• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODOLOGI

3.5 Pembangunan Manusia Bidang Perekonomian

Dalam paradigma pembangunan manusia, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. Sumber daya atau barang dan jasa itu sendiri harus pula dilihat sebagai wahana untuk meningkatkan kemampuan individu dari segi pendidikan, keterampilan, kesehatan, kemampuan dalam pergaulan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Gambar 15. Angka Melek Huruf Kabupaten Manokwari Tahun

Gambar 15. Angka Melek Huruf Kabupaten Manokwari Tahun

2008 – 2012 Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Lainnya di

2008 – 2012 Dibandingkan dengan Kabupaten/Kota Lainnya di

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Pembangunan Manusia Bidang Perekonomian

Pembangunan Manusia Bidang Perekonomian

Dalam paradigma pembangunan manusia, pendapatan adalah Dalam paradigma pembangunan manusia, pendapatan adalah alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. alat untuk menguasai sumber daya agar dapat hidup dengan layak. Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah barang Semakin besar pendapatan, maka semakin besar pula jumlah barang dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. dan jasa yang tersedia untuk mendukung standar hidup yang layak. Sumber daya atau barang dan jasa itu sendiri harus pula dilihat Sumber daya atau barang dan jasa itu sendiri harus pula dilihat

di masyarakat, dan lain sebagainya bukan barangnya itu sendiri. Dalam konteks inilah pendapatan sebagai proksi dari dimensi standar hidup yang layak, dipilih sebagai salah satu indikator pembangunan manusia, yakni Indeks Pendapatan.

Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan pembangunan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pembangunan manusia. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pembangunan manusia maka semakin tinggi pula pendapatan perkapitanya. Namun hubungan tersebut tidak bersifat otomatis. Ada daerah dengan pendapatan perkapita yang rendah tapi memiliki tingkat capaian pembangunan manusia (IPM) yang cukup tinggi. Sebaliknya ada juga daerah dengan pendapatan perkapita yang relatif tinggi tetapi capaian pembangunan manusianya tidak seimbang.

Pendapatan perkapita yang diproksi dengan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan, selama beberapa tahun terakhir menunjukan trend yang meningkat. Tahun 2004 pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari termasuk rendah yakni sebesar Rp. 573.800,- sementara pada tahun 2012 sudah jauh meningkat menjadi Rp.590.540,- Dalam lingkup wilayah Provinsi Papua Barat, tingkat pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari menempati posisi terendah keempat setelah Kabupaten Tambrauw, Raja Ampat dan Maybrat. Daerah-daerah yang rendah pendapatan perkapitanya umumnya memiliki tingkat kesulitan geografis yang cukup tinggi, seperti akses ke pasar yang cukup sulit.

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan Keterkaitan antara pendapatan perkapita dengan pembangunan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: semakin pembangunan manusia dapat dijelaskan sebagai berikut: semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, maka semakin tinggi pula tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, maka semakin tinggi pula tingkat pembangunan manusia. Sebaliknya semakin tinggi tingkat tingkat pembangunan manusia. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pembangunan manusia maka semakin tinggi pula pendapatan pembangunan manusia maka semakin tinggi pula pendapatan perkapitanya. Namun hubungan tersebut tidak bersifat otomatis. Ada perkapitanya. Namun hubungan tersebut tidak bersifat otomatis. Ada daerah dengan pendapatan perkapita yang rendah tapi memiliki daerah dengan pendapatan perkapita yang rendah tapi memiliki tingkat capaian pembangunan manusia (IPM) yang cukup tinggi. tingkat capaian pembangunan manusia (IPM) yang cukup tinggi. Sebaliknya ada juga daerah dengan pendapatan perkapita yang relatif Sebaliknya ada juga daerah dengan pendapatan perkapita yang relatif tinggi tetapi capaian pembangunan manusianya tidak seimbang. tinggi tetapi capaian pembangunan manusianya tidak seimbang.

Pendapatan perkapita yang diproksi dengan pengeluaran Pendapatan perkapita yang diproksi dengan pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan, selama beberapa tahun terakhir perkapita riil yang disesuaikan, selama beberapa tahun terakhir menunjukan trend yang meningkat. Tahun 2004 pengeluaran menunjukan trend yang meningkat. Tahun 2004 pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari termasuk rendah yakni sebesar perkapita riil Kabupaten Manokwari termasuk rendah yakni sebesar Rp. 573.800,- sementara pada tahun 2012 sudah jauh meningkat Rp. 573.800,- sementara pada tahun 2012 sudah jauh meningkat menjadi Rp.590.540,- Dalam lingkup wilayah Provinsi Papua Barat, menjadi Rp.590.540,- Dalam lingkup wilayah Provinsi Papua Barat,

http://www.manokwarikab.bps.go.id

tingkat pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari menempati tingkat pengeluaran perkapita riil Kabupaten Manokwari menempati posisi terendah keempat setelah Kabupaten Tambrauw, Raja Ampat posisi terendah keempat setelah Kabupaten Tambrauw, Raja Ampat dan Maybrat. Daerah-daerah yang rendah pendapatan perkapitanya dan Maybrat. Daerah-daerah yang rendah pendapatan perkapitanya

Gambar 16. Pengeluaran Perkapita Riil Kabupaten Manokwari Tahun 2004 – 2012 dan Keterbandingannya dengan

Provinsi Papua Barat

Berbeda halnya dengan tingkat pendapatan perkapita yang trendnya terlihat terus mengalami peningkatan, namun untuk laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas justru memperlihatkan trend yang sebaliknya. Laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas atas dasar harga konstan Kabupaten Manokwari sepanjang periode tahun 2008-2012 terus mengalami penurunan, dari sebesar 10,20 persen pada tahun 2008, kemudian turun menjadi 10,09 persen pada tahun 2009, dan terus turun menjadi hanya sebesar 8,18 persen pada tahun 2012.

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Berbeda halnya dengan tingkat pendapatan perkapita yang Berbeda halnya dengan tingkat pendapatan perkapita yang trendnya terlihat terus mengalami peningkatan, namun untuk laju trendnya terlihat terus mengalami peningkatan, namun untuk laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas justru memperlihatkan trend pertumbuhan ekonomi tanpa migas justru memperlihatkan trend yang sebaliknya. Laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas atas dasar yang sebaliknya. Laju pertumbuhan ekonomi tanpa migas atas dasar harga konstan Kabupaten Manokwari sepanjang periode tahun harga konstan Kabupaten Manokwari sepanjang periode tahun 2008-erus mengalami penurunan, dari sebesar 10,20 persen pada erus mengalami penurunan, dari sebesar 10,20 persen pada tahun 2008, kemudian turun menjadi 10,09 persen pada tahun 2009, tahun 2008, kemudian turun menjadi 10,09 persen pada tahun 2009, dan terus turun menjadi hanya sebesar 8,18 persen pada tahun 2012. dan terus turun menjadi hanya sebesar 8,18 persen pada tahun 2012.

Gambar 17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab Manokwari Tahun 2007 – 2012

Terus menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran di Kabupaten Manokwari.

Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek laju pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang lebih penting pada seberapa jauh geliat perekonomian dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemerataan dan pola konsumsi masyarakat merupakan hal yang selalu terkait untuk dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu meningkatkan pendapatan rata-rata masyarakat terkadang masih memiliki suatu peluang untuk memunculkan suatu masalah

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Terus menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini Terus menurunnya laju pertumbuhan ekonomi ini disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sebagai disebabkan oleh meningkatnya laju pertumbuhan penduduk sebagai akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran di Kabupaten akibat dari masih tingginya tingkat kelahiran di Kabupaten

Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak Upaya meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat tidak hanya diukur dari aspek laju pertumbuhan ekonomi semata tetapi hanya diukur dari aspek laju pertumbuhan ekonomi semata tetapi yang lebih penting pada seberapa jauh geliat perekonomian dapat yang lebih penting pada seberapa jauh geliat perekonomian dapat dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemerataan dan pola dinikmati oleh masyarakat sehingga aspek pemerataan dan pola konsumsi masyarakat merupakan hal yang selalu terkait untuk konsumsi masyarakat merupakan hal yang selalu terkait untuk dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu dicermati. Asumsi bahwa laju pertumbuhan ekonomi akan mampu

ketimpangan pendapatan. Dari pengukuran disparitas (ketimpangan) pendapatan penduduk dengan menerapkan indeks Gini Ratio pada masyarakat Kabupaten Manokwari sepanjang tahun 2012, terbukti bahwa pertumbuhan ekonomi di atas ternyata tidak diimbangi dengan pemerataan pembagian pendapatan dalam masyarakat. Dan hal ini justru akan membuat kesenjangan semakin melebar antar kelompok pendapatan. Dalam kurun waktu tahun 2007 – 2012, angka gini ratio Kabupaten Manokwari menunjukan keecenderungan meningkat. Dari hanya sebesar 0,38 pada tahun 2007 meningkat menjadi 0,47 pada tahun 2012. Dengan semakin meningkatnya angka gini rasio dari tahun ke tahun jelas mengindikasikan bahwa telah terjadi ketimpangan dalam pola distribusi pendapatan masyarakat yang semakin melebar.

Gambar 18. Angka Gini Rasio Kab Manokwari Tahun 2007 – 2012

Pendekatan lainnya yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemerataan pendapatan adalah Tingkat Kemerataan Menurut Bank Dunia. Bank Dunia mengelompokkan penduduk ke dalam tiga

http://www.manokwarikab.bps.go.id

bahwa pertumbuhan ekonomi di atas ternyata tidak diimbangi bahwa pertumbuhan ekonomi di atas ternyata tidak diimbangi dengan pemerataan pembagian pendapatan dalam masyarakat. Dan dengan pemerataan pembagian pendapatan dalam masyarakat. Dan hal ini justru akan membuat kesenjangan semakin melebar antar hal ini justru akan membuat kesenjangan semakin melebar antar kelompok pendapatan. Dalam kurun waktu tahun 2007 – 2012, kelompok pendapatan. Dalam kurun waktu tahun 2007 – 2012, angka gini ratio Kabupaten Manokwari menunjukan keecenderungan angka gini ratio Kabupaten Manokwari menunjukan keecenderungan meningkat. Dari hanya sebesar 0,38 pada tahun 2007 meningkat meningkat. Dari hanya sebesar 0,38 pada tahun 2007 meningkat menjadi 0,47 pada tahun 2012. Dengan semakin meningkatnya menjadi 0,47 pada tahun 2012. Dengan semakin meningkatnya angka gini rasio dari tahun ke tahun jelas mengindikasikan bahwa angka gini rasio dari tahun ke tahun jelas mengindikasikan bahwa telah terjadi ketimpangan dalam pola d

telah terjadi ketimpangan dalam pola d masyarakat yang semakin melebar.

masyarakat yang semakin melebar.

Gambar 18. Angka Gini Rasio Kab Manokwari Tahun 2007 – 2012

Gambar 18. Angka Gini Rasio Kab Manokwari Tahun 2007 – 2012

kelompok sesuai dengan besarnya pendapatan, yakni 40% penduduk dengan pendapatan terendah, 40% penduduk dengan pendapatan menengah dan 20% penduduk dengan pendapatan tertinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok penduduk yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh penduduk. Apabila persentasenya kurang dari 12 persen, maka termasuk dalam kategori ketimpangan tinggi, apabila berada diantara 12-17 persen kategori ketimpangan sedang dan apabila lebih dari 17 persen maka kategori ketimpangan rendah.

Tabel 16. Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Kabupaten Manokwari Menurut Bank Dunia Tahun 2011-2012

Tahun 40 persen terbawah

40 persen menengah

20 persen

tertinggi Gini Ratio

2011 14,26 37,36 48,38 0,43 2012 15,84 37,68 46,48 0,47

Sumber: Susenas, 2011-2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa meskipun terjadi kenaikan koefisien gini dari 0,43 pada tahun 2011 menjadi 0,47 pada tahun 2012, namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi ketimpangan sedang. Menurut Oshima, jika nilai gini rasio di bawah 0,3 maka dikatakan ketimpangan rendah, jika nilai gini rasio berada antara 0,3 – 0,5 maka dikatakan ketimpangan sedang, dan bila nilai

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok penduduk yang jumlah pendapatan penduduk dari kelompok penduduk yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan dengan total pendapatan berpendapatan 40% terendah dibandingkan dengan total pendapatan seluruh penduduk. Apabila persentasenya kurang dari 12 persen, seluruh penduduk. Apabila persentasenya kurang dari 12 persen, maka termasuk dalam kategori ketimpangan tinggi, apabila berada maka termasuk dalam kategori ketimpangan tinggi, apabila berada diantara 12-17 persen kategori ketimpangan sedang dan apabila lebih diantara 12-17 persen kategori ketimpangan sedang dan apabila lebih dari 17 persen maka kategori ketimpangan rendah.

dari 17 persen maka kategori ketimpangan rendah.

Tabel 16. Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Kabupaten

Tabel 16. Ukuran Tingkat Pemerataan Pendapatan di Kabupaten

Manokwari Menurut Bank Dunia Tahun 2011-2012

Manokwari Menurut Bank Dunia Tahun 2011-2012

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

terbawah

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

40 persen

http://www.manokwarikab.bps.go.id

menengah

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

2011 14,26 37,36 48,38 0,43 2011 14,26 37,36 48,38 0,43 2012 15,84 37,68 46,48 0,47 2012 15,84 37,68 46,48 0,47

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

http://www.manokwarikab.bps.go.id

Sumber: Susenas, 2011-2012 Sumber: Susenas, 2011-2012

Dari tabel di atas terlihat bahwa meskipun terjadi kenaikan Dari tabel di atas terlihat bahwa meskipun terjadi kenaikan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

koefisien gini dari 0,43 pada tahun 2011 menjadi 0,47 pada tahun koefisien gini dari 0,43 pada tahun 2011 menjadi 0,47 pada tahun 2012, namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi 2012, namun status ketimpangan pendapatan masih pada posisi ketimpangan sedang. Menurut Oshima, jika nilai gini rasio di bawah ketimpangan sedang. Menurut Oshima, jika nilai gini rasio di bawah

gini rasio di atas 0,5 maka dikatakan ketimpangan tinggi. Dilihat dari tingkat kemerataan menurut Bank Dunia pun, tingkat ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari juga masih termasuk dalam kategori ketimpangan sedang, hal ini ditunjukkan oleh proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk yang masih berada antara 12 – 17 persen selama tahun 2011 – 2012. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai “ketimpangan moderat”. Artinya selama tahun 2011 – 2012 ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari tidak mengalami perubahan menuju kondisi membaik bahkan semakin memburuk.

Namun meskipun demikian, tampaknya justru pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Manokwari secara umum dapat dikatakan membaik. Hal ini terlihat dari proporsi pengeluaran penduduk untuk makanan sebesar 45,26 persen pada tahun 2011 telah menurun menjadi 42,56 persen pada tahun 2012. Di sisi lain, berkurangnya proporsi konsumi makanan akan menyebabkan proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 54,74 persen pada tahun 2011 menjadi 57,44 persen pada tahun 2012. Dalam teori ekonomi kesejahteraan, meningkatnya proporsi konsumsi non makanan berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat. (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, 1992). Peningkatan relatif proporsi konsumsi non makanan ini dimungkinkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang juga disertai oleh peningkatan pengeluaran rumah tangga untuk pendidikan, kesehatan dan perumahan. Dengan demikian kegiatan

http://www.manokwarikab.bps.go.id

kategori ketimpangan sedang, hal ini ditunjukkan oleh proporsi kategori ketimpangan sedang, hal ini ditunjukkan oleh proporsi pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap pengeluaran dari kelompok penduduk 40 persen terbawah terhadap total pengeluaran seluruh penduduk yang masih berada antara 12 – total pengeluaran seluruh penduduk yang masih berada antara 12 – 17 persen selama tahun 2011 – 2012. Kondisi ini bisa dikatakan 17 persen selama tahun 2011 – 2012. Kondisi ini bisa dikatakan sebagai “ketimpangan moderat”. Artinya selama tahun 2011 – 2012 sebagai “ketimpangan moderat”. Artinya selama tahun 2011 – 2012 ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari tidak mengalami ketimpangan pendapatan di Kabupaten Manokwari tidak mengalami perubahan menuju kondisi membaik bahkan semakin memburuk. perubahan menuju kondisi membaik bahkan semakin memburuk.

Namun meskipun demikian, tampaknya justru pengeluaran Namun meskipun demikian, tampaknya justru pengeluaran rumah tangga di Kabupaten Manokwari secara umum dapat rumah tangga di Kabupaten Manokwari secara umum dapat dikatakan membaik. Hal ini terlihat dari proporsi pengeluaran dikatakan membaik. Hal ini terlihat dari proporsi pengeluaran penduduk untuk makanan sebesar 45,26 persen pada tahun 2011 penduduk untuk makanan sebesar 45,26 persen pada tahun 2011 telah menurun menjadi 42,56 persen pada tahun 2012. Di sisi lain, telah menurun menjadi 42,56 persen pada tahun 2012. Di sisi lain, berkurangnya proporsi konsumi makanan akan menyebabkan berkurangnya proporsi konsumi makanan akan menyebabkan proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 54,74 persen pada proporsi konsumsi non makanan meningkat dari 54,74 persen pada tahun 2011 menjadi 57,44 persen pada tahun 2012. Dalam teori tahun 2011 menjadi 57,44 persen pada tahun 2012. Dalam teori ekonomi kesejahteraan, meningkatnya proporsi konsumsi non ekonomi kesejahteraan, meningkatnya proporsi konsumsi non

http://www.manokwarikab.bps.go.id

makanan berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan makanan berdampak terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat. (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, 1992). masyarakat. (Kementerian Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, 1992). Peningkatan relatif proporsi konsumsi non makanan ini Peningkatan relatif proporsi konsumsi non makanan ini dimungkinkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang juga dimungkinkan oleh peningkatan pendapatan masyarakat yang juga

dan pengeluaran rumah tangga juga telah memberikan kontribusi bagi meningkatnya pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Manokwari.