• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN Metode dan Langkah Penelitian

Dalam dokumen PROSIDING ASPI PERHEPPI Faidil Tanjung (Halaman 75-81)

Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan model Grounded theoryyang dikembangkan oleh Glaser dan Strauss.[10] Melalui Pendekatan model Grounded theory ini, peneliti berusaha untuk melihat langsung sebuah setting tanpa menyesuaikan alat, metode, model terlebih dahulu dari opini-opini dan kejadian-kejadian di lapangan. Menurut Strauss dalam Groat dan Wang [11] bahwa dalam pendekatan model Grounded theory proses pengumpulan data, analisis, dan teori berdiri dalam hubungan erat satu sama lain dan dilakukan secara bersama-sama serta berulang-ulang (itteratif). Secara diagramatik prosedur penelitian dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Langkah-langkah Penelitian Sumber: Modifikasi dari berbagai sumber 2016

Berdasarkan gambar 1 langkah penelitian dibagi menjadi 6 (enam) tahapan yang ditujukan untuk mengetahui: (1) kondisi pengaruh, (faktor-faktor yang menjadi penyebab permasalahan utama penelitian); (2) fenomena, (menjelaskan bagaimana ciri-ciri fisik bisa dibaca, suasana emosi bisa dirasakan); (3) konteks, yaitu diuraikan pada konteks permasalahan; (4) kondisi kausal, (dijelaskan bagaimana situasi permasalahan semakin kuat, semakin lemah, atau berubah-ubah); (5) strategi (tindakan), (bagaimana tindakan konkrit yang telah dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan); dan (6) konsekuensi, yaitu terkait dengan strategi (tindakan) yang sudah dilakukan.

Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, video, observasi, dan wawancara kualitatif.Pengambilan sampel kualitatif dilakukan berdasarkan metode sampling purposive.

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kawasan Taman Hewan yang termasuk ke dalam Wilayah Balubur- Tamansari Kota Bandung yang memiliki keunikan dan kekhasan baik dilihat dari fisik bangunan maupun kawasannya sendiri [12].

Secara geografis, Kawasan Balubur ini terletak pada kawasan Bandung Utara dengan kondisi lahan berkontur dengan kemiringan mengarah ke arah Sungai Cikapundung yang membelah Kota Bandung dari mulai Utara di daerah Ciumbuleuit sampai Selatan di Jalan Soekarno Hatta. Secara administrasi Kawasan ini terdiri dari 3 RW dengan 11 RT dan mempunyai luas lahan sebesar 45Ha. Dari segi kepemilikan lahan di kawasan ini terbagi menjadi 3 kelompok kepemilikan, yaitu (1) tanah hak milik perorangan; (2) tanah milik salah satu BUMN Negara yaitu milik PJKA; dan Tanah milik Negara yaitu marka sungai Cikapundung. Penggunaan lahan pada kawasan ini 95% digunakan sebagai lahan terbangun.Lebih jelasnya lokasi penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Kawasan Balubur-Tamansari Kota Bandung Sumber: Diolah Peneliti dari Peta Digital Kota Bandung

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan kawasan Balubur-Tamansari Kota Bandung

Pola tekstur kawasan dan fungsi bangunan kawasan Balubur-Tamansari kota Bandung berdasarkan sejarah perkembangannya mengalami 6 periode perkembangan yaitu: (1) masa penjajahan Belanda yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau (RTH) dan tempat untuk bertamasya; (2) masa sebelum kemerdekaan (tahun 1920-1945) sebagai “Botani garden” untuk kepentingan pendidikan yang bersamaan didirikannya

Technishe Hoogeschool THS tahun 1920; (3) masa setelah kemerdekaan (tahun 1945 – 1959) sebagai kawasan penyangga perguruan tinggi, sejak didirikannya Sekolah Tinggi Teknik/STT Bandung (cikal bakal ITB) yang secara resmi didirikan pada tahun 1959 oleh Ir. Soekarno; (4) tahun 19 60 – 1980 mulai tumbuh beberapa perguruan tinggi baik perguruan tinggi negeri maupun perguruan tinggi swasta di Kota Bandung umumnya yang

KeyPlan Jl . La yang Pasteur- Cikapa yang-Surapati J l . J l . J l . I r . Jl . T

Membangun Kampung Kreatif Melalui Kolaborasi Mahasiswa Dengan Masyarakat:...

ISBN : 978-602-73463-1-4 55

http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota

ditandai dengan perkembangan fisik sepanjang aliran Sungai Cikapundung. Perubahan yang terjadi meliputi perubahan fungsi lahan, perubahan massa bangunan dengan penambahan massa bangunan; (5) Awal tahun 1980-an adanya perubahan dari Situ Garunggang berubah fungsi menjadi lahan perumahan yang sekarang

bernama “Perumahan Taman Pelesiran Baru”. Sejak saat itu mulai tumbuh dan berkembang rumah-rumah menjadi perkampungan padat.Sempadan sungai yang semula sebagai ruang terbuka hijau merubah fungsi menjadi rumah-rumah dan pondokan mahasiswa.Ujung bawah jalan Tamansari semula sebagai Kuburan Belanda atau Kerkhof yang terlindung di bawah kerindangan Cemara Gunung berubah fungsi menjadi permukiman dan perguruan tinggi (UNISBA). Era ini wujud kawasan menjadi perkampungan mahasiswa dengan menjamurnya pondokan mahasiswa; (6) Pada Oktober tahun 2001 dibangun Jalan Layang Pasupati dan tanggal 25 Juni 2005 mulai beroperasi, maka sejak itu Kawasan Balubur Tamansari ini dibelah menjadi 2 bagian dengan dibangunnya jalan layang Pasupati dengan panjang jalan sekitar 2,8 km dan lebar 30-60 meter[13]. Jembatan ini dibangun untuk mengurangi kemacetan, mengingat Bandung semakin hari semakin dibanjiri kendaraan bermotor pribadi, apalagi pada saat akhir pekan Kota Bandung dibanjiri oleh kendaraan dari luar kota yang sengaja berkunjung ke Kota Bandung dengan tujuan untuk berbelanja ataupun hanya sekedar menikmati makanan (wisata kuliner), karena Kota Bandung selain terkenal sebagai kota pendidikan tetapi juga terkenal sebagai surganya berbelanja dan kuliner. Kondisi kawasan ini dapat dilihat pada gambar 3 dan gambar 4.

Gambar 3 Suasana Kawasan Balubur Tamansari Kota Bandung Dilihat dari Arah Jembatan Pasupati Sumber: Dokumentasi Peneliti

Gambar 4 Kawasan terbentuk dari tumpukan bangunan yang tidak beraturan Sumber: Dokumentasi Peneliti

Kolaborasi Mahasiswa, Komunitas BCCF, Masyarakat, dan Pemerintah Kota Bandung

Kolaborasi antara Mahasiswa, Komunitas BCCF, dan masyrakat yang didukung penuh oleh Pemeritah Kota Bandung membentuk satu kawasan yang kreatif. Kawasan Balubur-Tamansari (Taman hewan) sebagai kampung kreatif terlihat dari beberapa kegiatan mahasiswa Seni Rupa dan Arsitektur ITB, komunitas BCCF, dan masyarakat dengan didukung penuh oleh Pemerintah Kota Bandung, seperti: saat kegiatan festival Seni Budaya

Taman Hewan melalui program perbaikan kampung, HELARFEST, Kukuyaan dalam rangka normalisasi sungai Cikapundung, Mural atau lukisan dinding area bermain dan lapangan terbuka, dan sebagainya. Sehingga kampung ini bukan hanya berkembang sebagai kampung pondokan mahasiswa tetapi juga berkembang m enjadi kampung kreatif. Kampung Balubur Tamansari ini dijadikan sebagai kampung percontohan dalam mengembangkan kreativitas kampung kota pada kawasan padat penduduk. Kegiatan ini seperti terlihat pada gambar 5.

Gambar 5. Suasana Lapang Terbuka saat kegiatan HELARFEST Sumber: Dokumentasi Peneliti

Membangun Kampung Kreatif Melalui Kolaborasi Mahasiswa Dengan Masyarakat:...

ISBN : 978-602-73463-1-4 57

http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota

Sumber: Dokumentasi Peneliti

Banyak event-event yang diselenggarakan melalui kolaborasi antara masyarakat, seperti: pemuda, anak- anak, mahasiswa, dan Pemerintah Kota Bandung. Kegiatan HELARFEST yang dilaksanakan di ruang terbuka di Kawasan Balubur Tamansari juga digunakan untuk unjuk kebolehan komunitas muda, seperi: komunitas PIJAR merupakan komunitas menempa Bandung dalam mempertahankan warisa n budaya berupa pembuatan pusaka kujang seperti pada gambar 6.

Selain itu juga kegiatan HELARFEST diisi dengan kegiatan mural atau lukisan dinding yang dikerjakan oleh mahasiswa Seni Rupa ITB tingkat pertama, sebagai salah satu kegiatan kembali ke masyara kat dengan langsung melakukan pengabdian kepada masyarakat di Kawasan Balubur Tamansari ini seperti terlihat pada gambar 7.

Gambar 7. Suasana Kegiatan MURAL oleh mahasiswa Seni Rupa ITB Sumber: Dokumentasi Peneliti

KESIMPULAN

Terbentuknya human settlement yang dibangun secara bersama-sama antara masyarakat dan mahasiswa (perguruan tinggi) serta adanya dukungan dan dilindungi oleh pemerintah daerah yang membuat kebijakan dalam menciptakan kawasan yang humanis dengan bercirikan kampung kota kreatif. Lingkungan ini terbentuk oleh adanya dinamika dari penghuninya dengan bercirikan dua karakter masyarakat yaitu pemilik pondokan yang tetap dan mahasiswa yang dinamis silih berganti (bermukim 4-5 tahun) membentuk kawasan yang berkelanjutan (sustainable) dan tetap bertahan (survive) dengan kekhasannya sebagai kampung kota kreatif yang bercirikan kampung seni.

Adanya Kolaborasi pengguna diharapkan dapat digunakan sebagai model dalam perbaikan dan mengembangkan kampung kota (kawasan) lain melalui pemberdayaan masyarakat sesuai dengan karakteristik dari kawasan tersebut dengan didukungan dan dilindungi oleh kebijakan dari pemerintah. Karena keinginan dan peran masyarakat dalam membangun kawasan yang mempunyai keunikan dan kekhasan sesuai dengan karakteristiknya tidak cukup tanpa adanya campur tangan dan keberanian pemerintah untuk tetap menjaga dan melindungi kawasan tersebut sebagai salah satu aset dan identitas serta kekayaan daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA

[1] [A. Gilbert and J. Gugler, Cities Poverty and Development Urbanization in The Third World. Oxford: Oxford University Press, 1983.

[2] R. Voskult, Bandung Citra sebuah Kota. Bandung: Departemen Planologi bekerjasama dengan Jagadhita, PT, 2007.

[3] S. Kontoff, The City Assembled: The Elements of Urban Form Through History. London: Thames and Hudson, 1991.

Indonesia,” Universitas Diponegoro Semarang, 2013.

[5] Amos Rapoport, History and Precedent in Environmental Design. New York: Penum Press, 1990.

[6] S. Soetomo, Urbanisasi dan Morfologi: Proses perkembangan peradaban dan wadah ruang fisiknya : Menuju Ruang Kehidupan yang Manusiawi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

[7] Masykur, “Karakteristik Permukiman Dualistik dan Tingkat Keberhasilan Penghunian, studi kasus Kota

Bogor Jawa Barat,” Institut Pertanian Bogor, 2005.

[8] F. Fitriyana, “PENGEMBANGAN BANDUNG KOTA KREATIF MELALUI KEKUATAN,” no. Perencanaan Wilayah dan Kota, pp. 1–8, 2011.

[9] C. Landry, Creative city: a toolkit for urban innovation, Earthscan. London, 2008.

[10] B. Glaser and A. Stauss, The Discovery of Grounded Theory: Strategies for Qualitative Research. New York: Aldine Publishing Company, 1967.

[11] L. Groat and D. Wang, Architectural Research Methods. Canada: John Wiley and Sons, Inc, 2002.

[12] A. Permana, S. Soetomo, G. Hardiman, and I. Buchori, “Smart Architecture as a Concept of Sustainable

Development in the Improvement of the Slum Settlementarea in Bandung,” vol. 2, no. 9, pp. 26–35, 2013. [13] A. Permana, “Transformasi Gubahan Ruang: Pondokan Mahasiswa di Kawasan Balubur Tamansari Kota

Konsep Pengembangan Kawasan Wisata Gunung Bungsu Resort sebagai ...

ISBN : 978-602-73463-1-4 59

http://pasca.unand.ac.id/id/prosiding-seminar-nasional-perencanaan-pembangunan-inklusif-desa-kota

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA GUNUNG BUNGSU RESORT

Dalam dokumen PROSIDING ASPI PERHEPPI Faidil Tanjung (Halaman 75-81)