• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

G. Metode Penyarian

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campuran dengan menggunakan pelarut. Ekstrak secara terminologi umum terdiri dari ekstrak air, ekstrak kental, dan ekstrak kering. Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan

cara ekstraksi tanaman obat dengan ukuran partikel tertentu dan menggunakan medium pengekstraksi (menstruum) yang tertentu pula. Ekstrak yang diperoleh setelah pemisahan cairan dari residu tanaman obat dinamakan “micella” (Agoes, 2009).

Cairan penyari dalam proses ekstraksi menggunakan pelarut yang sesuai dengan kandungan senyawa atau optimal untuk kandungan senyawa yang berkhasiat sehingga dalam ekstrak dapat mengandung senyawa yang diinginkan dan dapat terpisah dari senyawa-senyawa lain (Depkes RI, 2000). Pemilihan pelarut untuk ekstraksi sangat penting supaya ekstraksi senyawa aktif dapat efisien dan mengeliminasi komponen yang tidak diinginkan serta pemilihan pelarut tersebut tidak mengubah aktivitas farmakologinya (Supriyatna dkk., 2014).

Ekstrak air, merupakan ekstrak menggunakan pelarut air sebagai cairan pengekstraksi. Hasil ekstraksi dalam bentuk ekstrak ini dapat digunakan langsung atau digunakan setelah waktu tertentu. Pembuatan ekstrak air dapat dilakukan dengan cara decoctum (dekok) yaitu penyari menggunakan simplisia dengan perbandingan dan derajat kehalusan tertentu. Cairan penyari air digunakan pada suhu 900-950C selama 30 menit. Infusum (infus) seperti halnya dekok hanya saja waktu penyarian selama 15 menit (Agoes, 2009).

Pada umumnya, penyari infusum dalam bentuk infus zat larut air dari simplisia tanaman. Penyarian dapat dilakukan dengan penambahan bahan tertentu untuk optimasi proses penyarian. Coque (Penggodokan) penyarian dengan cara menggodok tanaman obat atau jamu menggunakan api langsung.

Hasil godokan setelah mendidih dimanfaatkan sebagai obat secara keseluruhan. Cara ini sering digunakan dalam konsumsi jamu tradisional. Seduhan, metode ini menggunakan air mendidih, simplisia direndam dalam air panas selama waktu tertentu (5-10 menit) seperti halnya membuat teh seduhan. Cara ini masih sering digunakan untuk konsumsi jamu seduh dan kelompok teh. Maserasi merupakan penyarian simplisia menggunakan bermacam pelarut pada suhu kamar selama beberapa waktu. Sedangkan, perkolasi merupakan penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu baru sampai semua bahan aktif terekstraksi secara keseluruhan (Agoes, 2009).

Ekstrak kental, pada suhu kamar apabila hangat tidak berbentuk cair. Ekstrak yang diperoleh dari ekstrak cair yang diuapkan larutan penyarinya secara hati-hati. Ekstrak kental merupakan massa kental yang mengandung bermacam konsentrasi dan kekuatan bahan berkhasiat serta dapat disesuaikan (sesuai ketentuan) dengan penambahan bahan aktif alam atau dengan penambahan sejumlah bahan inert, seperti dekstrin, laktosa, dan sebagainya. Ekstrak kental memiliki stabilitas yang rendah dan mudah ditumbuhi mikroorganisme, pemakaian ekstrak kental secara luas telah digantikan oleh ekstrak kering (Agoes, 2009).

Ekstrak kering (extr sicca), merupakan ekstrak tanaman yang diperoleh dengan cara pemekatan dan pegeringan ekstrak cair di bawah kondisi lemah (suhu dan tekanan rendah). Konsentrasi bahan aktif dalam sediaan akhir dapat disesuaikan dengan penambahan bahan inert (Agoes, 2009).

Metode penyarian yang digunakan dalam penelitian ini adalah fraksinasi dari hasil ekstraksi padat-cair dengan maserasi yang maseratnya diuapkan pada

rotary evaporator hingga menghasilkan ekstrak kental untuk proses selanjutnya yaitu fraksinasi menggunakan pelarut etanol-heksan. Penentuan penggunaan pelarut berdasarkan tingkat kelarutan senyawa pada pelarut yang digunakan sehingga suatu senyawa akan mudah larut dalam pelarut yang memiliki polaritas sama (Dharmawan, Darmaji, dan Harmayani, 1999). Berikut penjelasan proses ekstraksi yang dilakukan pada penelitian ini:

1. Maserasi

Maserasi adalah proses ekstraksi yang dilakukan pada suhu kamar, maserasi memungkinkan untuk pelarut menembus struktur seluler pada tumbuhan dan melarutkan senyawa aktif di dalamnya (Supriyatna, Moelyono, Iskandar, Febriyanti, 2014). Cara penyarian simplisia secara maserasi dengan menggunakan cairan penyari dan pengojokan beberapa kali pada suhu ruangan akan mengakibatkan cairan penyari menembus dinding sel dan masuk ke rongga sel. Perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel membuat larutan terpekat yang mengandung zat aktif akan terdesak ke luar dan larut pada pelarut yang telah digunakan dan sesuai dengan kandungan zat aktif yang terkandung dalam tumbuhan. Peristiwa ini terjadi secara berulang sehingga terjadi kesetimbangan konsentrasi di dalam dan di luar sel. Jika telah terjadi kesetimbangan maka penyarian akan berhenti, sehingga perlu dilakukannya remaserasi. Remaserasi adalah pengulangan penambahan pelarut yang sama dengan pelarut sebelumnya digunakan untuk maserasi. Penambahan pelarut

dilakukan setelah penyarian maserasi yang pertama dan seterusnya (Depkes RI, 1986).

Keuntungan penyarian maserasi yaitu, peralatan yang digunakan sederhana dengan pengerjaan yang mudah. Kerugian dari metode tersebut adalah waktu yang dibutuhkan lama dan penyarian yang kurang sempurna (Depkes RI, 1986).

2. Ekstraksi Bertingkat

Menurut Damayanti dan Suparjana (cit Prasetyo, 2013), telah dikembangkan metode baru yaitu ekstraksi bertingkat dimana ekstraksi menggunakan sederet pelarut dengan kepolaran yang berbeda, mulai dari pelarut non polar lalu pelarut yang lebih polar. Penyarian menggunakan metode ekstraksi bertingkat yang dilakukan dengan maserasi menggunakan beberapa cairan penyari disebut sebagai fraksinasi karena cairan penyari yang digunakan berbeda kepolarannya sehingga senyawa dalam fraksi yang didapat telah mengalami pemisahan bersadarkan kepolarannya. Pada penelitian ini digunakan pelarut heksan dan etanol, heksan memiliki nilai log P = 3,13 bersifat semi-polar sedangkan etanol memiliki nilai log P = - 0,16 bersifat polar. Kriteria penggolongan kepolaran senyawa didasarkan pada nilai Log P, apabila nilai log P < 2 tergolong polar, log P 2 < log P < 4 (semi-polar) dan log P > 4 (non-polar) (Holmberg, 2003).

Kandungan yang didapatkan dari ekstrak metanol-air masih tergolong kompleks karena dapat menyari senyawa seperti anthocyanine, terpenoid,

Kaur, dan Kaur, 2011). Sedangkan pada penelitian ini akan mengambil senyawa

megastigmane glycosides dan kelompok senyawa ellagitannins, sehingga digunakan pelarut etanol-heksan yang memiliki kepolaran berbeda dan telah disesuaikan dengan tingkat kelarutan senyawa terhadap pelarut yang digunakan. Hal ini dapat dilihat dari kedekatan nilai log P senyawa dengan log P campuran pelarut yang digunakan untuk menarik senyawa tersebut.

Keuntungan metode ekstraksi bertingkat ini adalah semua senyawa yang berbeda polaritasnya dapat diekstraksi berdasarkan kepolaran terhadap pelarut tertentu. Keuntungan penggunaan metode fraksi dibandingkan dengan dekok dan infusa yang dibuat dengan air adalah pada dekok dan infusa konsentrasi termaserasi umumnya lebih rendah dan dibutuhkan penambahan pengawet. Selain itu, fraksi mengandung bahan aktif hasil penguraian dengan tahapan yang lebih banyak dan kandungan alkohol sehingga tidak diperlukan pengawet (Agoes,2009).

Dokumen terkait