• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Morfometri Ular Jali

Pengamatan morfometri pada ular jali dilakukan untuk mengetahui ukuran-ukuran yang ada pada individu tersebut, dengan harapan dapat diperoleh ukuran-ukuran penciri dari ular jali dan juga untuk mengetahui kecenderungan kelas ukuran yang banyak ditangkap oleh para pemburu ular. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya (Boeadi 1989; Mumpuni 2002; Sidik 2006), beberapa ukuran tubuh yang perlu diketahui adalah panjang total (PT), panjang snout vent lenght (SVL), panjang ekor (PE) dan berat ular (BB).

Berdasarkan dari hasil pengukuran morfometri ular jali yang diperoleh selama pengamatan yaitu 159 ekor maka rata-rata panjang total(PT) ular jali yang diperoleh adalah 189.6478, seperti pada Tabel 7 dan 8 berikut.

Tabel 7 Hasil analisis deskriptif morfometri ular jali (gabungan) No Ket. Gabungan (N = 159) PT SVL PE BB 1 mean 189.6478 141.4969 48.1510 0.9424 2 Median 193 142 49 0.87 3 Standev 18.7373 13.5277 8.5826 0.2696 4 Min 145 110 25 0.4 5 Max 251 199 81 1.71

Menurut van Hoesel (1959), ciri-ciri lain yang dimiliki ular jali (P.mucosus) adalah memiliki panjang badan hingga 360 cm, dengan rata-rata 250 cm. Berdasarkan pengamatan Boeadi et al.(1998), terhadap 174 ekor ular, yang terdiri dari 102 ekor jantan dan 72 ekor betina diperoleh informasi rata-rata ukuran SVL ular jali yang dipanen, untuk jantan: 141,54 cm dan betina: 132,9 cm; panjang ekor untuk jantan: 48,13 cm dan betina: 46,52 cm; ukuran body mass untuk jantan: 0,8849 kg dan betina: 0,6575 kg.

Tabel 8 Hasil analisis deskriptif morfometri ular jali (tiap jenis kelamin)

No Ket. Jantan (N = 75) Betina ( N = 84)

PT SVL PE BB PT SVL PE BB 1 mean 191.987 142.667 49.320 0.954 187.560 140.450 47.107 0.932 2 median 194 145 49 0,87 191 142 48 0.885 3 standev 20.120 14.092 9.737 0.284 17.285 12.999 7.304 0.257 4 Min 145 112 25 0,45 149 110 30 0.4 5 max 251 199 81 1,71 230 174 75 1.55

Hasil analisis deskriptif dari morfologi ular jali yang tersaji pada Tabel 8, menunjukkan bahwa ular jali jantan mempunyai rata-rata ukuran (panjang total, SVL dan panjang ekor) yang lebih besar dibandingkan ular jali betina. Sesuai yang disampaikan Boeadi et al. (1998) dan Auliya (2010), bahwa salah satu ciri pembeda pada umur yang sama, ukuran ular jali jantan lebih panjang dibandingkan betina. Berdasarkan hasil uji T terhadap nilai rata-rata pada peubah morfometri ular jali menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara ukuran jenis kelamin jantan dan betina (p-value > 0.05). Out put hasil analisis tersaji dalam Lampiran 4. Hasil tersebut berbeda dengan yang disampaikan Boeadi et al. (1998), bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap panjang tubuh jantan dan betina ular jali. Hal ini menunjukkan bahwa

ular-ular jali yang tertangkap mempunyai rata-rata ukuran yang hampir sama (tidak berbeda nyata) antara jenis kelamin jantan dan betina.

Pengukuran morfometri ini untuk melihat kecenderungan perubahan terhadap ukuran tubuh ular jali terhadap kondisi lingkungan/habitatnya. Menurut Kurniati et al.1997, morfologi anggota tubuh dari suatu jenis binatang merupakan hasil sebuah proses adaptasi terhadap lingkungan yang antara lain berupa seleksi terhadap ukuran tubuh bila mana terdapat beberapa tekanan seperti kelimpahan mangsa, kompetisi makanan secara interspesifik dan intraspesifik, seleksi ukuran mangsa dan sistem sosial intraspesifik. Oleh sebab itu adanya variasi ukuran ular jali dapat dipengaruhi jumlah dan jenis pakan, kondisi suhu rata-rata lingkungan dan faktor lainnya.

Menurut Dorcas et al. (2004), pentingnya mengetahui ukuran tubuh ular, terutama berat tubuh (body mass) dan suhu tubuh, karena dapat digunakan dalam memahami banyak aspek ekologi ular tersebut. Ukuran tubuh ular juga mempengaruhi tingkat metabolisme (tingkat kebutuhan pakan) dan perannya dalam sistem tropik (rantai makanan). Namun demikian, pada pengamatan ini tidak mendalam hingga hal-hal tersebut.

Berdasarkan pengelompokan ular jali yang diukur di tingkat pemburu, pemburu sedang dan pemburu besar di salah satu jalur yang bermuara di UD. Welang Sakti-Boyolali (sebagai pengumpul besar), diperoleh perbandingan jumlah ular jali sebagai berikut (Gambar 5):

Gambar 5 Perbandingan rata-rata ukuran ular jali di tingkat pemburu-pengumpul Besar di Kabupaten Boyolali.

Histogram diatas menunjukkan bahwa terdapat rata-rata dari ukuran ular jali yang hampir sama di tingkat pemburu, pengumpul sedang dan pengumpul besar.

Hasil analisa dengan uji Kruskal-Wallis (Lampiran 5) menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan (p-value > 0.05) dari nilai rata-rata ukuran panjang total dan SVL di tingkat pemburu, pengumpul sedang dan pengumpul besar. Hal ini menunjukkan bahwa di semua tingkat pengumpul ukuran ular jali yang diperoleh hampir sama. Kondisi ini didorong oleh kelas ukuran ular jali yang telah distandarkan pada mekanisme pasar ular jali, yang ditetapkan secara konsensus, sesuai dengan tingkatan nilai ekonomis (harga pasar) yang berkembang.

Di dalam beberapa pengamatan dan penelitian sebelumnya terkait dengan morfometri ular jali diperoleh data dan informasi nilai rata-rata SVL serta panjang total dan panjang ekor dari ular jali, apabila dibandingkan dengan hasil pengamatan pada saat ini, dapat disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9 Ukuran ular jali berdasarkan jenis kelamin periode tahun 1996-2012 Periode okt - nov

96* juni 1998* mei-juni 2007* mei-juni 2007* april-mei 2012** Sex Jtn Btn Jtn Btn Jtn Btn Jtn+Btn Jtn Btn Ukuran Contoh n=32 n=53 n=102 n=113 n=4 n=16 n=40 n=75 n=84 SVL (mean) 125.8 139 137.7 136.6 131.2 133.8 145.2 142.7 140.5 SVL (SD) 14.4 18.1 9.8 15.1 14.9 10.5 17.3 14.1 12.9 SE 2.54 2.49 0.97 1.42 7.45 2.63 2.74 1.63 1.42 PE (mean) 44.6 48.2 45.7 48.2 46.7 47.4 48.8 49.3 47.1 PE (SD) 8.1 8.1 4.2 5.3 9.6 3.7 11.6 9.7 7.3

Ket: * Menurut Auliya (2010) ** Hasil Pengamatan (2012)

Pada Tabel 9 yang merupakan perbandingan ukuran ular jali dengan hasil penelitian sebelumnya, mempunyai kisaran rata-rata(mean) panjang SVL yang hampir sama, bahkan mengalami peningkatan ukuran panjang. Hal ini dimungkinkan karena banyak faktor, diantaranya yaitu semakin bertambah banyaknya pemburu/penangkap ular yang berusaha mendapatkan kelas ukuran yang maksimal walaupun jumlah tangkapan semakin berkurang, sedangkan pada periode sebelum tahun 2000, dengan pemburu yang relatif masih sedikit dan populasi masih banyak, kecenderungan diperoleh ular dalam jumlah yang cukup banyak dengan kelas ukuran yang lebih beragam.

5.3.1. Kelas Ukuran Ular Jali Tertangkap

Para pelaku perdagangan baik para pemburu/penangkap hingga pengumpul besar dan eksportir telah menentukan kelas ukuran (grade) ular jali yang secara ekonomis bernilai di pasar. Kelas ukuran tersebut ditentukan dari berat/bobot ular jali hidup, yaitu kelas ukuran 0.6 kg, 0.7 kg, 0.8 kg dan > 1 kg. Di bawah ini disampaikan grafik perbandingan persentase ular jali tertangkap berdasarkan perbedaan kelas ukuran di tiga pengumpul di Jawa Tengah.

Gambar 6 Persentase penerimaan ular jali berdasarkan kelas ukuran (grade) di beberapa pengumpul.

Berdasarkan kelas ukuran ular jali yang dicari oleh para pemburu/penangkap di lokasi, tidak semua mendapatkan kelas ukuran yang sama sesuai harapan para penangkap dan keinginan pengumpul untuk mendapat kelas ukuran yang terbaik. Selama pengamatan di lapangan berlangsung, diperoleh data rekapitulasi perolehan ular jali dan ukurannya selama 3(tiga) bulan dari 2 pengumpul besar yaitu UD. Indonesia Fauna (Cilacap) dan UD. Naga Puspa (Pati), serta dari seorang pengumpul sedang, Pak Dalmadi (Boyolali) (Gambar 7). Sebagian besar ular jali yang diperoleh UD. Indonesia Fauna sebesar 70 %, merupakan ular dengan kelas ukuran > 1 kg, di Pak Dalmadi sebesar 40 %, sedangkan di UD. Naga Jaya hanya 17 % dari hasil tangkapan. Kondisi ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kondisi kelas ukuran yang diperoleh dari

daerah tangkap di Cilacap dan sekitarnya (bagian barat wilayah Jawa Tengah) dan dari daerah Pati dan Boyolali (mewakili wilayah bagian timur dari Jawa Tengah).

Hasil yang diperoleh UD Indonesia Fauna, dengan prosentase terbesar pada kelas ukuran >1 kg, adalah sesuai kondisi yang diharapkan. Jika perburuan ular dan pemanfaatan ular jali diutamakan pada kelas ukuran tersebut, maka dapat memberikan kesempatan individu-individu di kelas ukuran dibawahnya untuk tumbuh dan berkembang biak, sehingga kelimpahan populasinya di alam tetap terjamin.

Hasil tangkapan atau perolehan ular jali yang berbeda proporsi kelas ukuran tersebut, dapat dijadikan suatu asumsi awal dari suatu kondisi struktur populasi ular jali di masing-masing wilayah penangkapan, akan tetapi akan bias apabila dihubungkan dengan upaya perolehan oleh pemburu yang berusaha mendapatkan ukuran ular sebesar-besarnya.

Berdasarkan presentase hasil ular jali yang diperoleh di tingkat pemburu, pengumpul sedang dan pengumpul besar di satu jalur distribusi yang bermuara ke pengumpul besar UD Welang sakti–Boyolali diperoleh grafik pada Gambar 7. Kondisi proporsi yang hampir sama, persentase ular jali yang diterima di tingkat pengumpul sedang dan pengumpul besar, yaitu terbesar pada kelas ukuran > 1 kg, akan tetapi sedikit berbeda pada tingkat pemburu dengan persentase terbesar pada kelas ukuran 0.8 kg. Penangkapan ular dengan ukuran besar adalah terbukti sebagian besar (56%) ular jali yang ditangkap mempunyai kelas ukuran > 0.8 kg.

Gambar 7 Perbandingan persentase penerimaan ular jali berdasarkan kelas ukuran di tingkat pemburu–pengumpul besar.

Hal ini dikarenakan adanya dorongan nilai ekonomis (harga) yang semakin besar dari ukuran kelas yang semakin besar pula. Panenan di kelas ukuran lebih dari 0.7 kg perlu adanya monitoring terutama berdasarkan jenis kelamin ular jali yang tertangkap. Meskipun semakin besar akan semakin besar nilai ekonomisnya, pada kelas ukuran tersebut ular jali betina mempunyai tingkat reproduksi yang optimal, sehingga panenan di kelas ukuran tersebut harus tetap menjamin keberadaaan terutama dari ular jali betina. Seperti disampaikan oleh Aji (2011), bahwa ular jali dengan dengan berat > 0.7 merupakan masa produksi telur optimal (12-21 telur sekali masa bertelur).

Apabila dilakukan pengumpulan data secara berkelanjutan dalam periode waktu tertentu, akan diperoleh suatu gambaran dari sebuah kecenderungan kondisi populasi ular jali di suatu lokasi, berdasarkan hasil tangkapan ular tersebut.

5.3.2. Pendugaan Berat Berdasarkan SVL

Berat ular jali akan berkorelasi dengan panjang tubuh ular tersebut, sehingga dari data morfometri ular jali selama pengamatan dapat dibuat suatu model hubungan berupa regresi untuk menduga berat ular jali dengan adanya informasi dari panjang ular. Berat ular jali sebagai variabel dependen(Y) dan ukuran panjang (PT, SVL dan PE) sebagai variabel independen(X). Untuk mendapatkan model yang terbebas dari faktor mutikolineritas maka digunakan analisis regresi berganda metode stepwise. Hasil analisa menunjukkan bahwa peubah yang paling berpengaruh terhadap dan sebagai penentu berat ular jali adalah snout vent lenght (SVL). Persamaan regresi yang dihasilkan adalah sebagai berikut :

Y = - 1.462 + 0.017 SVL

Persamaan regresi di atas memberikan suatu indikasi, bahwa adanya kenaikan nilai panjang SVL sebesar 1 unit, akan meningkatkan ukuran berat ular jali sebesar 0.017. Berdasarkan hasil perhitungan nilai p (p-value = 0.000) dari persamaan regresi untuk peubah paling dominan tersebut menunjukkan bahwa peubah SVL memberikan pengaruh nyata terhadap berat dari individu ular jali. Tingkat hubungan dari peubah SVL dengan berat ular jali dapat diketahui dari hasil nilai koefisien determinasi (R-square) dan koefisien korelasi (r), dimana persamaan tersebut mempunyai nilai R-square sebesar 72.7 % (0.727). Hasil

analisis korelasi Pearson diketahui bahwa peubah yang paling mempengaruhi berat ular jali adalah SVL dengan nilai korelasi Pearson (r) sebesar 85.3 %. Hal ini menunjukkan semakin besar nilai SVL maka akan semakin meningkatkan berat ular jali. Hasil analisa regresi selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Persamaan ini dapat digunakan untuk menduga secara cepat berat ular jali yang ditemukan dengan hanya mengukur SVL-nya, sehingga dapat memudahkan dalam monitoring maupun dalam kegiatan panenan.

Dokumen terkait