• Tidak ada hasil yang ditemukan

xxii terhadap sumberdaya ini, termasuk lembaga pemerintahan, peneliti,

ANALISIS: SDA, KEBIJAKAN, FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL

3.2 Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian menggunakan teknik survei dengan aspek yang dikaji meliputi kondisi fisik, biologi, ekonomi, sosial, budaya lokasi, aksesibilitas, sarana dan prasarana dasar, serta kebijakan dan kelembagaan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan: (1) melakukan inventarisasi dan menggali sumber-sumber data sekunder, (2) melakukan pengamatan atau observasi langsung di

lokasi penelitian, serta (3) melakukan wawancara semi terstruktur (wawancara dengan responden kunci dan wawancara kelompok terfokus).

1) Inventarisasi dan menggali sumber-sumber data sekunder. Inventarisasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data sekunder dari berbagai sumber diantaranya dari instansi/lembaga pemerintah dan non pemerintah/swasta baik yang berada di pusat maupun di daerah, serta berbagai buku pustaka dan sumber informasi lainnya, untuk mengetahui kondisi saat ini (existing conditions) dari lokasi penelitian. Data sekunder yang diinventarisasi diantaranya meliputi:

(1) Peta lokasi dan tata ruang wilayah penelitian; (2) Profil pulau-pulau kecil;

(3) Data statistik Kabupaten Pangkep dalam Angka; (4) Laporan tahunan;

(5) Kebijakan dan hukum/peraturan terkait;

(6) Rencana kebijakan dan strategi pengelolaan pulau-pulau kecil; (7) Data sekunder lainnya terkait dengan materi penelitian.

2) Pengamatan atau observasi. Pengamatan secara langsung di lapangan dilakukan untuk mengetahui dan memberikan pemahaman secara langsung terhadap beberapa kondisi pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan mencakup:

(1) Pengamatan terhadap keenam pulau meliputi kondisi fisik daratan, perairan, dan kemudahan aksesibilitas menuju lokasi.

(2) Pengamatan terhadap aktivitas masyarakat pulau meliputi aspek ekonomi, politik, sosial, budaya dan kelembagaan.

(3) Pengamatan terhadap sarana dan prasarana dasar yang ada meliputi transportasi, penerangan, pendidikan, air bersih, sarana tambat kapal, serta sarana pendukung lainnya.

(4) Pengamatan terhadap pengembangan kegiatan yang dianggap paling sesuai atau tepat bagi kawasan meliputi:

(i) kegiatan perikanan tangkap: data sebaran terumbu karang dan spesies-spesies asosiasinya (ikan karang ekonomis penting dan merupakan komoditas spesifik pulau kecil), teknologi cara penangkapan ikan karang ekonomis yang dilakukan masyarakat, fasilitas penangkapan, daerah penangkapan, dan pemasaran.

(ii) kegiatan budidaya: jenis komoditas yang dibudidayakan, lokasi, teknologi, pengolahan pasca panen, dan pemasaran.

(iii) kegiatan konservasi: peraturan penetapan wilayah konservasi, pemahaman masyarakat atas konservasi, dan kesesuaian zonasi. (iv) kegiatan wisata bahari: lokasi, potensi sumberdaya daratan dan

perairan, sarana dan prasarana pendukung, pemahaman masyarakat, serta dukungan pemerintah daerah.

3) Wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan berdasarkan pada beberapa pertanyaan dan topik yang sudah ditentukan sebelumnya, berupa daftar kuesioner yang fleksibel sehingga memungkinkan terjadinya pengembangan topik pada saat wawancara dilangsungkan. Wawancara dilaksanakan dengan dua cara yaitu:

(1) Wawancara dengan responden kunci (key person) yang memiliki kepentingan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil untuk mendapatkan informasi dan gambaran saat ini beserta harapan, kendala, dan usulan-usulan dalam pengelolaan pulau-pulau kecil. Responden kunci di tingkat pusat meliputi: Direktur Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Akses dan Akselerasi Investasi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Identifikasi Potensi Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Sarana dan Prasarana Pulau-pulau Kecil DKP, Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Ekosistem Pulau-pulau Kecil DKP, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia, Sekretaris Jenderal Masyarakat Pariwisata Indonesia, Ahli Hukum Investasi, pemerhati lingkungan Perkumpulan Telapak, dan Pembina Program Mitra Bahari Regional Sulawesi Selatan beserta mitra perguruan tinggi. Responden kunci di tingkat daerah Kabupaten Pangkep meliputi: Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Bina Usaha dan Kelembagaan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Pembinaan dan Pengawasan Dinas Kelautan dan Perikanan, Kepala Bidang Perikanan Tangkap dan Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan, Ketua Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kepala Dinas Pariwisata, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kepala Kantor Perizinan Satu Atap, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah, tokoh

masyarakat formal/informal, lembaga swadaya setempat, pemilik alat tangkap dan kapal, serta pihak terkait lainnya.

(2) Wawancara kelompok terfokus (focus group discussion/FGD) dilakukan untuk memperoleh alternatif kegiatan yang paling sesuai sebagai rumusan rekomendasi kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil di Kawasan Kapoposan. Wawancara kelompok terfokus dilakukan di pusat sebanyak tiga kali dan di daerah sebanyak dua kali, yang dihadiri para pakar di bidang kelautan, perikanan dan wisata bahari yang diasumsikan memiliki pengetahuan yang cukup serta dianggap mampu mengidentifikasi faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam perumusan kebijakan pengelolaan pulau-pulau kecil ke depan. Wawancara di pusat dengan melibatkan Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP), Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar), Departemen Lingkungan Hidup (KLH), Masyarakat Pariwisata Indonesia (MPI), Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia (Gahawisri), Kamar Dagang dan Industri (Kadin), WWF Indonesia, Perkumpulan Telapak, Yayasan Kehati, Pembina Program Mitra Bahari (PMB) serta mitra perguruan tinggi (wakil dari Universitas Indonesia, Institut Pertanian Bogor, Universitas Lampung, dan Universitas Hasanuddin). Salah satu hasil FGD adalah adanya kesepakatan instansi yang mewakili dalam pengisian kuesioner yaitu: Departemen Kelautan dan Perikanan meliputi pejabat eselon II dan III lingkup Direktorat Pemberdayaan Pulau-pulau Kecil-Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mewakili Pemerintah Pusat; Perkumpulan Telapak mewakili non goverment organization/lembaga swadaya masyarakat; Universitas Hasanuddin mewakili lembaga pendidikan/perguruan tinggi; dan Gabungan Pengusaha Wisata Bahari Seluruh Indonesia mewakili dunia usaha/korporat/investor (baik dari dalam maupun luar negeri). Sedangkan di daerah, wawancara dilakukan bersama Bupati dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pangkep, dengan hasil kesepakatan pengisian kuesioner dilakukan oleh: Pejabat lingkup Eselon II dan III Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Dinas Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, Kantor Perizinan Satu Atap, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD). Untuk tokoh masyarakat Kawasan Kapoposan

disepakati adalah Camat Kecamatan Liukang Tuppabiring, Kepala Desa Mattiro Ujung, Kepala Desa Mattiro Mattae, pengumpul ikan karang ekonomis (ponggawa sunu), ketua kelompok mantan pembudidaya rumput laut, ketua karang taruna, serta guru agama/ketua pengurus mesjid di Pulau Kapoposan.