• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. METODE PENELITIAN

4.5 Metode Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dari wawancara dengan pengelola kawasan Balai KSDA Jawa Tengah, baik yang berada di kantor balai (1 orang Ka.Balai dan 2 orang staf bidang pemanfaatan) di Semarang maupun yang ada di seksi wilayah (2 orang Ka. Seksi Wilayah), para pengumpul ular, para pemburu/penangkap ular, studi literatur berupa text book, data hasil penelitian sebelumnya, jurnal serta literatur yang relevan dengan penelitian ini.

Data primer ekologi diperoleh dengan pendekatan pengamatan langsung (observational approach) di lapangan (Goodall 1970 dalam Jhonson dan Bhattacharyya 1987). Pertama, yaitu dengan mendatangi lokasi yang menjadi habitat ular jali untuk memperoleh data dan informasi tentang komponen-komponen yang merupakan bagian dari karakteristik habitat ular tersebut. Unit contohnya adalah titik lokasi berupa lubang sarang ular jali. Kedua, dengan melihat karakteristik morfometri di lokasi tangkap dan di tempat para pengumpul

tangkap di lokasi pencarian ular jali tersebut.

4.5.1. Pola Tata Niaga

Kebutuhan manusia akan satwa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sejarah kehidupan manusia. Baik untuk keperluan asupan energi dan protein (daging, susu dll) maupun untuk kepentingan kesenangan (piaraan) dan bahan eksporasi bagi para peneliti. Peningkatan kebutuhan tersebut membentuk pasar perdagangan satwa (Yuwono 1998).

Oleh karena itu, perlu diketahui kondisi tata niaga dan kondisi pasar reptil, khususnya ular jali, terutama di Jawa Tengah sebagai salah satu wilayah penghasil/penangkapan di alam. Informasi diperoleh dengan melakukan wawancara kepada asosiasi (1 orang), eksportir (2 orang), para pengumpul besar (6 orang), pengumpul sedang (3 orang), pengumpul kecil (4 orang) dan pemburu/penangkap di lapangan (4 orang). Beberapa informasi yang dikumpulkan adalah : para pelaku, struktur dan rantai tata niaga ular jali di wilayah Jawa Tengah

4.5.2. Data Kelimpahan Relatif

Populasi ular di suatu wilayah dapat diketahui dengan mengetahui kelimpahan satwa tersebut dalam suatu habitat. Kelimpahan ini ada dua kelompok, yaitu kelimpahan absolut dan kelimpahan relatif (PBC 1998). Masing-masing kelimpahan ini ada kelemahan dan kekuatan Masing-masing-Masing-masing, tergantung dari tujuan penelitian dan sumberdaya yang tersedia dalam pelaksanaannya. Masing-masing kelimpahan tersebut juga mempunyai metode pengambilan data yang berbeda-beda, yang disesuaikan dengan pendekatan tujuan penelitian, sumberdaya yang ada dan situasi serta kondisi lapangan. Kelimpahan relatif digunakan untuk memperkirakan ukuran populasi ular walupun seringkali bias. Namun demikian apabila dilakukan dengan metode yang benar dan sesuai serta dengan sumberdaya yang intensif, pada data yang terkumpul banyak akan memberikan data dan informasi yang valid dan bermanfaat (PBC 1998).

relatif dengan metode Quadrat Searches dan Time-constained Search (berdasarkan Inventory Methods for Snakes – Standards for Components of British Colombia’s Biodiversity No. 38. Tahun 1998) (PBC 1998). Pemilihan metode ini dengan memperhitungkan karakteristik dan kondisi spesies ular yang diamati dan kemampuan pengamat, dengan keterbatasan waktu, tenaga pengamat dan biaya.

4.5.3. Data Morfometri

Data morfometri ular jali tersebut diperoleh dengan metoda focal animal sampling, dengan mencatat berbagai karakteristik morfologi dari ular jali yang tertangkap atau diperoleh di pengumpul dengan kondisi ular masih hidup. Diperoleh 159 ekor ular yang dapat dicatat morfometrinya. Data yang dikumpulkan yaitu :

1. Panjang Ular.

Panjang ular yang diukur meliputi panjang total (yaitu panjang dari ujung kepala ke ujung ekor), SVL/Snout-vent length (yaitu panjang dari ujung kepala hingga lubang kloaka) dan panjang ekor (yaitu panjang total – SVL atau panjang dari kloaka hingga ujung ekor).

2. Berat tubuh.

Berat tubuh ini diukur dengan memasukkan ular ke dalam karung kain dan ditimbang menggunakan timbangan pegas.

3. Jenis kelamin.

Perbedaan jenis kelamin pada ular dapat diketahui dengan pemeriksaan keberadaan hemipenisdengan cara menekan tepi kloaka. Apabila kelihatan maka jenis kelamin jantan dan apabila tidak nampak berarti betina.

4.5.4. Karakteristik Habitat

Data karakteristik habitat ini merupakan berbagai informasi yang terdapat di lokasi habitat ditemukannya ular jali tersebut. Diperoleh 48 lubang yang diidentifikasi merupakan sarang ular jali. Karakteristik habitat yang ingin diketahui yaitu kondisi kelembaban tanah dan lubang sarang, suhu tanah dan

dari sumber air dan kelerengan. Metode pengumpulan data komponen habitat ular jali tersebut adalah sebagai berikut :

4.5.4.1. Kelembaban dan suhu lubang sarang. Digunakan alat Thermo-higrometer (digital), dengan memasukkan ujung alat, berupa sensor yang terhubung kabel ke alat tersebut dan akan muncul pada layar nilai dari kelembaban dan suhunya. Satuan alat ini adalah Relative Humidity (RH) untuk kelembaban dan oC (derajat celsius) untuk suhu.

4.5.4.2. Kelembaban tanah dan pH tanah. Komponen habitat ini diukur dengan menggunakan pH-moisture meter, berupa stick ganda (panjang sekitar 25 cm), yaitu dengan menancapkan ke dalam tanah, maka akan terlihat jarum menunjukkan angka yang merupakan nilai dari kelembaban dan pH tanah. 4.5.4.3. Suhu tanah. Suhu tanah diukur dengan termometer air raksa khusus

tanah, yaitu berupa tabung kaca kapiler berisi air raksa dengan penutup besi anti karat dengan bagian terbuka untuk membaca skala derajat celsius yang akan bergerak sesuai suhu tanah, ketika ditancapkan di tanah.

4.5.4.4. Ketinggian tempat. Pengukuran ketinggian tempat digunakan GPS receiver yang didalamnya terdapat pengukuran ketinggian tempat dari informasi GPS tersebut. GPS receiver sebelum digunakan telah dilakukan kalibrasi ke tepi pantai atau di lokasi yang telah distandarkan posisi koordinatnya, seperti lokasi Lapangan/Bandara Udara. Satuan dari ketinggian tempat ini adalah meter dari permukaan laut (m.dpl).

4.5.4.5. Jarak pemukiman dan jarak dari sumber air. Jarak tersebut diukur dengan meteran dan dibantu dengan perhitungan dengan GPS receiver dengan mengukur antar titik koordinat yang ditentukan di lubang sarang dan lokasi pemukiman terdekat. Satuan yang digunakan adalah meter (m). 4.5.4.6. Kelerengan. Pengukuran kelerengan dilakukan dengan bantuan peta

DEM (Digital elevation model) dengan pengkelasan menurut SK Menteri Pertanian No. 837/Kpts/II/1980 tentang Kriteria dan Tata Cara Penetapan Hutan Lindung.

Hasil pengamatan dan pengambilan data dicatat dalam tallysheetyang telah dipersiapkan.

Dokumen terkait