• Tidak ada hasil yang ditemukan

JT 25 Ils voulaient leurs côtelettes à point. Mereka ingin daging domba 1/2 matang

5.1 Metode Penerjemahan

Setelah mendeskripsikan metode dan pergeseran penerjemahan yang terjadi pada subtitle film berbahasa Prancis “Comme un Chef” dalam bahasa Indonesia, maka pada bagian ini akan dibahas ke delapan jenis metode penerjemahan yang efektif digunakan dalam subtitle film tersebut serta pergeseran (Shifts) yang terjadi.

Bab ini terdiri atas 3 sub bab yaitu pembahasa mengenai metode

penerjemahan, pergeseran penerjemahan (Shifts) dan hasil temua selama

penelitian dilakukan. Penejalasan pada bab ini akan disertai contoh-contoh yang sudah dipilih dan paling representatif dalam menjawab permasalah yang terdapat dalam penelitian.

Seperti yang telah diutarakan pada bab sebelumnya, bahwa kedelapan

metode penerjemahan Newmark ditemukan pada subtitle film Comme un Chef

tersebut. Pada bagian ini akan dijelaskan contoh dari masing-maisng metode penerjemahan tersebut.

a. Metode Penerjemahan Kata demi kata (Word-for-word Translation)

Berdasarkan hasil analisis, metode penerjemahan kata demi kata ( Word-for-word translation) efektif digunakan untuk menerjemahkan kalimat sederhana yang hanya terdiri dari subjek+ predikat atau subjek+predikat+objek.

Contoh:

Tsu. : Oui, je sais. Adv. Pron. Verbe

ya, aku tahu Tsa. : Ya, aku tahu.

(Comme Un Chef : 00:05:11,670-->00:05:13,686) Pada contoh di atas,dapat diketahui bahwa metode penerjemahan yang digunakan adalah metode penerjemahan kata-per-kata (word-for-word translatio). Hal tersebut dibuktikan melalui pemadanan secara langsung setiap kata dari bahasa sumber yang diletakkan secara langsung di bawah bahasa sasaran. Setiap kata pada bahasa sumber diterjemahkan begitu saja dan tidak dilakukan pergeseran, penambahan atau pengurangan kata. Kata dalam bahasa sumber terdiri atas 3 buah kata yaitu, ‘oui’ yang dipadankan dengan ‘ya’, ‘je’ dipadankan dengan ‘saya’, dan ‘sais’ yang dipadankan dengan ‘tahu’. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa metode penerjemahan pada kalimat ini adalah kata demi kata (word-for-word translation).

Selain mengikuti pola di atas, metode penerjemahan ini juga efektif digunakan dalam menerjemahkan ujaran yang hanya terdiri dari 1 atau dua kata, nama orang, atau angka.

Contoh: Tsu.: Ok, Adj. Adv.

merci Ok, terima kasih Tsa. : Ok, terima kasih

Contoh tersebut juga membuktikan teori Newmark bahwa metode penerjemahan ini hanya efektif digunakan untuk menerjemahkan kata atau frasa dengan jumlah kata yang sedikit. Hal tersebut seperti pada contoh di atas dimana kata ‘ok’ diterjemahkan dengan kata yang sama yakni ‘ok’ dalam bahasa sasaran, dan kata ‘merci’ juga diterjemahkan dengan kata ‘terima kasih’.

Contoh lain :

Tsu. : Bon, demain,

Adj. Adv. Adj. Nom Pré. Nom 8 heures au Cargo. Baik, besok 8 jam di Cargo Tsa. : Baik, besok jam 8 di Cargo.

(Comme Un Chef : 00:18:42,405 --> 00:18:44,472) Pada contoh tersebut, terdapat kata berupa angka yakni ‘8’ dan sebuah nama restaurant "Cargo", jika diperhatikan kedua kata tersebut diterjemahkan dengan kata yang sama dalam bahasa sasarannya, dan pesan yang dikandung oleh bahasa sumber juga tersampaikan dengan baik karena makna yang dikandung bahasa sumber setara dengan makna yang dikandung oleh bahasa sasaran. Dalam dalam proses pemadanan tidak ditemukan pemadanan atau pergeseran kata. Penerjemahannya hanya dengan menggunakan makna kata leksikal dalam bahasa sasaran tanpa ada pemadanan budaya atau pemilihan kata.

b. Metode Penerjemahan Harafiah (Literal Translation)

Penggunaan metode penerjemahan ini cukup banyak digunakan pada film tersebut. Dari 487 kali pemunculan hanya 169 ujaran yang efektif diterjemahkan melalui penggunaan metode ini. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode penerjemahan harafiah (literal translation) tersebut.

Contoh:

Tsu. : Les gens s'en foutent de la qualité Art. Nom Verbe Art. Nom

. Beberapa orang-orang tidak perduli beberapa kualitas Tsa. : Orang tidak peduli dengan kualitas.

(Comme un Chef: 00:12:13,235 --> 00:12:15,092) Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa penggunaan metode penerjemahan harafiah (literal translation) terasa efektif. Penggunaan metode ini ditandai oleh pemadanan kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran dengan masih menggunakan makna kata yang terdapat dalam kamus, namun pada umumnya kata sandang seperti ‘Les’ atau ‘de la’ sudah tidak diterjemahkan lagi. Hal tersebut karena dalam bahasa Prancis setiap kata benda yang digunakan dalam kalimat tidak dapat berdiri sendiri, artinya harus didampingi oleh kata sandang (article). Kata sandang tersebut juga terdiri atas beberapa jenis yakni article defini, article indefini, article contracté dan article partitif. Pada contoh di atas, terlihat penggunaan articleles” yang merupakan article define. Kata sandang “les” ini digunakan pada kata benda jamak baik kata benda femina maupun kata benda maskula. Kata sandang ini selalu menyertai kata benda yang sudah jelas atau dikenal. Kemudian kata sandang "de la" article partitif. Kata sandang ini digunakan pada kata benda yang tidak dapat dihitung misalnya kata benda yang berhubungan dengan makanan, astrologi, dan kata benda abstrak. Pada contoh di atas dapat dilihat bahwa kata benda vanila didahului oleh kata sandang partitif tersebut yang menunjukkan kata tersebut memang tidak dapat dihitung. Jika dibandingkan dengan bahasa Indonesia, kata sandang- kata sandang tersebut bersifat fakultatif sehingga dapat digunakan atau tidak dan sama sekali tidak akan

mempengaruhi makna kata yang dikandungnya. Selain hal tersebut penggunaan metode penerjemahan harafiah juga dapat dibuktikan melalui pemadanan seluruh unsur penyusun kalimat pada ujaran film tersebut tanpa adanya pemadanan budaya karena memang kalimat tersebut tidak mengandung unsur budaya.

Contoh lain:

Tsu.: J’ ai pas le temps Pron. Verbe Adv. Art. Nom . Saya punya tidak sebuah waktu

Tsa. : Aku tidak punya waktu

(Comme un Chef: 00:06:37,115 --> 00:06:38,482) Pada contoh di atas juga dapat diketahui bahwa metode penerjemahan harafiah (literal translation) juga dapat ditandai melalui pemindahan urutan kata dalam satu kalimat atau ujaran, namun dengan tetap menggunakan makna kata awal yang dikandung oleh kata bahasa sumbernya. Pada contoh di atas dapat dilihat penggunaan kata kerja ‘ai’ yang berasal dari kata kerja dasar ‘avoir’. Perubahan bentuk kata kerja tersebut merupakan salah satu keunikan bahasa Prancis yang dikenal dengan istilah konjugasi. Konjugasi adalah perubahan bentuk kata kerja yang disesuaikan dengan jumlah dan jenis subjek kalimat.

Namun yang menjadi fokus analisis adalah perubahan urutan kata ‘ai’ yang

berarti ‘punya’ dan ‘pas’ yang berarti ‘tidak’, dimana dalam bahasa sumber kata

‘ai’ mendahului ‘pas’ namun dalam bahasa sasaran ketika kalimat itu

diterjemahkan kedua kata tersebut jadi berganti posisi. Penerjemahan kalimat ini masih disebut penerjemahan harafiah karena setiap kata masih diterjemahkan sesuai dengan makna kata yang terdapat di dalam kamus dan belum ada perubahan kelas atau tingkatan katanya maksudnya, kata ‘je’ yang merupakan

pronomina masih diterjemahkan dengan kata ‘aku’ yang juga merupakan pronomina dalam bahasa Indonesia, begitu juga kata ‘ai’ yang merupakan kata kerja dalam bahasa sumber masih dalam kelas kata kerja yakni ‘mempunyai’ dalam bahasa sasaran.

Atas dasar itu dapat disimpulkan bahwa, metode penerjemahan harafiah adalah metode penerjemahan yang masih mentaati bentuk dan kelas kata bahasa sumbernya misalnya kata kerja dalam bahasa sumber masih diterjemahkan dengan kata kerja dalam bahasa sasaran begitu seterusnya kata sifat diterjemahkan dengan kata sifat dalam bahasa sasaran, namun sudah mulai mengadaptasi sedikit tata bahasa sasaran misalnya dengan tidak menerjemahkan kata sandang (article) dari setiap kata benda yang merupakan tata bahasa absolute dalam bahasa Prancis namun tidak demikian dalam bahasa Indonesia.

c. Metode Penerjemahan Setia (Faithful Translation)

Metode penerjemahan ini biasanya tampak pada penggunaan kata yang dipinjam langsung dari bahasa sumbernya. Jumlah penggunaan metode penerjemahan setia (faithful translation) pada film ini tidak banyak hanya 36 kali saja dengan pemunculan metode penerjemahan efektif sebanyak 5 kali. Berikut ini akan disajikan contoh penggunaan metode tersebut.

Contoh:

Tsa. : Vous avez déjà goûté du Cheval Blanc Pron. Verbe adv. Verbe Art. Nom Nom

? Kau mempunyai sudah mencicipi beberapa kuda putih

Tsu. : Pernahkah kau mencicipi Cheval Blanc?

Penggunaan metode penerjemahan setia pada contoh tersebut ditandai

dengan pemadanan kata Cheval Blanc. Cheval Blanc tersebut merupakan merek

anggur yang cukup terkenal di Prancis. Penggunaan huruf kapital pada awal kedua kata tersebut tersebut menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan nama sesuatu, sehingga penerjemah tetap menggunakan kata tersebut karena memang konteks dimana kalimat tersebut diujarkan adalah pada saat Alexandre menawarkan Jacky yang sedang lara hatinya untuk sejenak bersantai sambil minum anggur miliknya. Contoh lain :

Tsu. : Un faugères pour la Art. Nom Pré. Art Nom

8.. Sebuah faugeres untuk sebuah 8 Tsa. : Faugeres untuk meja 8.

(Comme un Chef: 00:02:23,528 --> 00:02:24,847) Seperti yang tertera pada contoh di atas dapat dilihat bahwa, penggunaan metode penerjemahan adaptasi difokuskan pada penerjemahan hal-hal yang berkaitan dengan unsur budaya yang khas dimana dalam hal ini adalah nama

makanan. Makanan faugeres ini merupakan nama makanan yang sangat populer

di Prancis yang terdiri atas campuran lendir leher sapi dan krem putih. Namun jika dipadankan dengan bahasa nama makanan Indonesia maka tidak akan ditemukan padanan yang tetap, karena jenis makanan tersebut tidak ada dalam ranah kulinari Indonesia.

Berdasarkan contoh di atas dapat diketahui bahwa metode penerjemahan setia efektif digunakan pada penerjemahan hal-hal yang mengandung unsur budaya yang tidak dimiliki oleh budaya bahasa sasaran sehingga penerjemahan setia akan dapat menyelesaikan masalah perbedaan budaya tersebut.

d. Metode Penerjemahan Semantik (Semantic translation)

Metode penerjemahan semantik pada umumnya digunakan dalam menerjemahkan kata, frasa, kalimat atau klausa yang tidak dapat dipadankan melalui pemadan kata-per-kata, harafiah atau adaptasi. Penerjemahan semantik ini pada umumnya digunakan untuk menerjemahkan kata yang mengandung suatu makna diluar makna leksikalnya. Pada umumnya dapat berupa ekspresi tertentu, idiom atau pribahasa atau klausa dengan makna tertentu. Untuk lebih jelas peneliti akan memberikan beberapa contoh penggunaan penerjemahan semantic tersebut. Contoh:

Tsu. : Je connais par cœur les recettes des grands Pron. Verbe pré. Nom Art. Nom Art. Adj. Nom

chefs.

Aku kenal melalui hati beberapa resep-resep beberapa besar-besar koki-koki Tsa. : Aku tahu semua resep koki-koki besar.

(Comme un Chef: 00:03:41,816 --> 00:03:44,270) Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa metode penerjemahan semantik digunakan untuk menerjemahkan kata, frasa, kalimat atau ekspresi dengan makna tertentu maka pada contoh di atas dapat diketahui bahwa frasa ‘connais par cœur’ tersebut memiliki makna khusus yakni ‘tahu’. Penggunaan metode ini juga kerap kali dipengaruhi oleh konteks penggunaannya sehingga pada saat komunikasi berlangsung biasanya makna yang tidak terdapat dalam bahasa sumber muncul dalam bahasa sasaran. Konteks komunikasi kalimat ini diujarkan adalah pada saat Jacky Bonnot sedang melamar pekerjaan sebagai koki pada sebuah retoran sederhana namun untuk meyakinkan pemilik restoran tersebut Jakcy menyebutkan kelebihannya yakni mengetahui semua resep-resep dari koki ternama.

Contoh lain :

Tsu. : Je fais visiter mon restaurant à Cyril et à son designer Pron. Verbe Verbe Adj. Nom Pré Nom Conj. Pré. Adj. Nom

. Saya membuat mengunjungi ku restoran ke Cyril dan ke nya dekorator Tsa. : Aku hanya ingin menunjukkan restoranku ke Cyril dan dekoratornya.

(Comme un Chef: 00:34:31,200 --> 00:34:35,998) Metode penerjemahan semantik tampak pada kalimat di atas melalui penerjemahan gabungan kata kerja ‘faire visiter’ yang diterjemahkan menjadi ‘menunjukkan’. Dalam bahasa Prancis kata kerja ‘faire’ merupakan kata kerja dengan multi makna. Sehingga apa bila kata tersebut melekat pada satu kata benda atau kata lain makan akan membentuk makna kata yang lain. Oleh sebab itu penggunaan metode penerjemahan semantik tersebut efektif digunakan pada kalimat tersebut. Konteks dimana kalimat tersebut diutarakan adalah ketika Stanislas pemilik restaurant Cargo ini melakukan renovasi ketika nanti Alexandre sudah tidak bekerja lagi di restaurant tersebut, kemudian dia menyampaikan kalimat tersebut ke pada Alexandre karena ingin memperlihatkan keadaan dapur restaurant tersebut dalam rangka perancangan dekorasi ulang kepada calon koki pengganti Alexandre kelak.

e. Metode Penerjemahan Adaptasi (Adaptation Translation)

Metode penerjemahan adaptasi dapat ditandai dengan pemadanan unsur budaya dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Pada umumnya pemadanan ini dapat dilakukan karena terdapatnya kesamaan identik antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya. Contoh dari penerapan metode tersebut antara lain :

Tsu. : Une entrecôte-frites, un bœuf

Art. Nom Art. Nom Nomcarottes-frites.

Sebuah steak-kentang goreng sebuah daging Wortel-wortel kentang goreng Tsa. : Steak dan kentang goreng, rebusan daging dan kentang goreng.

(Comme un Chef: 00:02:58,530 --> 00:03:02,980) Makanan merupakan salah satu istilah budaya yang pada umumnya sulit untuk dipadankan. Pada contoh di atas, semua jenis makanan yang disebutkan, seperti ‘une entrecôtes-frites’ dan ‘carrotes-frites’ merupakan makanan khas Prancis yang dikenal dengan istilah makanan cepat saji. Namun semua jenis makanan tersebut dapat ditemukan padanannya dalam bahasa Indonesia sehingga istilah dalam bahasa sumbernya tidak perlu digunakan. Menurut para hali penerjemahan penerjemahan istilah budaya yang dapat dipadankan dengan menggunakan kata yang bermakna sama dengan bahasa sumbernya adalah merupakan ciri metode penerjemahan adaptasi. Oleh sebab itu dapat diketahui bahwa proses adaptasi dilakukan pada subtitle film Prancis tersebut. Proses penerjemahan yang berfokus pada pemadanan unsur budaya yang dapat ditemukan padanan budaya yang sama dalam bahasa sasaran, maka proses tersebut merupakan penanda metode penerjemahan adaptasi.

Contoh lain: Tsu. : Tu

Pron. Verbe parles. Kau berbicara Tsa. : Omong- kosong.

(Comme un Chef : 00:07:22,001 --> 00:07:24,158) Bukan hanya pada pemadanan unsur budaya, penerjemahan adaptasi juga dapat ditandai dengan pergeseran bentuk kata, frasa, kalimat atau klausa dari

bahas sumber ke dalam bahasa sasaran. Contoh di atas menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran bentuk kalimat yang terdiri atas pelaku ‘tu’ dan kata kerja ‘parles’ menjadi frasa nomina ‘omong-kosong’. Pergeseran ini terjadi dikarenakan oleh perasaan jengkel Alexandre terhadap komentar anak buahnya yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkannya sehingga kalimat ‘tu parles’ diadaptasi menjadi ujaran berbentuk frasa nomina agar makna kalimatnya tetap sama dan proses pengadaptasian dilakukan melalui pergeseran bentuk kalimat.

Jika dibandingkan antara bentuk ujaran bahasa sumber dengan bahasa sasaran, dapat diketahui bahwa bentuk frasa nomina ditemukan pada bahasa sasaran, namun pada bahasa sumber bentuk ujarannya berupa kalimat. Hal ini bukan merupakan pergeseran tetapi merupakan dampak penggunaan metode penerjemahannya. Sehingga berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Catford, perbedaan bentuk ujaran bahasa sumber dan bahasa sasaran bukan merupakan bentuk pergeseran tetapi merupakan efek penerapan metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah.

f. Metode Penerjemahan Bebas (Free Translation)

Penerjemahan bebas (free translation) dapat diketahui melalui

penghilangan atau penambahan suatu atau beberapa unsur dari bahasa sumbernya ke dalam bahasa sasarannya. Pergantian kata juga sering terjadi. Pada

penerjemahan bebas (free translation) ini, penerjemah biasanya hanya

mementingkan makna yang dikandung oleh bahasa sumber tanpa memperhatikan bentuk, serta gaya bahasa sumbernya.

Pada film "Comme un Chef" tersebut dapat ditemukan beberapa metode penerjemahan bebas (free translation). Berikut ini akan diberikan contohnya: Tsu. :

Adv. Oui. Ya. Tsa. : Aku mau.

(Comme un Chef :01:18:46,104 --> 01:18:47,572) Contoh kalimat di atas merupakan salah satu contoh penerapan metode

penerjemahan bebas (free translation). Hal tersebut dapat dilihat melalui

pemunculan dua buah kata ‘aku’ dan ‘mau’ dalam bahasa sasaran yang sudah jelas tidak ditemukan dalam bahasa sumber. Pemunculan dua kata tersebut merupakan wujud penambahan kata yang dilakukan oleh penerjemah. Kalimat

‘aku mau’ tersebut merupakan penerjemahan makna kata ‘oui’ yang diucapkan

oleh Beatrice ketika menerima lamaran dari Jacky. Sehingga penerjemahan kata ‘aku mau’ tersebut merupakan wujud penerjemahan makna ‘aku mau menikah denganmu, yang dalam bahasa sumbernya hanya dinyatakan dengan 1 kata saja. Contoh lain:

Tsu.: C’ est par Adj.Verbe Pré. Adv.

. Itu adalah melalui disana Tsa.: Ikuti aku.

(Comme un Chef: 00:42:00,289 --> 00:42:01,472) Pada contoh kalimat di atas, dapat diketahui bahwa seluruh kata penyusun bahasa sumbernya tidak ditemukan sama sekali dalam bahasa sasaran. Dalam hal ini penerjemah hanya menerjemahkan makna ujaran sesuai dengan konteks pengutaraan ujaran tersebut. Ujaran tersebut diucapkan oleh Jacky kepada

Alexandre, ketika akan menunjukkan jalan yang akan dilalui ketika mereka ingin menemui Beatrice guna untuk meminta maaf atas kebohongan yang ia lakukan. g. Metode Penerjemahan Idiomatik (idiomatic translation)

Penggunaan metode penerjemahan ini merupakan metode yang paling sedikit ditemukan dalam subtitle film ‘Comme un Chef’ tersebut yakni hanya 1 kali pemunculan saja. Penggunaan metode ini terdapat pada ujaran nomor 778. Contoh :

Tsu.: Bas- Adj. Adj.

droit. Bawah kanan Tsa. : Tangan Kanan.

(Comme un Chef: 00:40:35,219 --> 00:40:35,331 )

Seperti yang dikemukakan oleh para ahli linguistik, bahwa idiom adalah

perpaduan dua kata yang mengandung makna lain atau secara matematis dapat dirumuskan menjadi a+b = c, dan bukan a+b = ab. Hal tersebut dapat dilihat pada contoh di atas yakni idiom yang berupa penggabungan dua kata sifat ‘bas’ berarti ‘bawah’, dan ‘droit’ berarti ‘kanan’ yang jika diterjemahkan secara tepat menjadi ‘tangan kanan’. Idiom ‘bas-droit‘ dalam bahasa sumber ternyata daat dipadankan juga dengan idiom dalam bahasa sasaran. Penerjemahan ujaran yang berupa idiom dalam bahasa sumber yang diterjemahkan juga ke dalam idiom dalam bahasa sasaran merupakan penanda bahwa metode penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah adalah metode penerjemahan idiomatik. Hal tersebut dapat dilihat

pada contoh di atas, dimana idiom ‘bas-droit’ dalam bahasa Prancis juga

diterjemahkan dengan idiom ‘tangan kanan’ dalam bahasa Indonesia. ‘Bas-droit’ dalam bahasa Prancis merupakan idiom yang menggunakan bagian anggota tubuh,

sehingga jika frasa tersebut diterjemahkan menjadi ‘kanan bawah’ dan bukan ‘tangan kanan’ yang bermakna orang kepercayaan, maka akan terjadi salah pengertian.

h. Metode Penerjemahan komunikatif (Communicative translation)

Frekuensi penggunaan metode penerjemahan komunikatif tersebut

merupakan metode yang dominan ditemukan pada subtitle film ‘Comme un Chef’

tersebut. Namun berdasarkan hasil analisis, hanya ditemukan hanya 101 kali saja metode ini efektif digunakan. Metode ini memiliki persamaan dengan metode penerjemahan bebas. Persamaan tersebut meliputi penambahan atau penghilangan unsur penyusun kalimat guna menjaga keutuhan makna. Sementara perbedaannya adalah, pada metode penerjemahan komunikatif tidak ditemukan penggantian atau perubahan atau penggunaan kata yang sama sekali tidak ada dalam bahasa sumbernya, jadi dengan kata lain, penghilangan atau penambahan kata tersebut masih dalam kisaran medan makna bahasa sumbernya.

Contoh:

Tsu. : Peut-être, mais je veux quand même essayer Adv. Conj. Pron.Verbe Conj Verbe . Mungkin tetapi aku ingin walaupun mencoba Tsa. : Mungkin, Tapi aku ingin mencoba..

(Comme un Chef : 01:04:48,830 --> 01:04:50,890) Dengan mengamati susunan unsur kata yang terdapat pada bahasa sasaran

di atas dapat diketahui bahwa konjungsi ‘quand même’ telah dihilangkan.

Penghilangan tersebut merupakan salah satu karakter penerjemahan komunikatif.

makna yang dikandung bahasa sumbernya. Diketahui bahwa konjungsi ‘mais

mengandung makna pertentangan begitu juga halnya konjungsi ‘quand même’,

juga mengandung makna pertentangan, jadi penghilangan kata ‘quand même

pada bahasa sasaran tersebut bertujuan untuk mencegah kalimat tersebut menjadi rancu. Makna pertentangan pada kalimat ini sebenarnya berasal dari situasi komunikasi dimana Stanislas menganggap Jakcy tidak dapat berbuat apa-apa untuk membuat menu baru sebab di dapur tersebut sama sekali tidak ada bahan masakan sedikitpun, sehingga Stanislas menantang Jacky apakah dalam situasi yang sulit dan sempit seperti itu dia masih bisa berpikiran jernih untuk menemukan menu dan mencari alternatif bahan masakan untuk membuat menu tersebut dalam waktu singkat.

Contoh Lain :

Tsu. : Ça veut dire que tu veux bien devenir ma femme Pron. Verbe verbe Pron Verbe Adv Verbe Adj Nom

? Itu ingin mengatakan bahwa kau ingin baik menjadi ku istri. Tsa. : Jadi kau akan menjadi istriku ?

(Comme un Chef : 01:18:25,149 --> 01:18:27,164)

Pada contoh di atas dapat diketahui bahwa kalimat ‘ça veut dire’

bermakna ‘itu berarti’ yang masih dapat dipadankan dengan kata ‘jadi’. Penghilangan bagian kalimat tersebut merupakan salah satu ciri penerjemahan komunikatif dimana pemenggalan kalimat baik berupa penghilangan kata atau penambahan kata yang masih dalam ranah makna kalimat sumbernya. Pemenggalan kalimat tersebut juga bertujuan untuk menjadikan komunikasi lebih lugas dan mudah dipahami.

Berdasarkan uraian dan contoh-contoh yang disajikan di atas dapat diketahui bahwa seluruh metode penerjemahan akan menjadi efektif apa bila digunakan sesuai dengan jenis, bentuk, konteks dan situasi dimana ujaran tersebut dikomunikasikan. Dengan kata lain, tidak semua metode penerjemahan dapat menerjemahkan ujaran apa saja, tetapi diperlukan pendekatan dan pemahaman teks, konteks dan situasi serta tujuan penerjemahan tersebut dilakukan hal tersebut selaras dengan pendapat para ahli penerjemahan (Machali :2009).

Dokumen terkait