• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. HAL IKHWAL PENDAMPINGAN IMAN ANAK

8. Metode dan Sarana Pendampingan Iman Anak

Pendamping PIA yang akan menyampaikan sesuatu materi kepada anak-anak, hendaknya mempersiapkan diri terlebih dahulu. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menentukan metode yang akan dipergunakan. Metode adalah cara yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan tertentu.

Pada pelaksanaan PIA, pendamping hendaknya dapat mempergunakan berbagai macam metode secara bervariasi, supaya anak-anak tidak cepat bosan, dan materi yang disampaikannya dapat ditangkap oleh anak. Untuk itu pendamping perlu memiliki pengetahuan tentang metode-metode yang dapat dipergunakan terutama dalam kegiatan PIA, supaya proses PIA menjadi sangat menyenangkan dan membuat anak-anak senang.

Oleh karena itu pada bagian ini, penulis akan menguraikan berbagai macam metode yang dapat dipergunakan oleh pendamping dalam mengolah kegiatan PIA metode-metode itu adalah:

a. Metode Bercerita

Dewan Redaksi Komkat, 1997: 41-47 menjelaskan bahwa secara psikologis, anak-anak senang mendengarkan cerita. Oleh sebab itu metode ini dapat digunakan dalam kegiatan PIA, mengingat peserta dari kegiatan ini adalah anak-anak. Dalam menggunakan metode ini, hendaknya pendamping pertama-tama memilih cerita yang tepat dan sesuai dengan kemampuan dan usia anak, serta relevan dengan tema yang tengah dibahas, sehingga tujuan dari materi tersebut dapat tercapai.

Pendamping yang hendak bercerita, hendaknya sudah mengetahui terlebih dahulu alur dari cerita tersebut dengan sungguh-sungguh, supaya cerita yang ia sampaikan dapat berjalan dengan baik dan tidak tersendat-sendat. Selain itu pendamping juga hendaknya bersemangat dalam menyampaikan cerita, sehingga dapat menarik perhatian dan minat anak-anak. Hal lain yang juga perlu diperhatikan oleh pendamping dalam bercerita adalah bahasa yang ia pergunakan.

Bahasa yang baik adalah bahasa yang sederhana dan tidak menggunakan istilah yang sulit, dapat membuat anak mudah menangkap maksud cerita yang disampaikan. Apalagi bila disertai dengan intonasi yang sesuai dan gerakan badan serta mimik yang sesuai dengan cerita yang sedang disampaikan, dapat membuat cerita tersebut sungguh hidup, dan anak merasa ikut terlibat secara langsung dalam peristiwa tersebut.

Agar cerita yang disampaikan oleh pendamping dapat menarik minat anak, maka pendamping hendaknya bercerita secara sistematis.

Maksudnya cerita yang ia sampaikan harus mengandung unsur-unsur pendahuluan, aksi, keterangan yang mencapai klimaksnya dan kemudian ada pemecahan masalah. Bila pendamping selesai bercerita, maka ada baiknya pendamping memberikan beberapa pertanyaan pada anak-anak untuk mengecek apakah anak dapat mengerti jalan cerita yang ia sampaikan atau tidak.

Pendamping juga hendaknya menceritakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Kitab Suci, sehingga anak-anak mengenal Kitab Suci dan kemudian dapat mencintainya. Di dalam bercerita, hendaknya pendamping selalu ingat bahwa tujuan dari cerita adalah untuk dinikmati oleh anak-anak, sehingga mereka merasa senang. Oleh sebab itu pada akhir cerita, pendamping tidak memberikan tambahan nasehat ataupun kata-kata saleh pada anak, karena hal itu tidak sesuai dengan tujuan dari metode cerita.

b. Metode Menggambar (Membuat Gambar dengan kapur, angka, huruf, penggaris)

Dalam H.J Suhardiyanto (2006: 11-12) dijelaskan bahwa menggambar merupakan ungkapan ekspresi jiwa seseorang, dan dunia menggambar sangat disukai oleh anak-ank untuk mengekspresikan dirinya, maka yang diperlukan dari para pendamping PIA adalah mengarahkan anak-anak dalam menggambar, dan pendamping harus memperhatikan gambar yang dipilih oleh pendamping, harus sesuai dengan dunia anak antara lain: bisa diterima, dimengerti, jelas, dan

menarik perhatian anak dalam konteks keterampilan menggambar bisa dibedakan dua macam yaitu:

1) Pesan atau cerita dapat divisualisasikan (digambarkan) dengan cepat maka gambar tidak harus menarik, yang penting dapat mewakili pesan, baik itu gambar orang, sifat, posisi, suasana, dll.

2) Dengan menggunakan gambar jadi, yang lebih menarik, utuh, yang berupa cerita gambar bersambung, yang lebih mudah dipahami anak.

Meskipun dunia sekarang diwarnai oleh kemajuan tehnologi, banyak gambar yang bisa diambil dari internet, komputer atau dari sumber lain, tetapi daya tarik menggambar sendiri masih diminati oleh anak, menggambar tidak harus menggunakan sarana yang mahal, karena tidak semua Paroki mempunyai alat khusus bagi anak PIA, maka bisa menggunakan sarana sederhana seperti papan tulis dan kapur.

3) Apabila pendamping mengalami kesulitan dalam menggambar, bisa diatasi dengan menggunakan tehnik menggambar sederhana seperti huruf, angka, atau dengan garis, dan yang paling penting adalah pesan yang akan disampaikan melalui gambar itu bisa sampai pada anak-anak dengan baik. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggambar antara lain: Pendamping bila menggambar harus ada hubungannya dengan Kitab Suci. Sebelum menggambar hendaknya terlebih dahulu memahami isi cerita, tokoh, suasana, sikap, hal ini untuk memudahkan dalam menggambar. Catatan khusus untuk anak TK sampai SD kelas 3 bila menggambar bisa menggunakan gambar huruf atau angka.

Cara atau pilihan lain dengan menggunakan gambar yang sudah jadi dan anak hanya memberi warna.

c. Metode Gerak dan Lagu

Dalam Suhardiyanto (2006: 12) dijelaskan bahwa gerak dan lagu tidak dapat dipisahkan dari dunia anak, lagu bisa menciptakan suasana gembira pada anak-anak, maka sebagai pintu masuk ke dalam dunia anak yang paling mudah adalah melalui nyanyian, selain itu dengan contoh-contoh lagu dapat membuat suasana pendamping PIA menjadi lebih menarik dan tidak monoton.

Tidak semua orang termasuk pendamping PIA diberi karunia suara yang bagus. Namun untuk menjadi pendamping PIA bukan suara yang bagus yang mutlak diperlukan tetapi bagaimana kita bisa menyanyikan lagu itu dengan baik dan mampu memberikan arti dari lagu itu, bisa menciptakan gerak yang menarik sehingga anak menjadi senang. Maka dalam PIA diperlukan kerja team, yang terdiri dari orang-orang yang mempunyai kemampuan untuk bermain musik, menyanyi atau menari, dengan demikian mereka saling melengkapi. Untuk memilih lagu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Memilih lagu sesuai dengan tema pertemuan serta membuat gerakan yang

cocok atau sesuai dengan lagu. Contoh: Tema Minggu ini tentang Zakheus hendaknya lagu yang dipakai juga yang ada kaitannya dengan Zakheus. 2) Lagu sederhana dan mudah dimengerti anak, syairnya pendek-pendek

contoh:

Tiada yang dapat menandinginya Burung miliknya, hutan miliknya, Bintang-bintang cipataannya aha….aha…aha…

3) Pendamping hendaknya menjiwai lagu dan menggali isi lagu tersebut, misalnya lagu gembira bisa diekspresikan dengan senyum atau gerakan yang sesuai.

4) Pendamping hendaknya tidak memaksa anak untuk bernyanyi seperti orang dewasa biarlah suara alaminya yang muncul.

5) Sebaiknya diberi pilihan lagu menurut kesukaan anak, yang penting masih ada hubungan dengan PIA.

6) Bisa meniru dari kaset/VCD/sumber lain misalnya lagu-lagu Anak modern atau sincan yang sudah diubah syairnya menjadi lagu PIA.

7) Bila memungkinkan lagu-lagu itu diiringi dengan musik.

8) Supaya tidak membosankan lagu-lagu itu diberi gerakan yang sesuai.

d. Metode membuat berbagai lipatan dari kertas

Dalam H.J Suhardiyanto (2006: 14) dijelaskan bahwa sesungguhnya banyak keterampilan yang bisa dipelajari dan dipakai untuk PIA, seperti: mencocokkan, menempel, dan menggunting. Dapat dilihat yang paling mudah, sederhana dan mudah dijangkau, tidak memerlukan alat lain seperti lem, gunting, dan kertas adalah membuat berbagai macam lipatan. Kegiatan ini bertujuan memperdalam materi yang telah dipelajari. Supaya anak lebih

ingat dengan pelajaran maka dibantu dengan menggunakan sarana lipat ini (hendaknya lipatan disesuaikan dengan tema misalnya Kisah Penciptaan anak diajak membuat lipatan orang dengan bajunya, burung, dsb), selian itu keterampilan ini untuk mengurangi kejenuhan dan rasa bosan. Untuk memulai lipatan hal yang perlu diperhatikan oleh pendamping adalah:

1) Pendamping memberi contoh bila melipat kertas harus diletakkan diatas meja supaya lipatan rapi.

2) Pendamping mengenalkan garis serong 1 dan 2 , lalu dibalik dan membuat garis lurus 1 dan 2. Hal ini untuk memudahkan anak melipat dan menjaga kerapian (sebagai dasar melipat).

3) Pendamping perlu mengenalkan sisi kertas lipatan pada anak-anak. Untuk memudahkan ketika kita menerangkan cara melipat.

4) Setelah selesai membuat garis di atas kertas lipat baru mulai melipat dengan bentuk yang diinginkan.

5) Sebagi catatan: keterampilan melipat hendaknya disesuaikan dengan tema dan materi yang diajukan.

e. Metode Ekspresi

Prasetya, Dkk (2008: 45-46) menjelaskan tentang metode ekspresi ini digunakan untuk mengajak anak-anak mengekspresikan gagasan atau ide yang telah diterima dalam pertemuan saat itu maupun sebelumnya, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Ekspresi ini dapat berupa gerak, gambar, irama, ataupun puisi. Ekspresi gerak adalah anak-anak diminta untuk menari

atau membuat suatu gerakan yang mewakili dari semua yang sudah diterima dari pendamping. Ekspresi irama adalah anak-anak diminta untuk menciptakan suatu bunyi, bunyi dapat berupa apa saja, dan mengganti syair lagu dan lain-lain. Kalau ekspresi gambar adalah anak-anak diminta untuk menggambar, mencari gambar yang sesuai dengan tema yang sudah dipelajari. Ekspresi puisi adalah anak-anak diminta untuk mengekspresikan gagasan atau idenya dengan membuat serta membaca puisi.

Dengan beberapa cara mengekspresikan kegiatan yang sudah dilakukan ini, diharapkan anak-anak mengerti dan memahami apa yang sudah diberikan oleh pendamping, serta apa yang sudah diberikan tidak hilang begitu saja tetapi sungguh dirasakan dan dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Cara ini juga dapat membantu anak-anak dalam mengembangkan bakat dan mengajak anak untuk menjadi kreatif, serta anak-anak tidak merasa bosan, karena bukan hanya pendamping terus yang memberi materi tetapi juga anak-anak bisa memberikan sesuatu baik pendamping maupun bagi teman-teman mereka. Memberikan pelajaran kepada anak-anak untuk berani tampil di depan umum, dan berani mengungkapkan pendapatnya. Sehingga anak-anak sungguh terbantu baik dalam mengembangkan bakat dan keterampilannya.

f. Metode Dinamika Kelompok

Metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak baik mendalami materi yang sudah diberikan ataupun mengajak anak-anak untuk mendalami permainan yang dilakukan. Jadi permainan ini bisa dilakukan baik sebelum

materi diberikan ataupun untuk memberikan kesimpulan atas materi yang sudah diterima oleh anak-anak. Dinamika kelompok ini dapat berupa Outbound

dan aneka permainan yang menghibur, dan menarik bagi anak-anak.

Permainan ataupun Outbound sangat membatu anak-anak untuk mendalami materi. Karena biasanya anak-anak menyukai permainan, sehingga apa dengan permainan pun memudahkan anak-anak untuk masuk ke materi ataupun dalam mendalami materi. Diharapkan permainan yang sudah dilakukan bukan berhenti di permainan saja tetapi sungguh membantu anak-anak dalam mendalami materi. Diharapkan pendamping mampu memberikan itu kepada anak-anak (Prasetya, Dkk., 2008: 46).

g. Metode Eksploratif dan Simulatif.

Prasetya, Dkk (2008: 46) menjelaskan bahwa metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi yang sudah diberikan pendamping dengan cara mengunjungi, melihat, mengamati, dan mendeskripsikan alat peraga, serta melakukan peragaan atau praktik secara langsung (simulasi). Jadi anak-anak tidak hanya membayangkan atau berimajinasi. Misalnya: Materi pendampingan tentang membantu sesama yang mengalami bencana Merapi. Anak-anak diajak untuk melihat situasi para pengungsi di posko pengungsian, lalu setelah melihat dan merasakan apa yang dirasakan oleh teman-teman mereka, serta mereka diajak untuk membantu mereka.

Dengan metode ini, anak-anak akan sungguh bisa merasakan sendiri apa yang dirasakan oleh orang lain, mereka tidak hanya menghayal atau membayangkan tetapi sungguh-sungguh mengalami. Metode ini juga pasti banyak diminati dan disenangi oleh anak-anak, selain anak-anak tidak merasa bosan karena tempat pendampingan tidak hanya dalam ruangan terus, tetapi anak-anak juga bisa jalan-jalan bersama dengan teman-tamannya.

h. Metode Populer

Prasetya, Dkk (2008: 46) menjelaskan bahwa metode ini digunakan untuk mengajak anak-anak mendalami materi dengan aneka teknik atau model yang populer, diminati dan sering dijumpai dalam hidupnya yaitu berupa acara televisi, baik talk show maupun permainan dengan kuis, misalnya kuis Family 100. Melalui film, gambar, dan lagu-lagu yang sering didengar oleh anak-anak, tetapi masih lagu-lagu PIA, bisa juga digunakan lagu-lagu modern dengan mengganti syairnya, serta sarana Audio-Visual, dengan film-film yang dekat atau yang populer dalam lingkungan anak-anak.

Metode yang populer dimaksudkan supaya anak-anak tidak bosan bila harus mendengarkan cerita atau permainan terus-menerus, tetapi juga sesekali waktu nonton film yang populer dilingkungan anak-anak. Dengan demikian anak-anak rajin untuk ikut kegiatan PIA. Tetapi pendamping juga harus bisa mengajak anak-anak untuk mengolah atau merefleksikan film yang sudah ditonton, jadi bukan hanya berhenti di film saja tetapi film juga bisa menjadi contoh untuk berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.

Dokumen terkait