaan nilai variansi dari populasinya. Dalam statistika parametrik, Kruskal­Wallis setara dengan one­way ANOVA. Variabel Xij continu dan paling tidak berskala ordinal (Supangat 2007).

Uji Kruskal­Wallis dalam penelitian ini digunakan untuk menganalisis hipotesis adanya perbedaan dalam tahap pengenalan karena adanya perbedaan kategori faktor­faktor dalam karakteristik responden terhadap tingkat pengenalan dalam proses pengambilan keputusan. Diduga terdapat perbedaan pada tahap pengenalan dalam proses pengambilan keputusan adopsi inovasi kedelai BJA karena perbedaan kategori dalam variabel tingkat pendidikan formal, tingkat pendidikan nonformal, motivasi, dan pengalaman berusahatani.

1. Merumuskan hipotesis, yaitu:

a. H0: Tidak ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada beberapa kategori responden berdasarkan pendidikanformalnya.

H1: Ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada satu atau beberapa kategori responden berdasarkan pendidikanformalnya.

b. H0: Tidak ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada beberapa kategori responden berdasarkan pendidikannonformalnya. H1: Ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada satu atau beberapa

kategori responden berdasarkan pendidikannonformalnya. c. H0: Tidak ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada beberapa

kategori responden berdasarkan motivasinya.

H1: Ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada satu atau beberapa kategori responden berdasarkan motivasinya.

d. H0: Tidak ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada beberapa kategori responden berdasarkan pengalamanusahataninya. H1: Ada perbedaan nilai tahap pengenalan pada satu atau beberapa

kategori responden berdasarkan pengalamanusahataninya. 2. Menetapkan nilai t, dengan  = 5 persen, untuk K=3 dan ni>5 digunakan

tabel Kruskal­Wallis, sedangkan untuk K>3 dan ni>5 digunakan tabel chi square (kai kuadrat) dengan df = K­1.

3. Menentukan kriteria uji:

Jika t hitung < t , maka terima H0 dan tolak H0 jika t hitung > t .

4. Menghitung statistik uji. Dimana t hitung diperoleh dengan rumus dalam persamaan berikut.

30

2 1 12 1 1 ( 1) 2 k j j j j n T R N N N  n     

(4) 1 k j j N n  

(5) 1 ; 1,2,3,..., k j ij j R Rx J K  

 (6) 5. Pengambilan kesimpulan

Uji Koefisien Korelasi Spearman untuk Menguji Hubungan Antartahapan dalam Proses Pengambilan Keputusan adopsi inovasi Kedelai BJA dan Hubungan Karakteristik Inovasi Kedelai BJA dengan Tahap Persuasi

Uji statistik koefisien korelasi Spearman (rs) digunakan untuk menguji signifikasi atau ada tidaknya hubungan antara variabel ordinal dengan variabel ordinal (Misbahuddin dan Hasan 2013). Uji koefisien korelasi pada sampel kecil (n<30) menggunakan uji­t, sedangkan pada sampel besar (n>30) menggunakan uji Z. Uji­t merupakan salah satu analisis komparatif (uji signifikasi) untuk mengetahui perbedaan diantara dua kelompok data (variabel) atau lebih (Misbahuddin dan Hasan 2004).

Uji ini akan digunakan untuk menguji hipotesis bahwa terdapat hubungan yang positif antara tahap pengenalan dengan persuasi, persuasi dengan pengambilan keputusan, dan tahap implementasi dengan konfirmasi. Selain itu, uji ini juga digunakan untuk melihat hubungan empat karakteristik inovasi (kesesuaian, kerumitan, kemungkinan dicoba, dan kemungkinan diamati) terhadap tahap persuasi dalam proses pengambilan keputusan teknologi kedelai BJA. Alat analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah SPSS 16.

Prosedur dalam Uji­t meliputi: 1. Merumuskan hipotesis, yaitu:

Hipotesis antartahapan dalam proses pengambilan keputusan adopsi inovasi kedelai BJA:

a. H0: Tidak ada hubungan positif antara tahap pengenalan dengan tahap persuasi.

H1: Ada hubungan positif antara tahap pengenalan dengan tahap persuasi.

b. H0: Tidak ada hubungan positif antara tahap persuasi dengan tahap pengambilan keputusan.

H1: Ada hubungan positif antara tahap persuasi dengan tahap pengambilan keputusan.

c. H0: Tidak ada hubungan positif antara tahap implementasi dengan tahap konfirmasi.

H1: Ada hubungan positif antara tahap implementasi dengan konfirmasi.

Hipotesis empat karakteristik inovasi kedelai BJA terhadap tahap persuasi: a. H0: Tidak ada hubungan positif antara kesesuaian BJA dengan

tahap persuasi.

H1: Ada hubungan positif antara kesesuaian BJA dengan tahap persuasi.

31 b. H0: Tidak ada hubungan positif antara kerumitan BJA dengan

tahap persuasi.

H1: Ada hubungan positif antara kerumitan BJA dengan tahap persuasi.

c. H0: Tidak ada hubungan positif antara kemungkinan dicoba BJA dengan tahap persuasi.

H1: Ada hubungan positif antara kemungkinan dicoba BJA dengan tahap persuasi.

d. H0: Tidak ada hubungan positif antara tahap kemungkinan diamati BJA dengan tahap persuasi.

H1: Ada hubungan positif antara tahap tahap kemungkinan diamati BJA dengan tahap persuasi.

2. Menetapkan nilai t, dengan  = 5 persen, dengan db = n­2.

3. Menentukan kriteria uji: jika t hitung < t , maka H0 ditolak.

4. Menghitung statistik uji. Dimana thitung diperoleh dengan rumus dalam persamaan 3.

2 2 1 hitung s s n t r r    (7) 5. Pengambilan kesimpulan

Uji Mann-Whitney untuk Uji Beda Nilai Pengambilan Keputusan Kelompok Petani Adopter dan Nonadopter

Uji Mann­Whitney digunakan pada analisis komparatif untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang independen untuk data ordinal. Uji Mann­ Whitney digunakan untuk menguji nilai tengah dari dua data yang berukuran tidak sama (Misbahuddin dan Hasan, 2013). Uji ini digunakan untuk menguji hipotesis terdapat perbedaan nilai tengah populasi yang jenis datanya berada pada skala interval atau rasio. Oleh karena itu, untuk menguji adanya perbedaan nilai pengambilan keputusan kelompok petani adopter dan nonadopter digunakanlah ujiini. Perangkat pembantu yang digunakan dalam pengujian ini adalah SPSS 16 dan Microsoft Office 2007.

Prosedur uji statistiknya sebagai berikut: 1. Menentukan formula hipotesis.

H0: Tidak terdapat perbedaan nilai pengambilan keputusan kelompok petani adopter dan nonadopter.

H1: Terdapat perbedaan nilai pengambilan keptusan kelompok petani adopter dan nonadopter.

2. Menentukan taraf nyata = 5% dan U tabel. 3. Menentukan kriteria pengujian.

H0 : Diterima (H1 ditolak) apabila U hitung > U(n1) (n2) H1 : Ditolak (H0 diterima) apabila U hitung < U(n1) (n2)

4. Menentukan nilai uji statistik (nilai U). Penentuan nilai uji statistik melalui tahap­tahap berikut:

a. menggabungkan kedua sampel dan memberi urutan tiap­tiap anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.

b. Menjumlahkan urutan masing­masing sampel (R1 dan R2) c. Menghitung statistik U dengan rumus:

32

1 1 1 1 2 1 2 n n U n n   (8)

2 2 2 1 2 1 2 n n U n n   (9) keterangan: U1 : jumlah peringkat 1 U2 : jumlah peringkat 2 n1 : jumlah sampel 1 n2 : jumlah sampel 2

R1 : jumlah rangking pada sampel n1 R2 : jumlah rangking pada sampel n2

Nilai U yang diambil adalah nilai U terkecil dan untuk memeriksa ketelitian perhitungan digunakan rumus: Uterkecil n n U1 2 terbesar

5. Pengambilan kesimpulan Analisis Pendapatan Usahatani

Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran. Pendapatan usahatani dapat dianalisis berdasarkan biaya tunai dan biaya diperhitungkan. Pendapatan atas biaya tunai disebut pendapatan tunai, sedangkan pendapatan atas biaya tunai dan diperhitungkan disebut pendapatan bersih. Pendapatan tunai menjadi alat ukur kemampuan usahatani menghasilkan uang tunai, sementara analisis pendapatan bersih menjadi alat ukur ekonomi sebuah usahatani yang berjalan menguntungkan atau tidak dengan memperhitungkan semua faktor modal beserta opportunity cost dan penyusutan penggunaan faktor modal yang digunakan. Analisis pendapatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis pendapatan tunai dan pendapatan bersih usahatani. Secara terperinci komponen analisis usahatani disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Komponen analisis pendapatan usahatani kedelai jenuh air

No. Komponen Keterangan

A Penerimaan Tunai Harga x Hasil panen yang dijual B Penerimaan yang

diperhitungkan Harga x Hasil panen yang dikosumsi/disimpan C Total penerimaan A + B

D Biaya tunai a. Biaya sarana produksi

b. Biaya tenaga kerja luar keluarga (TKLK)

E Biaya yang diperhitungkan a. Biaya tenaga kerja dalamkeluarga (TKDK)

b. Penyusutan peralatan

c. Nilai lahan sendiri atau nilai sewa lahan d. Pajak

F Total biaya D + E

G Pendapatan atas biaya tunai A – D H Pendapatan atas biaya total C – F

33 Tahapan dalam analisis pendapatan dimulai dengan menghitung penerimaan total usahatani yang didapatkan dengan mengalikan antara total produksi yang diperoleh (baik yang dijual maupun yang dikonsumsi/disimpan) dengan tingkat harga berlaku. Selanjutnya memerinci dan menghitung semua komponen biaya yang digunakan dalam keseluruhan aktivitas produksi. Pertama, yaitu menghitung biaya tunai yaitu pengeluaran yang secara nominal dikeluarkan oleh petani untuk membeli barang dan jasa dalam menjalankan usahatani, seperti pengeluaran untuk membeli pupuk, membayar tenaga kerja, dan lain sebagainya. Kedua, menghitung biaya yang diperhitungkan, yaitu biaya tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan peralatan, nilai lahan sendiri/sewa lahan, dan pajak.

Analisis Rasio Penerimaan dan Biaya

Penelitian ini menggunakan rasio R/C total. Rasio R/C adalah salah satu analisis yang dapat digunakan untuk mengetahui kelayakan dari suatu usaha yang dilakukan. Rasio R/C dilakukan dengan membandingkan antara total penerimaan usahatani dengan total biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang dan jasa dalam menjalankan kegiatan usahatani pada waktu yang diamati.

Hal yang menjadi ukuran efisiensi usahatani dengan menggunakan nilai rasio R/C adalah nilai dari rasio R/C. Apabila nilai rasio R/C lebih besar dari satu maka usahatani tersebut dikatakan telah mencapai efisiensi. Nilai rasio R/C menunjukan bahwa usahatani mendapatkan keuntungan dari setiap satuan usaha yang dikeluarkan. Misalkan nilai efisiensi dari usahatani X adalah 1.5. Hal ini dapat diartikan bahwa setiap satu satuan usaha yang dikeluarkan oleh usahatani akan menghasilkan keluaran (output) sebesar 1.5. Secara matematis, rasio R/C total dapat dituliskan dalam persamaan 2 sebagai berikut.

Rasio R/C = Penerimaan total/ biaya total (10) Uji Mann-Whitney untuk Analisis Komparatif Pendapatan Petani berdasarkan Kategori Implementasi Inovasi Kedelai BJA

Uji Mann­Whitney digunakan pada analisis komparatif untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel yang independen untuk data ordinal. Uji Mann­ Whitney digunakan untuk menguji nilai tengah dari dua data yang berukuran tidak sama (Misbahuddin dan Hasan, 2013). Selain untuk data ordinal, uji Mann­ Whitney ini dapat digunakan untuk data yang berada pada skala interval atau rasio namun tidak memenuhi asumsi­asumsi uji parametrik. Oleh karena itu, untuk menguji adanya perbedaan pendapatan petani kategori implementasi tinggi dan kategori implementasi rendah, digunakanlah Uji Mann­Whitney ini. Alat analisis yang digunakan dalam pengujian ini adalah SPSS 16 dan Microsoft Office 2007.

Prosedur uji statistiknya sebagai berikut: 1. Menentukan formula hipotesis.

H0 : Tidak ada perbedaan pendapatan tunai per hektar petani BJA implementasirendah dan implementasi tinggi.

H1: Terdapat perbedaan pendapatan tunai per hektar petani BJA implementasi rendah dan implementasi tinggi.

2. Menentukan taraf nyata = 5% dan U tabel. 3. Menentukan kriteria pengujian.

34

H1 : ditolak (H0diterima) apabila U hitung < U(n1) (n2)

4. Menentukan nilai uji statistik (nilai U). Penentuan nilai uji statistik melalui tahap­tahap berikut:

d. menggabungkan kedua sampel dan memberi urutan tiap­tiap anggota, dimulai dari pengamatan terkecil sampai terbesar.

e. Menjumlahkan urutan masing­masing sampel (R1 dan R2) f. Menghitung statistik U dengan rumus:

1 1 1 1 2 1 2 n n U n n   (8)

2 2 2 1 2 1 2 n n U n n   (9) keterangan: U1 : jumlah peringkat 1 U2 : jumlah peringkat 2 n1 : jumlah sampel 1 n2 : jumlah sampel 2

R1 : jumlah rangking pada sampel n1 R2 : jumlah rangking pada sampel n2

Nilai U yang diambil adalah nilai U terkecil dan untuk memeriksa ketelitian perhitungan digunakan rumus: Uterkecil n n U1 2 terbesar

5. Pengambilan kesimpulan

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dokumen terkait