• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODOLOGI

2.3 Metode Penghitungan IPM

2.3. Metode Penghitungan IPM

http://www.manokwarikab.bps.go.id

sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan sama dengan satu rupiah di Jakarta. PPP dihitung berdasarkan pengeluaran riil perkapita setelah disesuaikan dengan indeks harga pengeluaran riil perkapita setelah disesuaikan dengan indeks harga konsumen dan penurunan utilitas marginal. Penyesuaian perlu konsumen dan penurunan utilitas marginal. Penyesuaian perlu

diminishing r eturn o f t he

diminishing r eturn o f t he

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Gambar 1. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi dalam

Gambar 1. Dimensi, Indikator dan Indeks Dimensi dalam

Penghitungan IPM

Penghitungan IPM

Sebagaimana telah diuraikan di atas, bahwa untuk menghitung Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dibutuhkan tiga komponen, yaitu: indeks harapan hidup, indeks pendidikan dan indeks pendapatan. Model perhitungan yang digunakan berdasarkan konsepsi atau rumusan bersama antara Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNDP (1997), yakni sebagai berikut:

Pada t ahap p ertama p enghitungan IP M, adalah menghitung masing-masing indeks komponen IPM yang merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai berikut :

dimana,

X

(i) : Nilai indeks komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)

X

(i)maks : Nilai maksimum X(i)

X

(i)min : Nilai minimum X(i)

Indeks X

(i)

= (X

(i)

- X

(i-min)

) / (X

(i-maks)

- X

(i-min)

)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

indeks pendapatan. Model perhitungan yang digunakan berdasarkan indeks pendapatan. Model perhitungan yang digunakan berdasarkan konsepsi atau rumusan bersama antara Dirjen Bina Pembangunan konsepsi atau rumusan bersama antara Dirjen Bina Pembangunan Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNDP (1997), yakni sebagai Daerah, Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNDP (1997), yakni sebagai

Pada t ahap p ertama p enghitungan IP M,

Pada t ahap p ertama p enghitungan IP M,

menghitung masing-masing indeks komponen IPM yang merupakan menghitung masing-masing indeks komponen IPM yang merupakan perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai perbandingan antara selisih nilai suatu indikator dan nilai minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum minimumnya dengan selisih nilai maksimum dan nilai minimum indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai indikator yang bersangkutan. Rumusnya dapat disajikan sebagai

(i)maks (i)maks : :

X

X

(i)min(i)min : :

http://www.manokwarikab.bps.go.id

= (X

= (X

(i)(i)

- X - X

Formula ini akan menghasilkan nilai

X

(i) antara 0 dan 1. Untuk mempermudah dalam membacanya, maka hasil perhitungan dinyatakan dalam skala 0 – 100 (artinya hasil akhir perhitungan indeks harus dikalikan dengan 100), sehingga diperoleh hasil

X

(i) antara 0 dan 100. Adapun nilai maksimum dan minimum indikator X(i) dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator Komponen IPM

(=X(i)) Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan (1) (2) (3) (4)

Angka Harapan Hidup (AHH)

85 25 Sesuai standar global (UNDP)

Angka Melek Huruf (AMH) 100 0 Sesuai standar global (UNDP)

Rata-Rata lama sekolah (MYS)

15 0 Sesuai standar global (UNDP)

Konsumsi per kapita yang disesuaikan 2005 (PPP) 732.720 a) 300.000 (1996) b) 360.000 (1999, 2002) UNDP menggunakan PDB per kapita riil yang disesuaikan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

indeks harus dikalikan dengan 100), sehingga diperoleh hasil indeks harus dikalikan dengan 100), sehingga diperoleh hasil

XX

(i)(i)

antara 0 dan 100. Adapun nilai maksimum dan minimum indikator antara 0 dan 100. Adapun nilai maksimum dan minimum indikator

Tabel 2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

Tabel 2. Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Nilai

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Minimum

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

(2) (2)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

85 85

Angka Melek Huruf (AMH) 100

Angka Melek Huruf (AMH) 100

Rata-Rata lama sekolah

Rata-Rata lama sekolah

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Konsumsi per kapita yang

Konsumsi per kapita yang

disesuaikan 2005 (PPP)

Catatan: a) Proyeksi p engeluaran r iil/unit/tahun u ntuk p ropinsi y ang memiliki angka tertinggi (Jakarta) pada tahun 2018 (akhir periode p embangunan j angka p anjang k edua) setelah disesuaikan d engan f ormula At kinson. P royeksi ini didasarkan pada asumsi pertumbuhan sebesar 6,5 persen per tahun selama kurun waktu tahun 1996-2018.

b) Setara dengan d ua k ali ga ris k emiskinan untuk p ropinsi dengan k onsumsi p erkapita terendah pada tahun 1 996 (daerah p edesaan S ulawesi S elatan). Untuk ta hun 1 999 dan 2 002, n ilai m inimum disesuaikan m enjadi Rp.360.000,- Pe nyesuaian i ni d iperlukan k arena k risis ekonomi s ecara d rastis t elah men urunkan daya b eli masyarakat. H al i ni t ercermin d ari k enaikan t ingkat kemiskinan d an p enurunan u pah r iil. T ambahan Rp.60.000,- d idasarkan p ada p erbedaan antara “ garis kemiskinan l ama” d an “ garis k emiskinan b aru” y ang berjumlah s ekitar Rp.5.000,- per bu lan ( atau Rp.60.000,- per tahun).

Prosedur Penghitungan Indeks Harapan Hidup

Untuk menghitung indeks harapan hidup, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (life expectancy a t b irth) yang biasa dinotasikan dengan e0. Indikator ini dipilih dengan pertimbangan ketersediaan data secara global. Sebenarnya banyak

http://www.manokwarikab.bps.go.id

didasarkan pada asumsi pertumbuhan sebesar 6,5 persen per didasarkan pada asumsi pertumbuhan sebesar 6,5 persen per b) Setara dengan d ua k ali ga ris k emiskinan untuk p ropinsi b) Setara dengan d ua k ali ga ris k emiskinan untuk p ropinsi dengan k onsumsi p erkapita terendah pada tahun 1 996 dengan k onsumsi p erkapita terendah pada tahun 1 996 (daerah p edesaan S ulawesi S elatan). Untuk ta hun 1 999 (daerah p edesaan S ulawesi S elatan). Untuk ta hun 1 999 dan 2 002, n ilai m inimum disesuaikan m enjadi dan 2 002, n ilai m inimum disesuaikan m enjadi Rp.360.000,- Pe nyesuaian i ni d iperlukan k arena k risis Rp.360.000,- Pe nyesuaian i ni d iperlukan k arena k risis ekonomi s ecara d rastis t elah men urunkan daya b eli ekonomi s ecara d rastis t elah men urunkan daya b eli masyarakat. H al i ni t ercermin d ari k enaikan t ingkat masyarakat. H al i ni t ercermin d ari k enaikan t ingkat kemiskinan d an p enurunan u pah r iil. T ambahan kemiskinan d an p enurunan u pah r iil. T ambahan Rp.60.000,- d idasarkan p ada p erbedaan antara “ garis Rp.60.000,- d idasarkan p ada p erbedaan antara “ garis kemiskinan l ama” d an “ garis k emiskinan b aru” y ang kemiskinan l ama” d an “ garis k emiskinan b aru” y ang berjumlah s ekitar Rp.5.000,- per bu lan ( atau Rp.60.000,- berjumlah s ekitar Rp.5.000,- per bu lan ( atau Rp.60.000,- per tahun).

per tahun).

Prosedur Penghitungan Indeks Harapan Hidup

Prosedur Penghitungan Indeks Harapan Hidup

Untuk menghitung indeks harapan hidup, UNDP memilih Untuk menghitung indeks harapan hidup, UNDP memilih indikator angka harapan hidup waktu lahir (

indikator angka harapan hidup waktu lahir ( yang biasa dinotasikan dengan e

yang biasa dinotasikan dengan e

pertimbangan ketersediaan data secara global. Sebenarnya banyak pertimbangan ketersediaan data secara global. Sebenarnya banyak

indikator yang dapat dipergunakan, misalnya angka kematian bayi (AKB/IMR). Namun indikator ini tidak dipergunakan karena dinilai tidak peka bagi negara-negara industri yang telah maju. Seperti halnya AKB/IMR, e0 sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat pembangunan, dan bukan hanya bidang kesehatan.

Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital registrasi yang baik seperti Indonesia, e0 dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (yakni dengan Metode Brass dan Varian Trussel). Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok wanita berumur 15-49 tahun. Prosedur penghitungan e0 dengan metode ini hanya efisien jika dilakukan dengan menggunakan Paket Program Mortpack Lite atau software lainnya. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West karena menurut Preston (2004), Metode Trussel dengan Model West sangat sesuai dengan histori kependudukan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Sebagai catatan, e0 yang diperoleh dengan metode tidak langsung merujuk pada keadaan 3 – 4 tahun dari tahun survei.

Adapun langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup waktu lahir (e0) adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan umur wanita dalam interval 15 – 19, 20 – 24, 25 – 29, 30 – 34, 35 – 39, 40 – 44, dan 45 – 49 tahun;

http://www.manokwarikab.bps.go.id

sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat sebenarnya merefleksikan keseluruhan tingkat

Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital Dalam suatu negara yang belum memiliki sistem vital dihitung dengan dihitung dengan menggunakan metode tidak langsung (yakni dengan Metode Brass menggunakan metode tidak langsung (yakni dengan Metode Brass dan Varian Trussel). Metode ini menggunakan dua macam data dan Varian Trussel). Metode ini menggunakan dua macam data dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak dasar, yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-rata anak yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok wanita yang masih hidup yang dilaporkan dari tiap kelompok wanita berumur 15-49 tahun. Prosedur penghitungan

berumur 15-49 tahun. Prosedur penghitungan

hanya efisien jika dilakukan dengan menggunakan Paket Program hanya efisien jika dilakukan dengan menggunakan Paket Program Mortpack Lite atau software lainnya. Selanjutnya dipilih metode Mortpack Lite atau software lainnya. Selanjutnya dipilih metode Trussel dengan model West karena menurut Preston (2004), Metode Trussel dengan model West karena menurut Preston (2004), Metode Trussel dengan Model West sangat sesuai dengan histori Trussel dengan Model West sangat sesuai dengan histori kependudukan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada kependudukan Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara pada umumnya. Sebagai catatan,

umumnya. Sebagai catatan,

langsung merujuk pada keadaan 3 – 4 tahun dari tahun survei. langsung merujuk pada keadaan 3 – 4 tahun dari tahun survei.

Adapun langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup Adapun langkah-langkah penghitungan angka harapan hidup

http://www.manokwarikab.bps.go.id

waktu lahir

waktu lahir 1.

2. Menghitung rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) dari wanita pernah kawin menurut kelompok umur pada point satu di atas;

3. Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) pada point dua di atas pada paket program MORTPACK sub program CEBCS;

4. Kemudian gunakan Metode Trussel untuk mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir (e0) dengan menggunakan referensi

waktu 3 atau 4 tahun sebelum survey;

5. Melakukan ekstrapolasi guna mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2012.

Setelah mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2012, langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Harapan Hidup menggunakan rumus berikut:

dimana,

X

(t) : Angka Harapan Hidup pada tahun 2012.

X

(maks) : Angka Harapan Hidup maksimum = 85.

X

(min) : Angka Harapan Hidup minimum = 25.

Indeks Harapan Hidup

= (X

(t)

- X

(min)

) / (X

(maks)

- X

(min)

)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak Input rata-rata anak yang lahir hidup (ALH) dan rata-rata anak yang masih hidup (AMH) pada point dua di atas pada paket yang masih hidup (AMH) pada point dua di atas pada paket

Kemudian gunakan Metode Trussel untuk mendapatkan angka Kemudian gunakan Metode Trussel untuk mendapatkan angka dengan menggunakan referensi dengan menggunakan referensi

Melakukan ekstrapolasi guna mendapatkan angka harapan hidup Melakukan ekstrapolasi guna mendapatkan angka harapan hidup

Setelah mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun Setelah mendapatkan angka harapan hidup waktu lahir tahun 2012, langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Harapan Hidup 2012, langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Harapan Hidup

enggunakan rumus berikut: enggunakan rumus berikut:

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

: :

X

X

(maks)(maks) : :

X

X

(min)(min)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Indeks Harapan Hidup

Prosedur Penghitungan Indeks Pendidikan

Menghitung Indeks Pendidikan berbeda dengan menghitung Indeks Harapan Hidup, karena di dalam Indeks Pendidikan mengakomodir dua indikator komponen prestasi, yakni Indeks Melek Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Indeks Melek Huruf dihitung berdasarkan perubahan angka melek huruf (AMH) yang diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya. Sedangkan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dihitung berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (MYS yang dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat /kelas yang sedang atau pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kedua indeks ini diberi bobot yang berbeda. Bobot masing-masing adalah dua pertiga untuk Indeks Melek Huruf dan sepertiga untuk Indeks Rata-Rata Lama Sekolah.

Baik angka melek huruf maupun angka rata-rata lama sekolah, keduanya dihitung menggunakan data Susenas KOR, dan dalam penghitungan nilai IPM ini menggunakan variabel penduduk berusia 15 tahun ke atas. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi riil di lapangan mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum cocok untuk mendapatkan angka rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator Indek Pendidikan ini dimunculkan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

mengakomodir dua indikator komponen prestasi, yakni Indeks Melek mengakomodir dua indikator komponen prestasi, yakni Indeks Melek Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Indeks Melek Huruf Huruf dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Indeks Melek Huruf dihitung berdasarkan perubahan angka melek huruf (AMH) yang dihitung berdasarkan perubahan angka melek huruf (AMH) yang diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis baik huruf diperoleh dari variabel kemampuan membaca dan menulis baik huruf latin maupun huruf lainnya. Sedangkan Indeks Rata-Rata Lama latin maupun huruf lainnya. Sedangkan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dihitung berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (MYS Sekolah dihitung berdasarkan angka rata-rata lama sekolah (MYS yang dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yang dihitung dengan menggunakan dua variabel secara simultan, yaitu tingkat /kelas yang sedang atau pernah dijalani dan jenjang yaitu tingkat /kelas yang sedang atau pernah dijalani dan jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kedua indeks ini pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Selanjutnya kedua indeks ini diberi bobot yang berbeda. Bobot masing-masing adalah dua pertiga diberi bobot yang berbeda. Bobot masing-masing adalah dua pertiga untuk Indeks Melek Huruf dan sepertiga untuk Indeks Rata-Rata untuk Indeks Melek Huruf dan sepertiga untuk Indeks Rata-Rata

Baik angka melek huruf maupun angka rata-rata lama sekolah, Baik angka melek huruf maupun angka rata-rata lama sekolah, keduanya dihitung menggunakan data Susenas KOR, dan dalam keduanya dihitung menggunakan data Susenas KOR, dan dalam penghitungan nilai IPM ini menggunakan variabel penduduk berusia penghitungan nilai IPM ini menggunakan variabel penduduk berusia 15 tahun ke atas. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih 15 tahun ke atas. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi riil di lapangan mengingat penduduk yang mencerminkan kondisi riil di lapangan mengingat penduduk yang

http://www.manokwarikab.bps.go.id

berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum cocok untuk mendapatkan angka rata-rata sekolah sehingga belum cocok untuk mendapatkan angka rata-rata lama sekolahnya. Kedua indikator Indek Pendidikan ini dimunculkan lama sekolahnya. Kedua indikator Indek Pendidikan ini dimunculkan

dengan harapan dapat mencerminkan tingkat pendidikan/pengetahuan, dimana angka melek huruf menggambarkan persentase penduduk berusia 15 tahun ke atas yang memiliki kemampuan baca tulis dalam kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka rata-rata lama sekolah merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

Indeks Melek Huruf dihitung dengan melakukan pengolahan tabulasi data Susenas KOR tahun 2012 guna mendapatkan angka melek huruf pada tahun 2012. Pengolahannya dengan menggunakan paket program SPSS dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin) dan berkode 2 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf lainnya), kemudian membaginya dengan total jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas dikalikan dengan 100. Setelah mendapatkan angka melek huruf, maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Melek Huruf menggunakan rumus berikut:

dimana,

X

(t) : Angka Melek Huruf pada tahun 2012. Indeks Melek Huruf

= (X

(t)

- X

(min)

) / (X

(maks)

- X

(min)

)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

memiliki kemampuan baca tulis dalam kelompok penduduk secara memiliki kemampuan baca tulis dalam kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka rata-rata lama sekolah keseluruhan. Sedangkan cerminan angka rata-rata lama sekolah merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki

ndeks Melek Huruf dihitung dengan melakukan pengolahan ndeks Melek Huruf dihitung dengan melakukan pengolahan tabulasi data Susenas KOR tahun 2012 guna mendapatkan angka tabulasi data Susenas KOR tahun 2012 guna mendapatkan angka melek huruf pada tahun 2012. Pengolahannya dengan menggunakan melek huruf pada tahun 2012. Pengolahannya dengan menggunakan paket program SPSS dengan menjumlahkan kasus berkode 1 paket program SPSS dengan menjumlahkan kasus berkode 1 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin) dan berkode 2 (penduduk berusia 15 tahun ke menulis huruf latin) dan berkode 2 (penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf lainnya), kemudian atas yang dapat membaca dan menulis huruf lainnya), kemudian membaginya dengan total jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas membaginya dengan total jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas dikalikan dengan 100. Setelah mendapatkan angka melek huruf, dikalikan dengan 100. Setelah mendapatkan angka melek huruf, maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Melek Huruf maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Melek Huruf menggunakan rumus berikut:

menggunakan rumus berikut:

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

dimana, dimana,

XX

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Indeks Melek Huruf Indeks Melek Huruf

X

(maks) : Angka Melek Huruf maksimum = 100.

X

(min) : Angka Melek Huruf minimum = 0.

Berbeda halnya dengan penghitungan Indeks Melek Huruf yang menggunakan metode penghitungan langsung, maka penghitungan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dilakukan dengan metode penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot atau skor pada variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagaimana disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Skor Tahun Konversi dari Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Skor Tahun Konversi

1. Tidak pernah sekolah 0 2. Sekolah Dasar (SD) 6 3. Sekolah Menengah Pertama (SMP) 9 4. Sekolah Menengah Atas (SMA) 12 5. Diploma I (D1) 13 6. Diploma II (D2) 14 7. Akademi/ Diploma III (D3) 15 8. Diploma IV/ Sarjana (S1) 16 9. Master (S2) 18 10. Doktor (S3) 21

http://www.manokwarikab.bps.go.id

yang menggunakan metode penghitungan langsung, maka yang menggunakan metode penghitungan langsung, maka penghitungan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dilakukan dengan penghitungan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah dilakukan dengan metode penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah metode penghitungan tidak langsung. Langkah pertama adalah memberikan bobot atau skor pada variabel pendidikan tertinggi yang memberikan bobot atau skor pada variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan sebagaimana disajikan pada tabel 3.

ditamatkan sebagaimana disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Skor Tahun Konversi dari Tingkat Pendidikan Tertinggi

Tabel 3. Skor Tahun Konversi dari Tingkat Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan

yang Ditamatkan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

2. Sekolah Dasar (SD)

2. Sekolah Dasar (SD)

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)

4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

4. Sekolah Menengah Atas (SMA)

http://www.manokwarikab.bps.go.id

5. Diploma I (D1)

5. Diploma I (D1)

6. Diploma II (D2)

6. Diploma II (D2)

7. Akademi/ Diploma III (D3)

7. Akademi/ Diploma III (D3)

8. Diploma IV/ Sarjana (S1)

8. Diploma IV/ Sarjana (S1)

9. Master (S2)

Langkah selanjutnya adalah menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobot atau skornya. Secara sederhana, prosedur penghitungan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:

(f

(i )

.

YSi

)

i MYS = ---

 f

( i ) i dimana,

MYS :

f

(i)

:

Rata-Rata Lama Sekolah (dalam tahun)

frekuensi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i.

YS

(i)

:

Skor t ahun k onversi + k elas y ang diduduki – 1 (bila masih sekolah dan pernah tamat)

YS

(i)

:

Kelas yang diduduki – 1 (bila jenjang pendidikan yang sedang diduduki SD sederajat)

i :

Jenjang pendidikan (1,2,3, ..., 10)

Adapun langkah-langkah penghitungan angka rata-rata lama sekolah (MYS) menggunakan paket program pengolahan SPSS adalah sebagai berikut:

1. Menghitung jumlah penduduk berusia 15 tahun ke atas.

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Rata-Rata Lama Sekolah (dalam tahun)

Rata-Rata Lama Sekolah (dalam tahun)

frekuensi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas

frekuensi penduduk yang berusia 15 tahun ke atas

untuk jenjang pendidikan i.

untuk jenjang pendidikan i.

Skor t ahun k onversi + k elas y ang diduduki – 1

Skor t ahun k onversi + k elas y ang diduduki – 1

(bila masih sekolah dan pernah tamat)

(bila masih sekolah dan pernah tamat)

Kelas yang diduduki – 1 (bila jenjang pendidikan

Kelas yang diduduki – 1 (bila jenjang pendidikan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Adapun langkah-langkah penghitungan angka rata-rata lama Adapun langkah-langkah penghitungan angka rata-rata lama sekolah (MYS)

sekolah (MYS) sebagai berikut: sebagai berikut:

2. Melakukan konversi variabel tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan ke variabel lama sekolah seperti pada tabel 3.

3. Menghitung rata-rata lama sekolah (MYS) dengan melakukan agregat data menggunakan fungsi MEANS dalam paket program SPSS.

Setelah mendapatkan angka rata-rata lama sekolah (MYS), maka langkah selanjutnya adalah menghitung Indeks Rata-Rata Lama