METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Nilai 5 jika perilaku terjadi lebih dari dua kali dalam sehari
4.4.2. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sebelum pemberian perlakuan, dan selama perlakuan. Data yang dikumpulkan berupa kemampuan komunikasi dan kemampuan mengolah pendengaran setiap Subjek penelitian. Metode yang digunakan observasi semi terstruktur dengan metode behavioral checklist, dan wawancara. Berikut langkah-langkah pengumpulan data peneltiian.
1. Menjelaskan cara pengisian lembar observasi kemampuan komunikasi dan
kemampuan mengolah pendengaran pada orangtua Subjek penelitian, guru dan observer.
2. Menjelaskan cara pengisian lembar penilaian hasil pembelajaran musik pada
guru dan observer.
3. Melakukan pelatihan implementasi program pembelajaran musik pada
guru-guru.
4. Mendampingi guru saat melakukan pengisian lembar observasi dan lembar penilaian hasil pembelajaran musik di akhir minggu.
5. Melakukan rekaman audio visual proses pembelajaran musk menggunakan
instrumen keyboard.
6. Melakukan wawancara pada para orangtua Subjek penelitian dan guru yang
mendampingi. Pokok wawancara tentang pola komunikasi dan interaksi Subjek penelitian di rumah dan di sekolah.
Peneliti juga memperhatikan beberapa karakteristik agar penelitian yang dilakukan dapat memiliki validitas internal yang tinggi (Hasselt & Hersen, 1981). Karakteristik tersebut meliputi:
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
126
1. Pengukuran yang ajeg (reliable measurement). Observasi atau pengukuran dilakukan beberapa kali. Kondisi eksperimen yang mencakup situasi, lokasi, waktu pengamatan, dan pengamat dihindarkan dari bias.
2. Pengukuran yang berulang-ulang (repeated measurement) dilakukan untuk mengendalikan variasi normal yang diharapkan terjadi dalam interval waktu yang pendek, dan supaya terjamin deskripsi yang jelas dan ajeg.
3. Deskripsi kondisi yang berkenaan dengan pelaksanaan eksperimen dijelaskan
agar penelitian dapat diaplikasikan pada individu lainnya, sehingga validitas internal dan eksternalnya dapat terjaga.
4. Garis dasar (baseline), kondisi, perlakuan (treatment), rentang waktu, dan stabilitas yang sama untuk setiap Subjek.
4.5. Prosedur Eksperimen 4.5.1. Persiapan
Sosialisasi program pembelajaran dan alat ukur dilakukan pada guru dan kepala sekolah di SLB-BC TKS yang menjadi lokasi pelaksanaan penelitian. Berdasarkan persetujuan kepala sekolah, sosialisasi program pembelajaran dan instrumen penelitian pada orangtua dapat dilakukan seminggu setelah sosialisasi sekolah, sekaligus penjelasan desain pembelajaran musik yang akan diterapkan pada anak dengan Down syndrome yang terpilih sebagai Subjek penelitian ini. Setelah itu dibagikan informed consent (naskah penjelasan) yang berisi penjelasan tertulis tentang hal-hal yang akan terjadi dalam penelitian ini dan manfaatnya bagi Subjek penelitian. Naskah penjelasan dibawa pulang oleh kelima orangtua Subjek
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
127
penelitian, dan dikembalikan setelah ditandatangani dalam waktu dua minggu setelah dibagikan. Para orangtua keberatan untuk melakukan program di rumah, karena berbagai kesibukan di rumah sehingga kesulitan untuk melakukan program belajar secara rutin.
Saat sosialisasi program penelitian, orangtua mengisi kuesioner terkait kemampuan komunikasi anak, jenis perlakuan yang sudah pernah dilalui oleh anak, rekam medis anak (usaha minimalkan comorbid dari Down syndrome), pengetahuan bermusik orangtua, serta kesediaan mengikuti keseluruhan program penelitian.
Setelah sosialisasi program pembelajaran dan alat ukur pada orangtua dan guru, peneliti menentukan seorang observer untuk melakukan pengamatan harian beserta pencatatan perilaku kelima Subjek penelitian, dan juga mengingatkan guru untuk melaksanakan program musik sesuai waktunya. Observer adalah mahasiswi tingkat akhir jurusan Psikologi, sehingga ia lebih cepat memahami saat peneliti menjelaskan prosedur pengamatan dan pencatatan yang diharapkan oleh peneliti, dan juga instrumen penelitian ini.
Selain sosialisasi program dan alat ukur, dipersiapkan pula alat intervensi. Alat intervensi yang dimaksud adalah media pembelajaran yang digunakan selama program pembelajaran musik dilaksanakan, yaitu: instrumen keyboard, modul belajar, dan rekaman lagu. Sebelum dipergunakan, alat intervensi terlebih dahulu dievaluasi oleh sembilan orang profesional di bidang musik, yaitu orang-orang yang bekerja sebagai guru musik anak berkebutuhan khusus di dua sekolah musik yang berbeda. Para guru musik tersebut telah berpengalaman selama
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
128
kurang lebih lima setengah tahun mengajar anak berkebutuhan khusus (termasuk anak Down syndrome) tentang cara bermain instrumen sepseti keyboard, piano, biola, dan drum.
Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan validitas alat intervensi
sebagai media belajar untuk anak Down syndrome. Sembilan guru musik diminta
untuk mengisi pertanyaan terkait alat intervensi dengan skala penilaian: nilai 0 jika bahan tidak sesuai dan tidak berguna, dan nilai 1 jika bahan sesuai/berguna untuk anak Down syndrome. Kesepakatan nilai setiap aspek alat intervensi dari setiap rater diperoleh dari perhitungan rata-rata nilai, kemudian nilai CVI setiap bahan penelitian diperoleh dari perhitungan jumlah rerata nilai kesepakatan sembilan rater dibagi dengan jumlah aspek alat intervensi. Hasil skor dihitung content validity index-nya dan dinilai berdasarkan kategori CVI yang baik menurut Lawshe (1975, dalam Newman, Lim, dan Pineda, 2011).
Tabel 4.8. Nilai CVI Alat Intervensi
Alat Intervensi dengan jumlah sembilan Nilai CVI Minimum
ahli Nilai CVI
Instrumen Keyboard: tipe, fungsi, kualitas suara, modifikasi warna, tuts, jumlah oktaf.
0.78
0,870 Modul Belajar: urutan materi, isi setiap
bagian, lirik lagu, ukuran huruf/angka,
variasi gambar, evaluasi hasil belajar. 0.924
Rekaman Lagu: kualitas suara, volume melodi, tinggi nada, jenis lagu, tempo,
irama, durasi rekaman. 0.875
Menurut Owen, Beck, & Polit (2007), jika rerata CVI lebih besar atau sama dengan 0.78 berdasarkan kesepakatan tiga orang pakar atau lebih, maka dapat dikatakan memiliki content validity yang baik. Sementara itu, Lawshe
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
129
(1975, dalam Newman, Lim, dan Pineda, 2011) menetapkan bahwa dengan jumlah penilai sembilan orang, maka rerata CVI yang lebih besar atau sama dengan 0.78 tergolong baik. Tabel 4.8 menunjukkan hasil perhitungan rerata CVI dari ketiga alat intervensi, dan masing-masing alat intervensi memiliki rerata CVI yang lebih besar dari 0.78. Artinya, alat intervensi tersebut sesuai untuk digunakan sebagai media belajar anak Down syndrome setara tingkat sekolah dasar.
1. Instrumen Keyboard
Keyboard berasal dari kata key yang berarti kunci. Sedangkan board berarti papan. Keyboard artinya alat musik yang terdiri dari sekumpulan tuts pada
sebuah bidang yang mirip papan (board). Keyboard elektronik baru muncul pada
abad ke-20. Pertama kali dipasarkan oleh Laurens Hammond di Amerika Serikat pada tahun 1935. Sejak saat itu mulai berkembang instrumen yang sekarang ini menjadi rajanya alat musik. Keyboard digemari banyak orang karena memliki keistimewaan salah satunya dapat menghasilkan berbagai jenis suara alat musik.
Masyarakat di Indonesia sering menyebutnya sebagai organ tunggal.Sementara di
luar negeri instrumen keyboard disebut sebagai oneman band. Jika dilihat dari penampilan fisiknya, keyboard berbeda dengan grand piano. Keyboard terlihat lebih kecil dan lebih ringan, sehingga sangat mudah untuk dipindahkan atau dibawa. Suara yang dihasilkan pun agak berbeda dibandingkan dengan grand piano.
Ciri-ciri instrumen keyboard umumnya memiliki tuts lima oktaf, pada beberapa tipe dan merek tertentu ada yang lebih dari lima oktaf, memiliki
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
130
berbagai macam suara mulai dari suara piano, flute, gitar, drum dan lain-lain. Susunan keyboard arahnya mengikuti logika, dari kiri nada-nada rendah, ke kanan nada-nada tinggi. Susunan kiri-kanan bass ke treble juga berlaku demikian. Keyboard dimainkan dengan menggunakan sepuluh jari yang dimainkan pada tuts sesuai nada-nada di dalam lagu yang dimainkannya. Melodi lagu dimainkan dengan jari tangan kanan sementara chord untuk mengiringi lagu dimainkan dengan jari-jari tangan kiri.
Jenis keyboard yang digunakan untuk pembelajaran guru maupun siswa adalah jenis intelligent/arranger, yaitu Yamaha tipe PSR F50. Keyboard ini dapat menghasilkan irama musik yang ritmis, sehingga bisa digunakan untuk mengiringi pemain keyboard saat bermain. Keyboard ini disertai dengan speaker internal (sehingga tidak perlu menggunakan amplifier) dan dapat dioperasikan tanpa harus menggunakan tenaga listrik (bisa menggunakan batere). Modifikasi dilakukan pada instrumen keyboard yang digunakan agar menarik bagi anak-anak, dan memudahkan anak mengingat posisi nada. Hal ini menggunakan prinsip pendekatan kognitif dan sensori integrasi, dimana informasi warna yang diterima oleh Subjek secara visual akan berasosiasi dengan informasi suara yang diterima oleh Subjek secara auditori.
Gambar 4.3. Instrumen Keyboard untuk penelitian (Sumber: dokumentasi pribadi) ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
131
Warna pelangi pada tuts keyboard seperti warna merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu dimaksudkan untuk mewakili nada do, re, mi, fa, so, la, si. Pemilihan warna pelangi didasari pertinbangan warna-warna yang telah diperkenalkan pada anak sebelum terlibat dalam program pembelajaran musik. Tinggi petunjuk warna menunjukkan tinggi nada. Makin tinggi kertas warna berarti nada juga makin tinggi. Penempatan warna didasari pertimbangan ingatan
visual yang menonjol pada anak Down syndrome dibandingkan ingatan verbalnya,
sehingga diharapkan melalui bantuan informasi yang masuk secara visual akan mempermudah stimulasi ingatan verbalnya.
2. Modul Belajar
Modul adalah salah satu bentuk metode komunikasi tertulis dalam pendidikan orang dewasa dan berisi program keperluan belajar sehingga sangat rinci dalam menyampaikan tujuan, kegiatan, alat dan bahan, serta sistem evaluasi. Modul dipilih karena memiliki kelebihan seperti memungkinkan seseorang belajar aktif mandiri, tujuan belajar sangat khusus sehingga mengakibatkan perubahan
tingkah laku yang dapat segera diketahui, menggunakan pengajaran
self-instructional, memiliki daya informasi yang kuat, dan adanya evaluasi yang terus-menerus (Wijaya, Djadjuri, & Rusyan, 1988). Modul diharapkan akan memudahkan guru dan Subjek mempelajari panduan yang diberikan dan memperoleh manfaat yang semaksimal mungkin.
Tabel 4.9. Kerangka Isi Modul Belajar Guru
Bagian Isi Sasaran Belajar
Pertama Pengenalan
komponen musik dan manfaatnya
1. Mampu mengenali tempo (irama), pitch
(nada, melodi, harmoni), timbre (warna suara), dan dinamika (keras-lembut).
2. Mampu mengenali manfaat setiap
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
132
Bagian Isi Sasaran Belajar
komponen musik sebagai media belajar.
Kedua Pengenalan
bagian-bagian instrumen
keyboard dan
fungsinya
1. Mampu mengenali bagian-bagian dasar
dari instrumen keyboard yang akan digunakan sebagai media belajar.
2. Mampu memanfaatkan dan
mengeksplorasi fungsi bagian-bagian dari instrumen keyboard untuk peningkatan kemampuan bermain musik.
Ketiga Teknik penjarian Mampu mengenali posisi jari untuk bermain
melodi, dan posisi jari untuk bermain kunci.
Keempat Pengenalan kunci
tunggal 1. Mampu mengenali dan memainkan kunci C, G, dan F.
2. Mampu mengeksplorasi pengenalan
posisi kunci tunggal yang lain.
Kelima Pengenalan nada
dasar dan tangga nada
1. Mampu mengenali nada dasar suara
2. Mampu mengeksplorasi tangga nada pada
instrumen keyboard.
Keenam Latihan lagu 1. Mampu memainkan lagu-lagu yang akan
diajarkan pada Subjek
2. Mampu mengisi evaluasi pembelajaran
musik keempat tahap
Modul untuk Subjek penelitian berisi langkah-langkah pembelajaran dan persiapan siswa belajar musik menggunakan instrumen keyboard, dan lagu-lagu dengan not angka dan warna.
Tabel 4.10. Kerangka Isi Modul Belajar Siswa
Bagian Isi Sasaran Belajar
Pertama Pengenalan komponen
musik Mampu mengenali notasi angka, nada, melodi, harmoni, dan tempo
Kedua Pengenalan
bagian-bagian keyboard dan fungsinya
Mampu mengenali fungsi bagian dasar seperti power on/off, volume suara, tempo, jenis irama, dan jenis nada.
Ketiga Teknik penjarian dan
kunci tunggal Mampu mengenali posisi jari untuk tangan kanan yang memainkan melodi, dan posisi jari untuk tangan kiri yang memainkan irama.
Keempat Pengenalan melodi
sebagai pemanasan Mampu menghafal urutan nada do, re, mi, fa, so, la, si dari rendah ke tinggi, dan sebaliknya.
Kelima Pengenalan melodi
lagu “Aku Bisa” 1. Mampu menghafal melodi dan irama lagu empat nada. ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
133
Bagian Isi Sasaran Belajar
2. Mampu memainkan melodi dan irama
lagu empat nada.
Keenam Pengenalan melodi
lagu “Heli” 1. Mampu menghafal melodi dan irama lagu lima nada.
2. Mampu memainkan melodi dan irama
lagu lima nada.
Ketujuh Pengenalan melodi
lagu “Dua Mata Saya” 1. Mampu menghafal melodi dan irama lagu lebih dari lima nada.
2. Mampu memainkan melodi dan irama
lagu lebih dari lima nada. 3. Rekaman Lagu
Rekaman lagu yang dipersiapkan adalah “Aku Bisa” dan “Dua Mata Saya”. Lagu yang diajarkan sebagai tahap pertama adalah lagu dengan judul “Aku
Bisa” dengan nada lagu “Mary Had A Little Lamb”, dengan pertimbangan lagu
tersebut hanya menggunakan empat notasi angka yang sederhana yang menurut beberapa penelitian tentang pembelajaran musik cukup efektif untuk diajarkan pada anak-anak karena sederhana dan tidak kompleks variasinya. Judul “Aku Bisa” diambil dari slogan POTADS yaitu “Aku Ada, Aku Bisa”. Lirik lagu dibuat oleh peneliti, dengan menggunakan kata sederhana yang bersifat memotivasi anak yang menyanyikannya maupun guru yang membimbing anak.
Sebelum belajar musik menggunakan instrumen keyboard, Subjek penelitian, guru, dan orangtua dikondisikan agar akrab dengan melodi lagu yang akan dipelajari bersama. Rekaman lagu dibuat menggunakan jenis keyboard yang sama dengan yang digunakan untuk belajar musik bersama. Rekaman lagu diperdengarkan 20 menit melalui pengeras suara standar selama pertengahan proses belajar di kelas, dan juga selama istirahat makan.
ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
134